Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sectio caesarea adalah persalinan atau lahirnya janin dan plasenta
melalui sayatan dinding abdomen dan uterus, karena disebabkan antara
ukuran kepala dan panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami (Wiknjosastro, 2017). Menurut Sarwono (2018)
sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram.
Konsep perawatan dasar pada masa nifas atau masa pascasalin pasien
pasca sectio caesarea yaitu mobilisasi dini yang diberikan setelah tindakan
sectio caesarea. Mobilisasi dini post partum adalah suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan
dengan persalinan sectio caesarea dengan tujuan untuk mencegah
komplikasi post operasi sectio caesarea dan supaya ibu merasa lebih sehat
juga membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, namun
mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati- hati (Viane,Milka, 2018).
Sedangkan menurut Marfuah, Isti (2017) Mobilisasi dini post sectio
caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea.
Menurut Kasdu (2017) Mobilisasi dini post partum pasca sectio
caesarea seharusnya mulai dilakukan pada 6 jam pertama pasca
operasi. Akan tetapi, belum banyak ibu post partum dengan sectio
caesarea mengetahui tentang mobilisasi dini. Mengingat mobilisasi dini
pasca sectio caesarea berguna untuk mempercepat penyembuhan luka
operasi, mempertahankan tonus otot, dan banyak manfaat lainnya.
Jumlah operasi caesar di dunia ini telah meningkat tajam dalam 20
tahun terakhir. WHO memperkirakan angka persalinan dengan operasi

1
adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-
negara berkembang, dibandingkan dengan Amerika sekitar 23% dan
Kanada 21% pada tahun 2018. Sedangkan di negara Inggris angka kejadian
relatif stabil yaitu antara 11-12% di Italia pada tahun 1980 sebesar 3,2% -
14,5% pada tahun 1987 meningkat menjadi 17,5%. Di Indonesia terjadi
peningkatan operasi caesar dimana tahun 2017 sebesar 47,22%, tahun
2018 sebesar 45,19%, tahun 2018 sebesar 47,13%, tahun 2017 sebesar
46,87%, tahun 2008 sebesar 53,22% (Mukaromah, 2017 dalam Yoyok,
2017). Angka kejadian operasi caesar di propinsi Jawa Timur tahun 2017
berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari
seluruh persalinan (Yoyok, 2017). Sedangkan jumlah operasi caesar di
RSU Muhammadiyah Ponorogo pada bulan Agustus sampai dengan
Oktober 2017 mencapai 266 operasi (Rekam medik RSU Muhammadiyah
Ponorogo, 2017).
Pada ibu post partum dengan sectio caesarea sering kali mengeluh
nyeri daerah operasi sehingga ibu enggan melakukan mobilisasi dini.
Selain itu, alasan tidak mau mobilisasi adalah karena takut jahitan lepas
sehingga ibu tidak berani merubah posisi. Pengetahuan tentang mobilisasi
dini yang kurang pada ibu post sectio caesarea dapat mempengaruhi
berlangsungnya pelaksanaan mobilisasi dini sehingga dapat menyebabkan
terjadinya resiko tirah baring lama seperti gangguan sirkulasi darah
(Apriani, 2017).
Salah satu manfaat mobilisasi pada ibu dengan post sectio caesarea
adalah mempercepat organ tubuh bekerja seperti semula dan dapat
membantu memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh, sehingga tubuh
mampu menghasilkan zat pembakar dan pembangun yang membantu
proses penyembuhan luka, dimana proses penyembuhan luka terdiri dari
fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Pada fase inflamasi dan
proliferasi membutuhkan sirkulasi darah yang baik yang akan membantu
kesembuhan luka. Sirkulasi darah yang baik akan membantu memenuhi
nutrisi sel dalam darah sehingga membantu mempercepat pertumbuhan

2
jaringan. Mobilisasi dini dapat dilakukan 6 jam pasca sectio caesarea
dengan menggerakkan lengan, tangan, memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menekuk dan menggeser otot kaki. Setelah 6-10 jam ibu
diharuskan miring kiri dan kekanan, setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk
dapat belajar duduk, setelah ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar berjalan
(Kasdu, 2017).
Melihat pentingnya mobilisasi dini pada ibu post partum dengan
sectio caesarea maka peran seorang perawat sangat diperlukan dalam
membantu pasien pasca operasi sectio caesarea adalah untuk memberikan
penjelasan dan motivasi, mendampingi serta membimbing pasien pasca
operasi sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi sedini mungkin,
berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang mobilisasi dini pasca sectio caesarea
di RSU Muhammadiyah Ponorogo.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimana pengetahuan ibu nifas
tentang mobilisasi dini pasca sectio caesarea di RS. DKT Zainul Arifin?”

