Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOBILISASI

PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA


DI RSUD INDRAMAYU
TAHUN 2020

JURNAL

OLEH :

SITI JUARIAH
NIM : 4201.0118.B007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2020
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOBILISASI PADA PASIEN
POST SECTIO CAESAREA DI RSUD INDRAMAYU
TAHUN 2020

Siti Juariah
NIM. 4201.0118.B007

Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan mobilisasi pada pasien post sectio caesarea.
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Sampel
penelitian yaitu pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu yang berjumlah 42 orang dengan teknik purposive
sampling. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner mengenai dukungan keluarga, dan mobilisasi dini pasien
post sectio caesarea. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien post sectio caesarea dapat melakukan mobilisasi dini dan
juga mendapat dukungan keluarga pada kategori baik. Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea di
RSUD Indramayu yang ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05.
Bagi pihak rumah sakit diharapkan agar dapat mendorong keluarga pasien post sectio caesarea untuk dapat
memberikan dukungan kepada pasien post sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi dini.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Mobilisasi Dini, Sectio Caesarea

A. Latar Belakang
Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut dan
rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesaria ada dua
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin yaitu bayi terlalu besar,
kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat dan bayi
kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri atas usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul,
penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini, dan pre eklampsia.1
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan sectio caesaria di sebuah
negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan
sectio caesaria di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh
Asia.2 Di Indonesia sendiri, angka persalinan sectio caesaria juga terus meningkat baik di rumah sakit
pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sectio caesaria di Indonesia dari tahun
1991 sampai tahun 2018 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sectio caesaria di kota jauh lebih tinggi
dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen.2 Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
kelahiran dengan metode operasi sectio caesaria sebesar 12,6% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta
(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).4
Ibu dengan persalinan sectio caesarea sering kali mengeluh nyeri daerah operasi sehingga ibu enggan
melakukan mobilisasi dini. Selain itu, alasan tidak mau mobilisasi adalah karena takut jahitan lepas
sehingga ibu tidak berani merubah posisi.5 Salah satu manfaat mobilisasi pada ibu dengan post sectio
caesarea adalah mempercepat organ tubuh bekerja seperti semula dan dapat membantu memperbaiki
sirkulasi darah ke seluruh tubuh, sehingga tubuh mampu menghasilkan zat pembakar dan pembangun
yang membantu proses penyembuhan luka, dimana proses penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi,
fase proliferasi, dan fase maturasi. Pada fase inflamasi dan proliferasi membutuhkan sirkulasi darah yang
baik yang akan membantu kesembuhan luka. Sirkulasi darah yang baik akan membantu memenuhi nutrisi
sel dalam darah sehingga membantu mempercepat pertumbuhan jaringan. 6
Perawatan pada pasien post sectio caesaria merupakan perawatan yang membutuhkan kesabaran dan
ketenangan baik pasien maupun keluarganya. Peran atau dukungan keluarga sangat penting untuk
membantu dan mendukung mendukung keterbatasan pada pasien yang mengalami sectio caesaria
berkaitan dengan perawatan diri dan kemampuan pasien untuk meningkatkan kemandirian. Keluarga
harus terlibat secara aktif dalam proses mobilisasi dini. 7
Dukungan keluarga sangat penting untuk memberikan dorongan kepada pasien dalam menjalankan
mobilisasi. Dukungan keluarga pada pasien dapat berupa informasi yaitu menasehati kembali pasien
tentang mobilisasi yang sudah disampaikan oleh perawat, membantu pasien latihan ringan diatas tempat
tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, mendampingi berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke
luar kamar. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat perlu sekali dalam rangka untuk memberikan
dukungan terhadap pasien supaya dapat melakukan mobilisasi.8
Keterbatasan yang dialami oleh pasien post sectio caesaria menyebabkan Ia tidak mampu melakukan
aktivitas dengan sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Keluarga
sebagai orang yang terdekat dengan ibu dapat berperan sebagai pendamping pasien untuk tetap
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu upaya mobilisasi dini. Keluarga memiliki peran yang
sangat penting bagi pasien post sectio caesaria khususnya suami dari pasien post sectio caesaria sebab
suami dapat memahami kondisi istrinya dengan baik. Suami atau anggota keluarga lain dapat
memberikan dukungan berupa pendampingan, membantu ibu menggerakan tangan dan kaki, membantu
ibu miring ke kanan atau kekiri dan membantu ibu duduk dan berjalan ke tempat mandi. 8
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada hari pertama dan klien setelah 24 jam dapat miring ke kiri, kanan
dan duduk di tempat tidur. Namun, pada 6 jam pasca sectio caesarea perlu istirahat terlebih dahulu,
setelah 6-10 jam klien diharuskan miring kiri dan kekanan, sehigga setelah 24 jam klien dapat miring ke
kiri, kanan dan duduk di tempat tidur.9
Mobilisasi secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Miring
kanan dan kiri sudah dapat dilakukan setelah klien istirahat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar,
latihan pernapasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang setelah sadar. Setelah satu hari pasien
dapat duduk. Selanjurnya secara berturut-turut, hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari dan belajar berjalan.10
Berdasarkan data RSUD Indramayu, diketahui jumlah persalinan pada tahun 2018 sebanyak 1.109
persalinan terdiri dari spontan 644 persalinan (58,07%), sectio caesarea sebanyak 465 persalinan
(41,9%), vakum sebanyak 38 persalinan (3,42%) dan induksi sebanyak 182 persalinan (16,4%).
Sedangkan pada tahun 2019 jumlah persalinan sebanyak 1.381 persalinan terdiri dari spontan 820
persalinan (52,1%), sectio caesarea sebanyak 661 persalinan (47,8%), vakum sebanyak 21 persalinan
(1,52%) dan induksi sebanyak 281 persalinan (13,1%).11 Hal ini menunjukkan bahwa persalinan dengan
sectio caesarea di RSUD Indramayu pada tahun 2018 – 2019 mengalami peningkatan dari 41,9% menjadi
47,8%. Sehingga persalinan perlu adanya perhatian pada pasien post sectio caesarea agar mampu
melakukan mobilisasi dini dengan tepat yang berguna mempercepat proses penyembuhan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Indramayu, terhadap 10 pasien post sectio
caesarea pada hari pertama setelah 6 jam pasien di operasi, didapatkan sebanyak 4 pasien sudah mampu
melakukan gerakan pada bagian tangan dan kaki serta melakukan gerakan miring ke kiri dan ke kanan,
sedangkan 6 pasien lainnya masih terbaring belum mau bergerak miring ke kiri atau ke kanan. Disamping
itu, juga peneliti menanyakan pada anggota keluarga yang menemani pasien, dari 10 sebanyak 5 orang
anggota keluarga yang suka mengingatkan dan membantu pasien untuk istirahat pada 6 jam pertama dan
melakukan pergerakan tubuh setelah 6 jam di operasi, sedangkan 5 orang lainnya tidak mengerti dan tidak
tahu cara membantu pasien melakukan gerakan setelah 6 jam dioperasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD
Indramayu Tahun 2020.”

B. METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
desain cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
subjek pada saat pemeriksaan.23 Variabel dapat diartikan sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota–anggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok yang lain. 24 Variabel independen
dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga, sedangkan variabel dependen adalah mobilisasi pada
pasien post sectio caesarea. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai
pasien post sectio caesarea hari ke-1 dan hari ke-2 di RSUD Indramayu pada bulan Maret 2020 sebanyak
42 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai pasien post sectio caesarea hari
ke-1 dan hari ke-2 di RSUD Indramayu pada bulan Maret 2020 sebanyak 42 orang. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini mengadposi dari penelitian sebelumnya mengenai hubungan dukungan
keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesaria.8 Kuesioner tersebut sudah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Hasil uji dari 16 item dukungan keluarga menghasilkan nilai corrected item-total
correlation sebesar 0,501-0,814 > r tabel (0,444). Hasil uji reliabilitas dari 15 dukungan keluarga
diperoleh alpha cronbach sebesar 0,924 atau > 0,7. Analisis datanya menggunakan analisis univariat dan
bivariat dengan uji chi square.

C. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan mobilisasi pada
pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu Tahun 2020. Data primer yang dikumpulkan melalui
kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan perangkat lunak.
Hasil penelitianini diuraikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran dari variabel yang
diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas, kemudia ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dukungan keluarga dan
mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu.
a. Deskripsi Dukungan Keluarga pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD Indramayu
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD Indramayu

Dukungan Keluarga Jumlah %


Kurang 4 9,52
Baik 38 90,48
Total 42 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas dukungan keluarga pada pasien post sectio
caesarea di RSUD Indramayu tahun 2020 berada pada kategori baik, yakni dari 42 orang responden
terdapat 38 orang (90,48%) responden yang memiliki dukungan keluarga pada kategori baik. Hanya
4 orang (9,52%) responden yang memiliki dukungan keluarga pada kategori kurang.
b. Deskripsi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD Indramayu

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara univariat, maka peneliti menyajikan

deskripsi mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD Indramayu

Mobiliasi Dini Jumlah %


Tidak dilakukan 8 19,05
Dilakukan 34 80,95
Total 42 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas pasien post sectio caesarea di RSUD
Indramayu tahun 2020 dapat melakukan mobilisasi dini, yakni dari 42 orang responden yang diukur
mobilisasi dininya, terdapat 34 orang (80,95%) responden dapat melakukan mobilisasi dini dan
hanya 8 orang (19,05%) responden yang tidak melakukan mobilisasi dini.
2. Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD
Indramayu Tahun 2020

Mobilisasi Dini pada Post Sectio Caesarea


Jumlah p value
Dukungan Keluarga Tidak diakukan Dilakukan
n % n % N %
Kurang 3 75,0 1 25,0 4 100
0,003
Baik 5 13,16 33 86,84 38 100
Jumlah 8 19,05 34 80,95 42 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu Tahun 2020
yang memiliki dukungan keluarga pada kategori baik dapat melakukan mobilisasi dini, yakni dari 38
orang pasien post sectio caesarea dengan dukungan keluarga yang baik, terdapat 33 orang (86,84%)
pasien post sectio caesarea dapat melakukan mobilisasi dini, dan hanya 5 orang (13,16%) pasien post
sectio caesarea yang tidak melakukan mobilisasi dini. Sementara pasien post sectio caesarea yang
kurang memiliki dukungan keluarga, mayoritas tidak melakukan mobilisasi dini, yakni dari 4 orang
pasien post sectio caesarea yang kurang mendapat dukungan keluarga, terdapat 3 orang (75%) pasien
post sectio caesarea yang tidak melakukan mobilisasi dini, dan hanya 1 orang (25%) pasien post sectio
caesarea yang melakukan mobilisasi dini. Secara statistik menggunakan analisis chi square pada tingkat
kemaknaan 95% menunjukkan diperoleh nilai p = 0,003 < α = 0,05, sehingga Ho ditolak, yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio
caesarea di RSUD Indramayu Tahun 2020.

