Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini telah dikenal persalinan metode SC dengan konsep ERACS

(Enhanced Recovery After Cesarean Section) yang proses operasinya lebih

nyaman karena rasa nyeri lebih sedikit dan proses pemulihan setelah operasi

lebih cepat dibandingkan SC konvensional. Konsep ERACS dikembangkan

dari konsep ERAS (Enhanced Recovery After Surgery) yang telah digunakan

pada bedah digestif dan terbukti meminimalkan lama rawat dan komplikasi

setelah operasi, sehingga kepuasan pasien meningkat. Bedasarkan hal

tersebut, konsep ERAS mulai diaplikasikan pada operasi selain bedah digestif

salah satunya diterapkan pada operasi SC (Tika, 2022).

Metode persalinan ERACS saat ini telah menjadi suatu yang

fenomenal di masyarakat, khususnya bagi para ibu hami (Widyasari, 2022).

Hal-hal yang membuat metode ERACS menyita perhatian masyarakat,

dikarenakan metode ERACS diklaim bisa mengurangi nyeri pasca operasi,

serta memungkinan proses pemulihan lebih cepat. Jika umumnya setelah

menjalani persalinan caesar konvensional pasien dilarang bergerak selama 12

jam, maka dengan metode ERACS pasien bisa duduk dengan nyaman setelah

2 jam pasca operasi caesar. Bahkan, kurang dari 24 jam, pasien sudah dapat

melakukan aktivitas ringan, seperti buang air kecil maupun berjalan secara

mandiri tanpa perlu takut muncul rasa nyeri (Karunia, 2016).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019,

menyatakan standar dilakukan operasi SC sekitar 5-15%. Data WHO dalam

Global Survey on Maternal and Perinatal Health tahun 2011 menunjukkan

sebesar46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan melalui SC (WHO, 2019).

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, jumlah persalinan

dengan metode SC di Indonesia sebesar 17,6%. Indikasi dilakukannya

persalinan secara SC disebabkan oleh beberapa komplikasi dengan persentase

sebesar 23,2% diantaranya posisi janin melintang/sunsang (3,1%), perdarahan

(2,4%,) kejang (0,2%), ketuban pecah dini (5,6%), partus lama (4,3%), lilitan

tali pusat (2,9%), plasenta previa (0,7%), plasenta tertinggal (0,8%),

hipertensi (2,7%), dan lainnya (4,6%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Menurut data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)

tahun 2017, menyatakan angka kejadian persalinan di Indonesia dengan

metode SC sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan.

Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan melalui metode SC

(Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2021 menunjukkan

bahwa, prevalensi ibu bersalin dengan sectio sesarea sebanyak 2.931 orang

(Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021). sedangkan di Kabupaten Lombok

Timur tahun 2022 dari bulan Januari sampai dengan Agustus, jumlah ibu

bersalin dengan sectio sesarea 1.177 orang (Dinas Kesehatan Kab. Lombok

Timur, 2022).

Operasi SC dengan metode ERACS diklaim lebih nyaman dan

minim rasa nyeri dibandingkan dengan SC secara konvensional, konsep


3

tersebut juga mendukung pemulihan pasien yang lebih cepat sehingga pasien

bisa melakukan bonding dengan bayinya lebih cepat dan dapat menyusui

bayinya dengan posisi yang nyaman. Selain itu, dengan metode ERACS

mobilisasi pasien menjadi lebih cepat sehingga bisa mengurangi lama

perawatan di rumah sakit (Hastuty et al., 2020).

Rata-Rata Pelaksanaan Mobilisasi Pada Ibu Bersalin Post Sectio

Caesarea (SC) Metode ERACS .ERACS adalah sebuah terobosan baru yang

dikembangkan berdasarkan konsep yang telah digunakan pada operasi

digestif, yaitu ERAS (Enhanced Recovery After Surgery) yang telah terbukti

dapat mengurangi komplikasi pasca operasi dan lama rawat pasien di rumah

sakit. Sehingga dengan keunggulan tersebut konsep ERAS kemudian

dilakukan pengembangan untuk tindakan operasi di bidang lainnya, termasuk

kebidanan (Tika, 2022).