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini
Pasca Sectio Caesarea di RS. DKT Zainul Arifin ?

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut
sebagai dasar untuk lebih memantapkan dan memberikan
informasi tentang pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pasca
sectio caesarea.

3
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu
keperawatan, dapat dijadikan sebagai kajian dan bacaan untuk
kegiatan penelitian.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan
memperdalam pengalaman peneliti tentang riset
keperawatan serta pengembangan wawasan tentang mobilisasi
dini pasca sectio caesarea.
2. Bagi Perawat dan Bidan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan kepada
perawat dan bidan mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang
mobilisasi dini pasca sectio caesarea dalam memberikan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang tepat.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi tempat
penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi
dini pasca sectio caesarea sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.

1.5 Keaslian Penelitian


1. Penelitian yang dilakukan oleh Viane, Maria dkk (2018) dengan
judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Sectio Caesarea
Terhadap Mobilisasi Dini di RSIA Makassar”. Jenis penelitian yang
digunakan dengan survey analitik. Pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan quesioner
dengan jumlah 35 responden. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah terletak pada judul, tempat penelitian, variabel yang

4
akan diteliti, desain penelitian, dan desain sampling. Sedangkan
persamaannya adalah pada teknik pengumpulan data dan sama-sama
meneliti tentang mobilisasi pasien post sectio caesarea dimana
penelitian yang dilakukan difokuskan pada mobilisasi ibu post partum
dengan sectio caesarea .
2. Penelitian yang dilakukan oleh Christiana, Shella (2017) dengan
judul “Mobilisasi Dini Berhubungan Dengan Peningkatan
Kesembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di
Runag Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri”. Penelitian
menggunakan metode penelitian analitik. korelasional. Menggunakan
30 responden dengan tekhnik accidental sampling. Analisis data
menggunakan uji statistik chi square. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah terletak pada judul tempat penelitian, variabel
yang akan diteliti, desain penelitian, desain sampling. Sedangkan
persamaannya adalah pada teknik pengumpulan data, dan sama- sama
meneliti tentang mobilisasi pasien post sectio caesarea dimana penelitian
yang dilakukan difokuskan pada mobilisasi ibu post partum dengan
sectio caesarea .
3. Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah, Isti (2017) dengan
judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam
Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea di RSUD Dr. Moewardi”.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, Jenis penelitian
adalah penelitian non eksperimen, bersifat kuantitatif dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu pasca sectio caesarea
sebanyak 106 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah terletak pada judul, tempat penelitian, variabel yang akan diteliti,
dan desain sampling. Sedangkan persamaannya adalah pada teknik
pengumpulan data, dan sama-sama meneliti tentang mobilisasi pasien
post sectio caesarea dimana penelitian yang dilakukan difokuskan pada
mobilisasi ibu post partum dengan sectio caesarea .

5
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dian, Febriana (2018) dengan
judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Sectio Caesarea
Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum Dengan Sectio
Caesarea di RSUD Ajibarang”. Jenis penelitian deskriptif korelatif.
pengambilan data menggunakan pendekatan cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, penelitian
menggunakan quesioner 57 responden. Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah terletak pada judul tempat penelitian,
variabel yang akan diteliti, desain penelitian, dan desain sampling.
Sedangkan persamaannya adalah pada teknik pengumpulan data dan
sama-sama meneliti tentang mobilisasi pasien post sectio caesarea
dimana penelitian yang dilakukan difokuskan pada mobilisasi ibu post
partum dengan sectio caesarea .

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sectio Caesarea


1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn &
William, 2018). Menurut Amru Sofian (2017) Sectio Caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2018).
Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui
insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi) (Rasjidi, 2017).
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.

2. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2018) etiologi Sectio Caesarea ada
dua yaitu sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para
tua disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik
(disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta
previa terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I -
II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, atas
permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).