D. PEMBAHASAN

1. Dukungan Keluarga pada Pasien Post Sectio Caesarea


Berdasarkan hasil penelitian mayoritas dukungan keluarga pasien post sectio caesarea di RSUD
Indramayu tahun 2020 berada pada kategori baik, yakni dari 42 orang responden terdapat 38 orang
(90,48%) responden yang memiliki dukungan keluarga pada kategori baik. Hanya 4 orang (9,52%)
responden yang memiliki dukungan keluarga pada kategori kurang. Adanya pasien post sectio caesarea
yang kurang mendapatkan dukungan keluarga tersebut ini dapat disebabkan oleh kuranganya pengetahuan
keluarga tentang mobilisasi sehingga mereka tidak dapat memberikan masukan ataupun membantu ibu
untuk melakukan dini karena takut akan melakukan hal yang salah terhadap ibu yang baru saja menjalani
proses operasi. Keluarga diharapkan mampu untuk memberikan peran dukungan kepada ibu nifas agar
mampu melakukan mobilisasi dini secara bertahap dengan baik. Keluarga dapat membantu ibu nifas
dalam melakukan mobilisasi bertahap mulai dari miring kanan- miring kiri, duduk dan berjalan.
Keluarga yang kurang memberikan dukungan dapat dikarenakan keluarga belum memahami atau
kurangnya mendapatkan informasi tentang pentingnya dukungan bagi pasien yang post operasi.
Dukungan ini penting untuk membantu pasien melakukan mobilisasi dini sehingga mempercepat proses
pemulihan. Kurangnya informasi tentang mobilisasi dan cara melakukannya, menyebabkan dukungan
keluarga pada pasien menjadi kurang.
Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.16 Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan,
menghargai dan mencintainya.18
Dukungan keluarga merupakan hubungan interpersonal yang didalamnya berisi pemberian bantuan
yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan
instrumental yang diperoleh ibu postpartum blues melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu
memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu ibu postpartum
dalam mengatasi masalahnya. Dukungan keluarga merupakan salah satu variabel penting yang membantu
ibu postpartum primipara dalam mengahadapi permasalahan dan pemecahan masalah setelah proses
melahirkan.19
Secara umum berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa pasien post sectio caesarea yang mendapat
dukungan keluarga dengan baik, cenderung dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik pula, sebaliknya
bahwa pasien post sectio caesarea yang kurang mendapat dukungan keluarga juga cenderung kurang
melakukan mobilisasi dini. Ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada pasien post sectio caesarea
memiliki peran yang penting dalam mendorong pasien post sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi
dini sebagai rangkaian proses percepatan pemulihan dirinya post sectio caesarea.
2. Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesarea
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas pasien post sectio caesarea di RSUD
Indramayu tahun 2020 dapat melakukan mobilisasi dini, yakni dari 42 orang responden yang diukur
mobilisasi dininya, terdapat 34 orang (80,95%) responden dapat melakukan mobilisasi dini dan hanya 8
orang (19,05%) responden yang tidak melakukan mobilisasi dini. Tingginya pasien post sectio caesarea
yang melakukan mobilisasi dini dengan baik merupakan hal yang positif bagi pasien post sectio caesarea.
Ini mendakan bahwa pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu memiliki kesadaran tinggi dalam
rangka mengupayakan pemulihan dirinya. Kemampuan mobilisasi dini tersebut sebagian besarnya
didukung keluarga.
Pasien yang tidak melakukan mobilisasi dapat dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya kurangnya
dukungan dari keluarga terutama suami atau ibu yang mendampinginya dan belum memahami dengan
benar mengenai manfaat dari mobilisasi dini bagi penyembuhan luka post operasi. Dukungan yang
kurang dan belum pahamnya ibu tentang mobilisasi dapat menyebabkan mobilisasi dini tidak dilakukan
dengan baik, akibatnya ibu hanya berbaring tidur dan tidak mau mencoba untuk bergerak, duduk bahkan
berjalan sendiri. Kondisi ini akan memperlambat proses penyembuhan pasien.
Masa nifas adalah periode di mana terjadi proses perbaikan tubuh selama persalinan dan kelahiran.
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting
dilakukan karena dapat memulihkan kesehatan umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi,
pengembalian darah yang kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan
otot agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah. Upaya awal yang dilakukan