Efek atau dampak dari tidak terlaksananya mobilisasi dini pada

pasien pasca operasi adalah dapat menyebabkan bahaya fisiologis dan

psikologis. (Irmadhani, 2021) menjelaskan bahwa bahaya fisiologis dari tidak

mobilisasi dini adalah dapat mempengaruhi fungsi metabolisme normal,

menurunkan laju metabolisme, mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein; menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit, dan kalsium;

dan menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan

penurunan peristaltik dengan konstipasi dan impaksi fekal. Imobilisasi juga

dapat menyebabkan pasien memiliki resiko tinggi komplikasi pernafasan,

seperti: atelektasis (kolapsnya alveoli) dan pneumonia hipostatik (inflamasi

pada paru akibat statis atau bertumpuknya sekret), embolisme paru,


4

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dan mengakibatkan terjadinya

kontraktur sendi dan atrofi otot. Sedangkan bahaya psikologis yang dapat

terjadi pada pasien imobilisasi adalah menyebabkan penurunan fungsi

sensorik, perubahan respon emosional dan perilaku, seperti: permusuhan,

perasaan pusing, takut dan perasaan tidak berdaya sampai ansietas ringan

bahkan sampai psikosis; depresi karena perubahan peran dan konsep diri,

gangguan pola tidur karena perubahan rutinitas atau lingkungan, dan

perubahan koping.

Dalam persalinan SC metode ERACS pasien bisa duduk dengan

nyaman setelah 2 jam pasca operasi. Bahkan, kurang dari 24 jam, pasien

sudah dapat melakukan aktivitas ringan, seperti buang air kecil maupun

berjalan secara mandiri tanpa perlu takut muncul rasa nyeri (Risanda Alaika

Selma et al., 2021).

Kemandirian melakukan mobilisasi dini post SC penting dilakukan

para ibu, sebab jika ibu tidak melakukan mobilisasi dini akan ada beberapa

dampak yang dapat timbul diantaranya adalah terjadinya peningkatan suhu

tubuh, perdarahan abnormal, thrombosis, involusi yang tidak baik, aliran

darah tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri. Mobilisasi dini yang tidak

dilakukan oleh ibu post SC mengakibatkan rawat inap dengan waktu yang

lebih lama, yaitu lebih dari 4 hari dan proses penyembuhan luka menjadi

lambat (Purnawati, 2014).

Hasil penelitian Taek dkk, 2018 “Survey Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes

Kupang” juga menunjukkan sebanyak 90,3% ibu post SC pelaksanaan


5

mobilisasi dininya kurang baik. Rata-rata mobilisasi dini bisa terlaksana

setelah lebih dari 24 jam, hal tersebut karena pasien takut terhadap rasa nyeri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Prawesti, 2020) di RSUP

dr. Sardjito Yogyakarta yang menunjukkan rata-rata waktu pertama kali

pasien melakukan mobilisasi dini setelah operasi metode ERAS adalah 8,65

jam setelah operasi.

Hasil penelitian Warmiyati dan Febi R, 2022 “Pengaruh Sectio

Caesarea Metode Eracs Terhadap Percepatan Mobilisasi pada Ibu Bersalin di

RS Hermina Daan Mogot Tahun 2022”. Hasil penelitian ini menunjukkan uji

statistik didapat p value 0,000, maka secara statistik dapat disimpulkan ada

pengaruh SC metode ERACS terhadap percepatan mobilisasi pada ibu

bersalin pasca operasi SC di RS Hermina Daan Mogot tahun 2022. Saran

diharapkan pihak RS memberikan konseling tentang pelaksanaan mobilisasi

dini sebelum operasi, sehingga setelah operasi pasien sudah memiliki

pengetahuan tentang mobilisasi dini.

Berdasarkan penelitian Sumaryati, dkk 2018 “Hubungan Mobilisasi

Dini dengan Tingkat Kemandirian Pasien Post Sectio Caecarea di Bangsal

Mawar RSUD Temanggung”, menunjukkan bahwa 26 pasien (65%) post

sectio caesarea (SC) melaksanakan mobilisasi dengan baik dan 33 pasien

(82%) post sectio caesarea (SC) tingkat kemandiriannya tinggi ,sehingga

berdasarkan uji analisa data menunjukkan ada hubungan mobilisasi dini

dengan tingkat kemandirian pasien post sectio caesarea (SC) di Bangsal

Mawar RSUD Temanggung (p value = 0,021; α=0,05).

Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin


6

di RSI Namira dari bulan Juni sampai dengan Agustus sebanyak 224 orang

yang terdiri dari persalinan normal sebanyak 92 orang (41,07%) dan

persalinan dengan SC dengan menggunakan metode eracs sebanyak 132

orang (58,92%) (RSI Namira, 2022). Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara pada 5 pasien pada 05 September 2022 di Ruang Nifas RSI

NAMIRA pada ibu yang mengalami post SC mengatakan semua sudah

diberikan edukasi oleh bidan untuk melakukan mobilisasi dini dengan

menggerakkan kaki dan miring kanan kiri. Terlihat pada 2 pasien post SC

hari-1 terlihat sudah miring kanan, kiri ,duduk dan belajar untuk berdiri, 3

pasien post SC hari-2 terlihat sudah duduk menyusui bayi dan berdiri

mengganti pakaian bayinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan mobilisasi dini dengan tingkat kemandirian

pasien post SC menggunakan metode ERACS di RSI Namira Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalahnya

sebagai berikut : “Apakah Ada Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Tingkat