1
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
3. Komplikasi
Menurut Wikjosastro (2017) komplikasi Sectio Caesarea
sebagai berikut:
a. Komplikasi pada ibu
1) Infeksi puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas; atau bersifat berat,
seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala – gejala yang merupakan presdisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang – cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena
atonia uteri.
3) Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung
kencing, embolisme paru – paru, dan sebagainya sangat
jarang terjadi.
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik.

2
b. Komplikasi pada bayi
Nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
Sectio Caesare.a
4. Indikasi dan kontra Indikasi
Menurut Rasjidi (2017) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio
Caesarea sebagai berikut:
a. Indikasi Sectio Caesarea
1) Indikasi mutlak
Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolut
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi
c) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan
obstruksi
d) Stenosis serviks atau vagina
e) Placenta previa
f) Disproporsi sefalopelvik
g) Ruptur uteri membakat Indikasi janin
h) Kelainan letak
i) Gawat janin
j) Prolapsus placenta
k) Perkembangan bayi yang terhambat
l) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena
preeklampsia.

3
2) Indikasi relatif
a) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya b)
Presentasi bokong
b) Distosia
c) Fetal distress
d) Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler
dan diabetes
e) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
3) Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan
berdasarkan pengalaman sebelumnya.
b) Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif
karena takut bayinya mengalami cedera atau asfiksia
selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan
dasar panggul.
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan
pada tubuhnya atau sexuality image setelah
melahirkan.
b. Kontra indikasi
Kontraindikasi dari Sectio Caesarea adalah:
1) Janin mati
2) Syok
3) Anemia berat
4) Kelainan kongenital berat
5) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6) Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

2.2 Placenta Previa


1. Pengertian Placenta Previa
Placenta Previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

4
Ostium Uteri Internum (Manuaba, 2017). Menurut
Winknjosastro(2017) placenta previa adalah plasenta ada didepan
jalan lahir (prae = didepan ; vias : jalan), di kutip dalam buku
(Rukiyah & yulianti, 2018).
Placenta previa adalah keadaan di mana implantasi plasenta
terletak pada atau didekat serviks (Saifuddin dkk, 2017). Placenta
Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagaian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal)
(Mochtar, 2017 : Nugraheny, 2018).
Dari beberapa pengertian placenta previa diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa placenta previa adalah palcenta yang
implantasinya berada di depan jalan lahir sehingga menutupi seluruh
permukaan atau sebagian pembukaan jalan lahir.
2. Etiologi
Etiologi placenta previa tidak diketahui namun lebih sering
dijumpai pada multipara dan kalau placentanya lebar serta tipis.
Diperkirakan kalau terdapat defisiensi endometrium dan decidua pada
segmen atas uterus, maka placenta akan meluas dalam
upanyanya untuk mendapatkan suplai darah yang lebih memadai
(Oxorn & William, 2018).
Sedangkan menurut Winkjosatro (2017) perdarahan tanpa
alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari placenta
previa. dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih membuka. Darahnya
berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio placenta yang berwarna kehitam-hitaman
(Rukiyah & Yulianti, 2018). Faktor – faktor yang meningkatkan
kejadian placenta previa (Manuaba, 2018).
a. Umur penderita
1) Umur muda karena endometrium masih belum sempurna

5
2) Umur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
kurang subur.
b. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian placenta previa makin besar
karena endometrium belum sempat tumbuh.
c. Hipoplasi endometrium bila kawin dan hamil diumur muda
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi
e. Endometrium yang cacat
1) Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
2) Bekas operasi, bekas kuretase atau placenta manual
3) Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
4) Pada keadaan mal nutrisi.