oleh pasien post sectio caesarea adalah melakukan mobilisasi dini yang bertujuan untuk mempercepat
pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.
Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing ibu untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Dan kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. Ibu dengan
persalinan sectio caesarea sering kali mengeluh nyeri daerah operasi sehingga ibu enggan melakukan
mobilisasi dini. Selain itu, alasan tidak mau mobilisasi adalah karena takut jahitan lepas sehingga ibu
tidak berani merubah posisi.5 Salah satu manfaat mobilisasi pada ibu dengan post sectio caesarea adalah
mempercepat organ tubuh bekerja seperti semula dan dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, sehingga tubuh mampu menghasilkan zat pembakar dan pembangun yang membantu
proses penyembuhan luka, dimana proses penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase proliferasi,
dan fase maturasi. Pada fase inflamasi dan proliferasi membutuhkan sirkulasi darah yang baik yang akan
membantu kesembuhan luka. Sirkulasi darah yang baik akan membantu memenuhi nutrisi sel dalam
darah sehingga membantu mempercepat pertumbuhan jaringan.6
Mobilisasi secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Miring kanan dan
kiri sudah dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar, latihan pernapasan dapat dilakukan pasien sambil tidur
terlentang setelah sadar. Pada hari kedua pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batukbatuk kecil guna untuk melonggarkan pernapasan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan diri pasien untuk pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk atau semi fowler. Selanjurnya secara berturut-turut, hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 2 pasca operasi. 10
3.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesarea
Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu Tahun 2020 yang
ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Naningsih mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesaria di Ruang Nifas
Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien post sectio caesaria mendapat dukungan keluarga pada kategori baik. Secara
bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan Keluarga
dengan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesaria dengan nilai p = 0,003.21 Juga penelitian Auliya
mengenai hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post sectio
caesarea menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada
pasien post section caesarea di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan nilai p = 0,000.22
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Keadaan umum klien harus diperhatikan untuk
melakukan mobilisasi dini, dan harus dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan klien, timbulnya luka setelah
pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi,
dukungan keluarga dan perawatan diruangan sangat membantu dalam jalannya mobilisasi yang optimal, dan
dilakukan secara bertahap, sosial budaya di lingkungan tempat tinggal juga ikut berperan dalam melakukan
mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien post partum dengan sectio caesaria.9
Keterbatasan yang dialami oleh pasien post sectio caesaria menyebabkan Ia tidak mampu melakukan aktivitas
dengan sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satunya untuk
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Keluarga sebagai orang yang terdekat dengan ibu dapat berperan
sebagai pendamping pasien untuk tetap mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu upaya mobilisasi dini.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi pasien post sectio caesaria khususnya suami dari pasien post
sectio caesaria sebab suami dapat memahami kondisi istrinya dengan baik. 9
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-
sakit) anggota keluarga, oleh karena itu, asupan pelayanan/perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya
memulihkan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut. Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk
mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit tertentu dengan kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidur dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. 18
Mobilisasi dini harus dapat dilakukan oleh pasien postSC dengan baik sebab hal ini sangat penting
bagi pasien postuntuk melancarkan sirkulasi darah, membantu proses pemulihan, mencegah terjadinya
infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta mencegah pencegahan lebih lanjut.

