Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN AMBULASI DINI PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHANAN AKTIVITAS


DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI
SARTIKA KOTA KENDARI

BAB I
PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya

kontraksi persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara progresif dan

diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2010).


Sectio caesaria merupakan proses persalinan melalui pembedahan untuk melahirkan

janin dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen dan uterus

untuk mengeluarkan bayi. Cara ini dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah

pada komplikasi Komplikasi (Maryuni, 2014).

World Health Organization (WHO) menetapkan angka persalinan dengan operasi

bedah sectio caesaria (SC) Adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO,

peningkatan persalinan dengan operasi sesar di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-

2008 yaitu 110.000 perkelahiran di seluruh Asia. Di Indonesia sendiri, angka kejadian operasi

sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta.

angka kejadian sectio caesaria mengalami peningkatan Pada tahun 2000 jumblah ibu bersalin

dengan sectio caesaria, 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19% ,tahun 2002 sebesar 47,13%,

tahun 2003, sebesar 46,87%, tahun 2004, sebesar 53,22% dan tahun 2005 sebesar 51,59% dan

pada tahun 2006

sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Depkes RI, 2012).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi

kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007

yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11

persen dibandingkan 3,9 persen. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan
metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010

sampai dengan 2013, dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Secara umum pola

persalinan melalui operasi sesar menurut karakteristik menunjukkan proporsi tertinggi pada

kuintil indeks kepemilikan teratas (18,9%), tinggal di perkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai

pegawai (20,9%) dan pendidikan tinggi/lulus PT (25,1%). (Analisis lanjut Riskesdes, 2017).

Sesuai pengambilan data awal Di rumah sakit umum Dewi sartika kendari, Sulawesi

Tenggara Jumblah persalinan dengan sectio caesarea tahun 2016 sebanyak 496 kasus (50%),

dan priode januari-Desember pada tahun 2017, berjumblah 679 kasus (3%), dan pada tahun
2018 berjumblah 669 orang (36%).

Di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal dunia karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan, persalinan dengan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan

meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena

kehamilan, persalinan dan nifas. Dari angka tersebut sekitar 13,4% melalui dengan Sectio

caesarea (Pudiastuti, 2012). Kematian ibu akibat operasi SC menunjukan angka 1 per 1.000

persalinan. Menurut Benson dan Pernolls (2009), angka kematian pada operasi SC 40 sampai 80

tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih besar dibanding

persalinan pervaginam. Untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi

dibandingkan persalinan pervaginam, komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari angka

kematian ibu (Farrel, 2010). Dampak yang sering timbul dalam persalinan SC antara lain adalah

infeksi yang banyak disebut sebagai morbilitas pasca operasi. Kurang lebih 90% dari morbilitas

pasca operasi

disebabkan oleh infeksi seperti: infeksi rahim, infeksi kandung kemih, infeksi usus dan infeksi

luka bekas operasi. Apabila infeksi tidak segera diatasi dan dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan infeksi yang berlarut sampai dengan sepsis yang dapat mengakibatkan kematian

terhadap ibu.

Luka yang di timbulkan karena pembedahan harus segera di atasi, karena apa bila luka

tersebut tidak segera di tangani dapat menimbulkan infeksi yang akhirnya justru memberikan
akibat atau dampak yang lebih buruk. Salah satu tindakan keperawatan untuk mempercepat

proses penyembuhan luka yaitu Ambulasi dini (Muttaqin, 2012). Masalah yang sering di

keluhkan pada ibu pasca operasi sectio caesarea adalah ketidak nyamanan (nyeri). Hal ini

berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan yang lain seperti ketidak nyamanan/ hambatan

melakukan Immobilisasi dan adanya luka.

Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang di lakukan segera pada pasien paska

operasi di mulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan

bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Yuni, 2014). Pentingnya di lakukan ambulasi dini
yaitu, untuk mempercepat kesembuhan ibu sehingga dapat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari secara normal.

Manfaat melakukan Ambulasi dini antara lain pasien akan merasa lebih kuat dan sehat,

faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik, memperlancar peredaran darah sehingga

mempercepat penyembuhan luka, otot menjadi lebih kuat sehingga pasien mampu merawat

diri dan bayi nya secara mandiri (Karlina, 2014) Gerakan Ambulasi dini yang lain sebagian

responden sudah melakukan dengan baik, seperti pergerakan kaki di tempat tidur, mengangkat

kaki, miring ke kiri dan ke kanan dan duduk.

Penelitian dilakukan oleh Kaur, Kaur dan Sikka (2015) yang meneliti tentang

pengaruh ambulasi dini pada pemulihan pasca operasi caesar diperoleh hasil temuan

penelitian ini bahwa ambulasi dini efektif dalam pemulihan pasca operasi dan mencegah

komplikasi post operasi, dimana latihan ambulasi dini dimulai 6 jam post operasi caesar pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol ambulasi standar perawatan setelah 13 14 post

operasi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

terhadap pemulihan dengan menilai intensitas nyeri, penggunaan analgetik, asupan oral, awal

platus, dan mempengaruhi kemampuan dalam menyusui dan memegang bayi. Hal ini akan

dapat mempercepat pasien keluar dari rumah sakit dan lebih fokus kepada perawatan bayinya.

Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa ambulasi dini sangat dibutuhkan oleh pasien post

operasi dan efektif digunakan untuk meningkatkan kearah pemulihan pasien post operasi.
Ambulasi dini pada pasien post SC dapat di pengaruhi oleh berbagai macam faktor yang

dapat menyebabkan kurang berhasilnya melakukan ambulasi dini. Menurut hasil penelitian

yang di lakukan Putina & Chabibah (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemandirian ibu post SC menunjukan bahwa faktor dukungan tenaga kesehatan, umur,

kehamilan, pendidikan, pengalaman SC, gaya hidup, dan dukungan keluarga mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kemandirian ibu post SC dalam melakukan ambulasi dini.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Penerapan Ambulasi Dini Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas Di RSUD Dewi Sartika kendari"

• Rumusan masalah

Bagaimana penerapan Ambulasi Dini Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di RSUD Dewi Sartika?

• Tujuan penulisan

• Tujuan umum

Mengetahui gambaran penerapan pasien post sectio caesarea Dalam pemenuhan

kebutuhan Aktivitas Di rumah sakit umum Dewi sartika kota kendari .

• Tujuan Khusus
Mengidentifikasi kemampuan melakukan Ambulasi pasien Post Sectio caesarea sebelum &
setelah latihan ambulasi dini

Anda mungkin juga menyukai