3. Manifestasi klinis
Keluhan utama atau keluhan satu-satunya adalah perdarahan
pervaginam tanpa rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, perdarahan
tidak diketahui sebabnya namun mungkin didahului oleh trauma atau
coitus. Perdarahan pertama hampir tidak pernah membawa kematian.
Perdarahan ini dapat berhenti dan kemudian mulai lagi. Kadang-
kadang darah menetes terus-menerus sehingga pasien menjadi
anemis. Keistimewaan pada placenta previa adalah bahwa derajat
anemia atau syok setara dengan jumlah darah yang hilang (Oxorn
& William, 2018).
Perdarahan pada placenta previa terjadi tanpa rasa sakit
pada saat tidur atau sedang melakukan aktivitas. Mekanisme
perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang
kehamilan aterm sehingga placenta lepas dari implantasi dan
menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan dapat sedikit atau
banyak dan menimbulkan penyulit pada janin maupun ibu. Penyulit
pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok sedangkan pada

6
janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
Implantasi placenta di segmen bawah rahim menyebabkan bagian
terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan
kelainan letak janin dalam rahim (Manuaba, 2017).

4. Klasifikasi
Menurut Oxorn & William (2018) Klasifikasi placenta previa sebagai
berikut:
a. Totalis atau ventralis: keseluruhan Ostium Internum Cervix
ditutup oleh placenta
b. Partialis: sebagian Ostium Internum Cervix ditutup oleh
placenta.
c. Marginalis: Placenta membentang sampai tepi Cervix tapi tidak
terletak pada Ostium. Kalau Cervix menipis dan membuka pada
kehamilan lanjut, placenta previa dapat berubah menjadi jenis
partialis.

5. Komplikasi
Menurut Nugraheny (2018) komplikasi yang terjadi pada
placenta previa adalah:
a. Prolaps tali pusat
b. Prolaps placenta
c. Placenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan.
d. Robekan – robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan postpartum
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi prematur atau lahir mati.

7
6. Patofisiologi
Menurut sarwono (2018) sumber perdarahannya adalah
sinus uterus yang terobek karena terlepasnya placenta dari dinding
uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari placenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada placenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak placenta, maka semakin dini
perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada placenta
previa totalis akan terjadi lebih dini daripada placenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Rukiyah &
Yulianti, 2018).
Placenta previa adalah implantasi placenta di segmen bawah
rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses
persalinan dengan terjadinya peredarahan. Implantasi placenta
di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di
fundus uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis
sehingga diperlukan perluasan placenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin, vili korealis pada korion laeve yang
persisten. Pembagian placenta previa menurut tingkatannya.
a. Tingkat I
Placenta previa letak rendah (pada pembukaan 4 cm ujung jari
dapat meraba tepi plasenta).
b. Tingkat II
Placenta previa marginalis, tepi plasenta berimpitan dengan tepi
pembukaan, dulu dipergunakan pembukaan 4 cm.
c. Tingkat III
Placenta previa partialis, plasenta menutupi sebagian
pembukaan 4 cm.
d. Tingkat IV

8
Placenta previa totalis, seluruh osteum uteri internum tertutup oleh
plasenta, pada pembukaan 4 cm.

2.3 Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2017). Masa nifas
adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,
2017).
Dari pengertian diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil berlangsung kurang lebih
dalam 6 minggu setelah persalinan.
2. Tujuan perawatan masa nifas
Asuhan masa nifas bertujuan menjaga kesehatan ibu dan bayi baik
fisik maupun psikologis; melaksanakan skrining yang komprehensif;
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya; memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi, perawatan bayi agar tetap sehat; memberikan
pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara; dan memberikan
pelayanan keluarga berencana (KB) (Vivian & Sunarsih, 2018).
3. Perubahan fisiologis
Menurut Vivian & Sunarsih (2018) perubahan fisiolgis selama
masa nifas antara lain:
a. Sistem reproduksi
1) Ukterus

9
Pada kala tiga TFU setinggi pusat umbilikus dan bertanya 1000
gram. Selama 7-8 hari pertama mengalami involusi dengan cepat.
Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen,
setelah 6 minggu ukuran seperti sebelum hamil setinggi 8 cm
dengan berat 50 gram.
2) Lochea
Yaitu pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Jenisnya:
d) Rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang, berwarna merah,
terutama lendir dan darah.
e) Sanguinolenta berwarna coklat, lendir dari cairan
bercampur darah.
f) Serosa (hari 4-8) jumlah berkurang dan berwarna merah
muda.
g) Alba (8-14) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir
tidak berwarna.
3) Serviks
Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan,
setelah 6 minggu serviks menutup.
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi.
5) Perineum
Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang di tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
6) Dinding abdominal
Abdomen menonjol dan memberikan bentuk seperti masih hamil
selama 2 minggu pertama setelah persalinan didinding abdominal
berelaksasi, dibutuhkan waktu kira- kira 6 minggu sebelum
dinding abdominal kembali seperti semula.
7) Payudara

