Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA

PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANGAN ALAMANDA


EVIDENCE BASED NURSING (EBN)
Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan
Maternitas Di Ruang Alamanda Dr. Hasan Sadikin

Disusun oleh :
Candra Febrian

Anna Samsudin

Wulan Julianti

Desi Ana Nurfatimah

Winwin Winiarti

Khresna Bayu

Feri Eko Prastowo

Ika Aswati

Nadia Qonita Al-Ayubi

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karuia-Nya kepada penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan Evidence Based Nursing (EBN) ini mengangkat kasusPengaruh
Imobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria di Ruang
Alamanda RSHS Bandung.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi semua orang.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Bandung, November 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya
di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et
al, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) (2014) negara
tersebut diantaranya adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia
(43%). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011
rata-rata sebesar 7 % dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada pada
tahun 2006 sampai dengan 2012 rata-rata kejadian SC meningkat menjadi
sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kelahiran bedah sesar sebesar 9,8 %
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%).
Mobilisasi dini merupakan hal yang penting dalam periode pasca
pembedahan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologis karena hal itu essensial untuk mempertahankan
kemandirian (Carpenito, 2007). Mobilisasi dini post SC harus dilakukan
secara bertahap. Tahap-tahap mobilisasi dini pada pasien post SC adalah
pada 6 jam pertama setelah operasi, pasien harus tirah baring dan hanya
bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis
serta menekuk dan menggeser kaki. Pasien diharuskan untuk miring kiri
dan kanan setelah 6-10 jam untuk mencegah thrombosis dan
thromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan belajar duduk,
kemudian dilanjutkan dengan belajar berjalan (Kasdu, 2003).

Kemandirian melakukan mobilisasi dini post SC penting dilakukan


para ibu, sebab jika ibu tidak melakukan mobilisasi dini akan ada beberapa
dampak yang dapat timbul diantaranya adalah terjadinya peningkatan suhu
tubuh, perdarahan abnormal, thrombosis, involusi yang tidak baik, aliran
darah tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri (Suryani, 2010).
Mobilisasi dini yang tidak dilakukan oleh ibu post SC mengakibatkan
rawat inap dengan waktu yang lebih lama, yaitu lebih dari 4 hari dan
proses penyembuhan luka menjadi lambat (Purnawati, 2014).
Dampak lain yang diakibatkan oleh keterlambatan mobilisasi dini
adalah terjadinya infeksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggriani, Suwandi & Wahyuni (2014) menyebutkan banyak pasien
post SC yang dalam tiga hari masih terdapat tanda-tanda infeksi di sekitar
area luka karena tidak melakukan mobilisasi dini post SC. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Netty (2013) terdapat 7 responden
(16,7%) dengan luka tidak kering dan terdapat 4 responden (9,5%) yang
merasakan peningkatan nyeri, teraba hangat dan kemerahan pada luka post
operasi, serta terdapat 3 responden (7,2%) dengan jaringan luka tidak
menyatu akibat tidak melakukan mobilisasi dini post SC. Hal ini
dikarenakan pasien memiliki pengetahuan yang rendah tentang mobilisasi
dini.
Pada hari-hari pertama post operasi biasanya ibu tidak dapat
langsung berjalan seperti biasa dan masih berjalan sempoyongan sehingga
memerlukan bantuan dan hari berikutnya perlahan-lahan dapat berjalan
sendiri (Kasdu, 2003). Hal ini menyebabkan tindakan mobilisasi dini ibu
post SC pada hari pertama masih dibantu tenaga kesehatan. Tindakan
mobilisasi dini secara mandiri penting dilakukan pasien tanpa harus
tergantung oleh perawat, terlebih lagi pasien sudah diberikan edukasi oleh
perawat tentang mobilisasi dini yang akan diberikan setelah post
pembedahan (Smeltzer & Bare, 2014).

Kemampuan pasien dalam melaksanakan mobilisasi tidak sama


antara pasien satu dengan pasien yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain seperti usia, status perkembangan, pengalaman
yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya, gaya hidup, tingkat
pendidikan dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan tentang
proses

penyakit/injury

(Kozier,

2010).