E. Simpulan
1. Mayoritas dukungan keluarga pada pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu berada pada
kategori baik.
2. Mayoritas pasien post sectio caesarea di RSUD Indramayu dapat melakukan mobilisasi dini dengan
baik.
3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pada pasien post
sectio caesarea di RSUD Indramayu.

F. Saran
Berdasarkan hasil penlitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
6.2.1 Bagi RSUD diharapkan agar dapat mendorong keluarga pasien post sectio caesarea untuk dapat
memberikan dukungan kepada pasien post sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi dini.
6.2.2 Bagi pasien post sectio caesarea, diharapkan agar tidak takut untuk melakukan mobilisasi dini,
sebab hal tersebut sangat bermanfaat bagi percepatan pemulihan pasien post sectio caesarea.
6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya, oleh karena dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti tentang dukungan
keluarga. maka diharapkan bagi peneliti disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menggali
faktor- faktor lain yang berhubungan dengan mobilisasi dini pasien post sectio caesarea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mitayani. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. 2015.


2. Sihombing. Determinan Persalinan Sectio Caesarea di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas
2013). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8 (1), 2017.
3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2019.
4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2019.
5. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. 2015.
6. Perry dan Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Alih Bahasa:
Renata. Jakarta: EGC. 2015.
7. Chapman, V. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta. EGC. 2016.
8. Habiawati, H. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio
Caesaria di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2018. Skripsi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari
Prodi D-IV Kebidanan Kendari. 2018.
9. Kasdu, D. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara. 2015.
10. Manuaba, IBG. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. 2015.
11. RSUD Indramayu. Data Persalinan di RSUD Indramayu Tahun 2018-2019. Indramayu: RSUD
Indramayu. 2018-2019.
12. Saleha, S. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 2015.
13. Cunningham, F. G. Obstertri Williams. Jakarta: EGC. 2016.
14. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2015.
15. Farrer, H. Perawatan Maternitas. .Jakarta: Yasmin Asih. 2015.
16. Saifuddin, A. B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. . 2015.
17. Setiadi, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2015.
18. Friedman, Marilyn M. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.
2015.
19. Yanti. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama. 2015.
20. Aliahani. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesaria,http://honey72.wordpress.com. 2015.
21. Auliya, N. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio
Caesarea. Naskah Publikasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta. 2017.
22. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2015.
23. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2015.
24. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. 2017.

Anda mungkin juga menyukai