10
Payudara tegang (bengkak), keras, perih dan hangat ketika di
sentuh. Pada hari ke 3 dan ke 4 payudara menjadi penuh.
Masa sebelum laktasi dimulai payudara terasa lembut dan
mengeluarkan cairan kekuningan yang disebut kolostrum.
b. Sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume
darah total yang cepat, tetapi terbatas. Pada minggu ke- 3 dan
ke- 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume darah sebelum hamil. Perubahan terdiri atas
volume darah dan hematokrit (haemoconcentration). Pada
persalinan pervaginam, hematokrit akan naik, sedangkan pada
Sectio Caesarea, hematokrit cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu (Vivian & Sutarsih, 2018).
2) Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curang jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah melahirkan,
keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit
karena darah yang bisanya melintasi sirkulasi uteroplasenta
tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum (Vivian & Sunarsih,
2018).
c. Perubahan tanda- tanda vital
1) Suhu
Suhu badan sesudah persalinan dapat naik ± 0,5 ºC dari
keadaan normal. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umunya
suhu badan akan kembali normal.
2) Nadi

11
Dapat terjadi bradikardi biasanya 6-8 jam pertama setelah
persalinan.
3) Pernafasan
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti
sebelum keadaan hamil.
4) Tekanan darah
Hipotensi ortostatik yang diindikasikan dengan perasaan pusing
atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam
pertama, sebagai akibat dari gangguan pada daerah persyarafan
yang mungkin terjadi setelah persalinan.
d. Sistem urinaria
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama setelah
persalinan. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher
buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan urine dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah persalinan.
e. Sistem gastrointestinal
Setelah pemulihan yang sempurna dari analgetik, anestesi dan
kelelahan, kebanyakan ibu merasa lapar. Rasa sakit pada perineum
dapat menghalangi keinginan defekasi.

4. Perubahan psikologis
Menurut Straight (2018) ada 3 tahap transisi ke peran menjadi orang
tua selama periode pascapartum, yaitu:
a. Periode Taking In
Selam 1-2 hari persalinan, sikap ibu pasif dan bergantung. Kesehatan
ibu tergantung pada tanggung jawab orang lain untuk kebutuhan akan
rasa nyaman, istirahat, makan, dan kedekatan hubungan keluarga.
b. Periode Taking Hold
Periode ini berlangsung 3-4 hari setelah melahirkan. Ibu
menaruh perhatian pada kemampuannya untuk menjadi orang tua

12
yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung terhadap bayinya.
Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan ynag
dialami ibu (Saleha, 2017).
c. Periode Letting Go
Setelah kembali serumah, ibu menerima tanggung jawab untuk
perawatan bayinya, ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan
ketergantungan bayinya, dan beradaptasi terhadap penurunan
otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.

5. Penatalaksanaan Post Partum


a. Mobilisasi
Setelah periode istirahat pertama berakhir (biasanya sekitar 2 jam
atau 8 jam). Dorong ibu untuk sering melakukan ambulasi (Bobak,
2017). Sedangkan menurut wiknjosastro (2017) sesudah 8 jam ibu
boleh miring ke kiri atau ke kanan.
b. Diet
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori,
mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan karena
wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi (Wiknjosastro, 2017).
c. Miksi
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi,
kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi (Saleha, 2017).
d. Defekasi
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum bab maka perlu diberi
obat pencahar, tetapi jika tidak bab juga maka dilakukan huknah
(klisma) (Saleha, 2017).