Kemandirian Pasien Post SC Menggunakan Metode ERACS di RSI Namira

Tahun 2022”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan tingkat kemandirian

pasien post SC menggunakan metode ERACS di RSI Namira Tahun

2022
7

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi mobilisasi dini pada pasien SC menggunakan

metode ERACS di RSI Namira Tahun 2022.

b. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada pasien SC menggunakan

metode ERACS di RSI Namira Tahun 2022.

c. Menganalisis hubungan mobilisasi dini dengan tingkat kemandirian

pasien post SC menggunakan metode ERACS di RSI Namira Tahun

2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan kebijakan dalam pemberian informasi tentang hubungan

mobilisasi dini dengan tingkat kemandirian pasien post SC menggunakan

metode ERACS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSI Namira

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi

bagi tenaga kesehatan yang ada di RSI Namira sebagai salah satu

bekal untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

kepada pasien post SC yang menggunakan metode eracs.

b. Bagi Pasien Post SC

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan pasien post SC tentang hubungan mobilisasi dini dengan

tingkat kemandirian pasien post SC menggunakan metode ERACS,


8

sehingga pasien post SC bisa memutuskan dengan baik dalam upaya

meningkatkan kemandirian pada pasien post SC.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

hubungan mobilisasi dini dengan tingkat kemandirian pasien post SC

menggunakan metode ERACS dengan menambahkan beberapa

variabel yang belum diteliti untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat.

E. Keaslian Penelitian

1.1 Tabel Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode


Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti penelitian Penelitian
quasi eksperimen Hasil uji statistik Tidak ada Desain
Warmiyati Pengaruh dengan didapat p value 0,000, penelitian,tehnik
dan Febi Sectio nonequivalent maka secara statistik sampling, dan
2022 Caesarea pretest-posttest dapat disimpulkan analisis data
Metode control group. terdapat pengaruh SC
Eracs Tehnik metode ERACS
Terhadap pengambilan terhadap percepatan
Percepatan sampel mobilisasi pada ibu
Mobilisasi menggunakan bersalin pasca operasi
pada Ibu total SC di RS Hermina
Bersalin di sampling.Analisis Daan Mogot tahun
RS Hermina yang digunakan 2022.
Daan Mogot adalah uji beda
Tahun 2022 dua mean.
Sumaryati, Hubungan deskriptif Hasil penelitian Desain Analisis data
dkk 2018 Mobilisasi korelasi dengan menunjukkan 26 penelitian yang digunakan
Dini dengan desain cross- pasien (65%) post dan tekhnik berbeda.
Tingkat sectional. teknik sectio caesarea (SC) pengambilan
Kemandirian pengambilan melaksanakan sampel
Pasien Post sampel mobilisasi sama.
Sectio menggunakan dengan baik dan 33
Caecarea di accidental pasien (82%) post
Bangsal sampling. sectio caesarea (SC)
Mawar Analisis yang tingkat
RSUD digunakan kemandiriannya
Temanggung Analisa data yang tinggi ,sehingga
digunakan adalah berdasarkan uji
uji Kolmogorov- analisa data
smirnov menunjukkan ada
hubungan mobilisasi
9

dini
dengan tingkat
kemandirian pasien
post sectio caesarea
(SC) di Bangsal
Mawar RSUD
Temanggung (p value
= 0,021; α=0,05).
Taek dkk, Survey Deskriptif dengan Dari 26 responden Tidak ada Desain
2018 Pelaksanaan rancangan semuanya dilakukan penelitian,tehnik
Mobilisasi penelitian survey. tindakan mobilisasi sampling, dan
Dini Pada tekhnik dini sesuai dengan analisis data
Ibu Post pengambilan prosedurnya dan
Sectio sampel mempercepat hari
Caesarea Di menggunakan rawat pasien di
RSUD Prof. total sampling. RSUD Prof. W.Z
Dr. W.Z Johannes Kupang.
Johannes Hasil penelitian pada
Kupang” tanggal 05 Desember
sampai 05 Januari
2017 dari 26
responden yang
melakukan mobilisasi
sesuai dengan
tahapannya hanya
dapat miring ke kiri
dan ke kanan serta
belajar duduk yang
dilakukan ibu pada
hari ke-2, selebihnya
mobilisasi dilakukan
6 jam setelah post
partum.

Anda mungkin juga menyukai