Faktor-faktor

lain

yang

mempengaruhi kemandirian pasien dalam pelaksanaan mobilisasi dini


adalah intervensi dari tenaga kesehatan (perawat, bidan dan dokter),
pengetahuan keluarga besar (extended family) terhadap prosedur tindakan
mobilisasi dini, dan motivasi diri sendiri.
Motivasi yang dimiliki oleh ibu sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan mobilisasi dini secara mandiri. Informasi yang diberikan oleh
petugas kesehatan jika tidak diikuti dengan motivasi yang baik membuat
ibu akan tetap memiliki ketergantungan kepada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan mobilisasi dini. Penelitian yang dilakukan oleh Afiyanti,
Setyowati, dan Suryani (2015) menyebutkan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap tindakan mobilisasi dini post SC adalah pemberian
informasi oleh petugas kesehatan.
Saat di Ruang Alamanda, sebagian besar pasien dilakukan tindakan
SC dengan indikasi-indikasi seperti ketuban pecah dini, polihidramnion,
letak bayi dan lain-lain. Fenomena yang terjadi di ruang Alamanda yaitu
masih banyak pasien post SC yang tidak melakukan mobilisasi dini
dengan berbagai alasan, diantaranya karena nyeri dan takut jahitan lepas.
Rasa takut yang berlebihan pada ibu post SC mengakibatkan mereka
mengalami ketergantungan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan
mobilisasi dini. Oleh karena itu, berdasarkan telaah jurnal kelompok kami
pada Evidance Based Nursing (EBN) akan membahas mengenai
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesaria.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Imobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan
Luka Post Sectio Caesaria di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin?
C. Keaslian Penelitian
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
kajian riset terdahulu mengenai Imobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan
Luka Post Sectio Caesariauntuk dijadikan sebagai pedoman dalam
literatur review ini. Di antaranya yaitu:
1. Samarah, Marianingsih Endah, Kusnanto Hari, Haryanti Wiroro.
(2013). Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Post
Sectio Caesarea di RSUD Sleman Tahun 2013
2. Anggraini Meiga. (2013). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Keberhasilan Penyembuhan Luka Pada Pasien Pasca Operasi di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
3. Salamah Sri. (2015). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan
Luka Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Panembahan Senopati
Bantul
4. Anggorowati, Sudiharjani Nanik. (2012). Mobilisasi Dini dan
Penyembuhan Luka Operasi pada Ibu Post Sectio Caesarea (sc) di
Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
5. Rusca Kuswantoro, Dewi Dina, Barid Mubin. (2012). Pengaruh
Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka dan Lama Hari
Rawat Pada Pasien Post Pembedahan Sectio Caesarea Di ruang
Rrawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
D. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang terkait dengan
Pengaruh Imobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesaria

di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin.
E. Langkah-Langkah melakukan telaah Jurnal
1. Penetapan Strategi Pencarian

Peneliti

menetapkan

strategi

penelitiandengan

cara

mengidentifikasi pasien Post Sectio Caesaria yang menjalani


perawatan di ruang Alamandadan menentukan masalah dengan cara
mencari fenomena yang ada di ruangan dan didapatkan hasil pasien
post

sectio

caesaria

dengan

indikasi

ketuban

pecah

dini,

polihidramnion, letak janin, dan KMKdan mengalami gangguan


imobilisasi pasca operasi sehingga peneliti tertarik untuk melihat
bagaimana Pengaruh Imobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesaria di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin.
2. Identifikasi Sumber Pustaka
Setelah menemukan fenomena yang terdapat di ruang
Alamanda selanjutnya kelompok menggunakan mesin pencarian di
perangkat komputer dan melakukan pencarian dengan kata kunci
imobilisasi dini terhadap penyembuhan luka terhadap pasien post SC
dan didapatkan hasil 5 jurnal dengan kata kunci Early Imobilitation
dan di idetifikasi dengan menggunakan literatur review.

No
1

Judul dan peneliti


Pengaruh

Tujuan
Diketahuinya

Mobilisasi

Dini pengaruh

terhadap

mobilisasi

Penyembuhan

terhadap

penelitian

ini penelitian

post

tindakan

sectio caesarea di

sectio research) dengan desain RSUD Sleman

Caesarea di RSUD luka

dirawat di
sectio

kesimpulan
Jumlah persalinan

eksperimen dengan

dini adalah semua ibu (experimental


caesarea

post

Hasil penelitian dan

Populasi JURNALPenelitian ini merupakan


TELAAH

Luka Post Sectio penyembuhan


Sleman

Instrument

BAB II

yang post test only


with

Ruang

control

Nifas design yaitu

caesarea RSUD RSUD

Sleman rancangan

Penyembuhan luka
dilakukan post sectio caesarea

bulan

endah

September 2013.

terjadi

marianingsih, hari

di

eksperimen

mobilisasi

kusnanto,

RSUD Sleman

(perlakuan).

dengan

wiworo

haryanti

observasi yang

group 51,3%,

Peneliti : Sumarah, Sleman.

dan

Juni

Tahun 2013 sebesar

setelah

pada ibu
adanya yang

melakukan
dini

pendampingan

(2013)

intensif

sebesar

100%,
sedangkan pada ibu
yang

melakukan

mobilisasi dini rutin


sebesar 88%.
Kesimpulan :
Penyembuhan luka
pada

ibu

yang

melakukan
mobilisasi dini
dengan
pendampingan
intensif
2

Pengaruh

Untuk

Populasi

Mobilisasi

Dini mengetahui

yang Penelitian

digunakan dalam menggunakan

Terhadap

pengaruh

penelitian

Keberhasilan

Mobilisasi Dini adalah

Penyembuhan

Terhadap

pasien

sebesar

100%.
ini Hasil analisa data
metode dengan uji statistik

ini Pre Eksperiment dengan parametris


semua rancangan static group independen T test
pasca comparation

didapatkan

hasil

Luka Pada Pasien Keberhasilan

operasi di bangsal

P=0,000 (P < 0,05)

Pasca Operasi di Penyembuhan

arafah

dan

sehingga

Pada marwah rs pku

diterima

RS

PKU Luka

Pasca muhammadiyah

Ha
dan

Ho

Muhammadiyah

Pasien

ditolak
artinya ada
6

Yogyakarta

Operasi di RS yogyakarta

pengaruh mobilisasi

PKU

dini

terhadap

BAB III
PEMBAHASAN

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


cara membuka perut dan dinding uterus, sehingga menimbulkan luka sayatan. Ibu
post sectio caesarea diperbolehkan pulang jika luka sayatan bekas sectio
caesarea telah pulih, yaitu luka kering dan tertutup. Mobilisasi dini merupakan
faktor yang berhubungan dengan pemulihan luka post sectio caesarea karena
mobilisasi dini mampu melancarkan sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang lancar
dapat membantu dalam penyembuhan luka karena darah mengandung zat-zat
yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti: oksigen, obat-obatan, zat
gizi.

Apabila peredaran darah lancar maka zat-zat yang dibutuhkan dapat

terpenuhi dengan baik dan apabila peredaran darah tidak lancar maka zat-zat
yang dibutuhkan tersebut sulit untuk dipenuhi. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Dube (2014), yang

menyatakan

bahwa ambulasi

dini

merupakan strategi yang efektif untuk manajemen pada pasien caesarea.


Ambulasi dini dapat membantu pasien dalam menghindari morbiditas dan dapat
meningkatkan pemulihan awal pasien.
Terkait dengan beberapa penelitian yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya dan membahas mengenai mobilisasi dini terhadap pasien post sectio
cesarea. Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat
mungkin untuk berjalan. Tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi (Suryati, 2012 dalam
Mahmudah, Sri, 2015).
Beberapa penelitian telah meneliti bahwa pada kelompok yang dilakukan
mobilisasi dini dengan pendampingan intensif

kondisi

luka post operasi

100% sembuh sedangkan pada kelompok yang dilakukan mobilisasi dini rutin

ada 12% luka yang tidak sembuh. Mobilisasi dini merupakan pengembalian
secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi dan sebagai usaha untuk mengurangi nyeri dan memperlancar
sirkulasi darah. Dengan sirkulasi yang baik akan mempengaruhi luka karena
luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan
atau perbaikan sel. Apabila sistem vaskularisasi ini terganggu maka zatzat
yang

dibutuhkan

untuk

membantu perbaikan

sel

terhambat,

sehingga

penyembuhan luka akan lama, tetapi jika sistem vaskularisasi di dalam tubuh
baik maka proses penyembuhan luka akan cepat dan lebih sempurna.
Menurut penelitian salamah yang banyak dilaksanakan oleh responden
pada 0-24 jam pasca SC adalah belajar menekuk lutu, menggeser badan,
dan

makan

minum

tanpa

bantuan

masing-masing 31 orang (86,11%),

sedangkan gerakan yang paling sedikit dilaksanakan oleh responden adalah


latihan pernafasan yaitu 7 orang (19,44%). Gerakan mobilisasi dini yang banyak
dilaksanakan oleh responden pada 24 jam kedua pasca SC adalah belajar
bangkit dari tidur, belajar duduk, makan minum tanpa bantuan, dan duduk
di tepi tempat tidur masing-masing 36 orang (100%), sedangkan gerakan
yang paling sedikit dilaksanakan oleh responden adalah mengangkat tangan
setinggi mungkin dan balik kanan kiri tanpa bantuan masing-masing 23 orang
(63,89%). Gerakan mobilisasi dini yang banyak dilaksanakan oleh responden
pada 24 jam ketiga pasca SC adalah bangkit dari tidur, mengangkat tangan
setinggi mungkin, balik kiri kanan tanpa abntuan, makan minum tanpa
bantuan masingmasing 36 orang (100%), sedangkan gerakan yang paling
sedikit dilaksanakan oleh responden adalah duduk dan berjalan masing-masing
35 orang (97,2%).
Penelitian ini juga menjelaskan bahwa pendarahan masih dialami oleh
responden pada hari pertama sampai hari ketiga (11,11%) dan luka tidak kering
(basah) masih dialami oleh responden pada hari pertama sampai hari ketiga
(13,89%). Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya hematoma pada luka
post section caesarea. Hematoma adalah adanya bekuan darah kering

sehingga menyebabkan darah sulit diserap oleh tubuh dan mengganggu


proses keringnya luka. Hal ini selaras dengan pendapat Baroroh (2011) bahwa
jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

BAB IV

10

KESIMPULAN

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


cara membuka perut dan dinding uterus, sehingga menimbulkan luka sayatan.
Perawatan yang baik perlu di lakukan agar mencegah kemungkinan terjadinya
infeksi pada luka bekas operasi dan diperlukan mobilisasi dini untuk membantu
proses penyembuhan luka. Mobilisasi dini merupakan hal yang penting dalam
periode pasca pembedahan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu essensial untuk mempertahankan
kemandirian.
Mobilisasi dini post SC harus dilakukan secara bertahap adapun tahaptahap mobilisasi dini pada pasien post SC adalah pada 6 jam pertama setelah
operasi, pasien harus tirah baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan,
menggerakan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Pasien diharuskan
untuk miring kiri dan kanan setelah 6-10 jam untuk mencegah thrombosis dan
thromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan belajar duduk, kemudian
dilanjutkan dengan belajar berjalan. Mobilisasi dini sangat di perlukan pada
pasien post operasi SC karena dengan mobilisasi mampu melancarkan sirkulasi
darah. Sirkulasi darah yang lancar dapat mempercepat dalam penyembuhan luka
karena darah mengandung zat-zat yang dibutuhkan seperti: oksigen, obatobatan, zat gizi untuk penyembuhan luka dapat mengalir dengan lancar ke area
post operasi dan seluruh tubuh

DAFTAR PUSTAKA

11

Anggorowati, Sudiharjani Nanik.(2012).Mobilisasi Dini dan Penyembuhan Luka


Operasi pada Ibu Post Sectio Caesarea (sc) di Ruang Dahlia Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Salatiga.
Anggraini Meiga.(2013).Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Keberhasilan
Penyembuhan Luka Pada Pasien Pasca Operasi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Carpenito, Lynda Jual.(2007).Rencana
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Asuhan

dan

Pendokumentasian

Kasdu, Dini. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya.Jakarta : Puspa sehat.
Kuswantoro, dkk.(2012).Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Proses
Penyembuhan Luka dan Lama Hari Rawat Pada Pasien Post Pembedahan
Sectio Caesarea Di ruang Rrawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
Salamah Sri.(2015).Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan Luka Post
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.
Samarah, dkk.(2013).Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesarea di RSUD Sleman Tahun 2013.
Smeltzer, & Bare.(2014).Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart, alih bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.
Suryani, Widyasih.(2010).Psikologi Ibu dan Anak.Yogyakarta : Citramaya.

12

Anda mungkin juga menyukai