13
e. Perawatan payudara
Menurut Saifuddin (2017), apabila terjadi payudara bengkak
sangat baik untuk ASI dilakukan:
1) Mengompres payudara dengan menggunakan air basah dan
hangat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting, untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
3) Keluarkan ASI di bagian depan payudara sehingga putting
menjadi lunak
4) Susukan bayi pada setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak
dapat menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
f. Kebersihan diri
Kebersihan diri pada ibu post partum menurut Saifuddin (2017):
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
g. Pemeriksaan pasca persalinan
Pemeriksaan pasca persalinan adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum
2) Keadaan payudara dan putingnya
3) Dinding perut apakah ada hernia
4) Keadaan perineum

14
5) Kandung kencing, apakah ada sistokel dan retrokel
6) Rektum, apakah ada rektokel dan pemeriksaan tonus
muskulus sfingter ani.
7) Keadaan servik
h. Nasihat untuk ibu postnatal
Menurut Mochtar (2017) adalah:
1) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2) Sebaiknya bayi disusui.
3) Kerjakan gimnastik sehabis bersalin.
4) Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya
melakukan KB untuk menjarangkan kehamilan.
5) Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

2.4 Konsep Nyeri


1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2017).
Menurut The International Association For The Study
ofPain/IASP (2018) mendefinisikan nyeri sebagai sesuatu yang tidak
menyenangkan, bersifat subjektif dan berhubungan dengan
pancaindera, serta merupakan suatu pengalaman emosional yang
dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan/ cedera (Potter & Perry,
2018).

2. Etiologi
a. Agen cedara fisik adalah penyebab nyeri karena trauma fisik.
b. Agen cedera biologi adalah penyebab nyeri karena kerusakan
fungsi organ atau jaringan tubuh.

15
c. Agen cedera psikologi adalah penyebab nyeri yang bersifat
psikologi seperti kelainan organic neurosis trumatik,
skizofreniad.
d. Agen cedera kimia adalah penyebab nyeri karena bahan zat
kimia tidak hanya satu stimulus yang menghasilkan suatu yang
spesifik dan nyeri, tetapi nyeri memilki suatu etiologi
multimodal. Nyeri biasanya dihubungkan dengan beberapa proses
patologis spesifik. Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri,
mencangkup: infeksi, keadaan inflamasi, trauma, kelainan
degenerative, keadaan toksik metabolic atau neoplasma. Nyeri dapat
juga timbul karena distorsi mekanis ujung-ujung saraf misalnya
karena meningkatnya tekanan di dinding viskus/ organ.

3. Manifestasi klinis
Menurut Amin & Hardhi (2018):
a. Klien melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
b. Tingkat laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang, mengeluh).
c. Menunjukan kerusakan pada bagian tubuhnya.
d. Perubahan Posisi untuk menghindari nyeri
e. Sikap tubuh melindungi area nyeri
f. Perubahan tekanan darah
g. Tingkah laku berhati-hati
h. Fokus pada diri sendiri dan penurunan interaksi dengan
lingkungan
i. Perubahan dalam nafsu makan dan minum
j. Gangguan tidur.

4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Durasi dan Lamanya

16
Nyeri dikatagorikan dengan durasi atau lamanya nyeri
berlangsung (akut atau kronis), atau dengan kondisi patologis
(contoh: kanker atau neuropatik) (Potter & Perry, 2018)
1) Nyeri akut
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international Association for the study of pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau prediksi dan
berlangsung < 6 bulan (Amin & Hardhi, 2018).
2) Nyeri kronis
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international Association for the study of
pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intesitas dari
ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa
akhir yang dapat diantisipasi atau prediksi dan berlangsung > 6
bulan (Amin & Hardhi, 2018).
b. Berdasarkan intesitasnya (alat pengukur nyeri)
Terdiri dari nyeri berat, sedang, ringan. Masing- masing
diukur berdasarkan skala dan bersifat subyektif. Macam-macam
skala pengukuran nyeri:
1) Anak – anak

17
Gambar 2.1: Alat pengukuran skala nyeri pada anak-anak. Sumber:
Potter & Perry (2018)

2) Dewasa
a) Skala intensitas nyeri deskriptif

Gambar 2.2: Skala nyeri deskriptif


Sumber: Smeltzer & Bare (2017)

b) Skala identitas nyeri numerik

Gambar 2.3: Skala nyeri numerik


Sumber: Smeltzer & Bare (2017)

c) Skala analog visual

Gambar 2.4: Skala nyeri visual


(Smeltzer & Bare, 2017)

18
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, dapat
menunjukan lokasi nyeri, dapat mengekspresikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri
Menurut Smeltzer & Bare (2017) adalah sebagai berikut:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Kultur
4) Ansietas
5) Efek plasebo
6) Pengalaman masa lalu
7) Pola koping
8) Support keluarga dan social

2.5 Anatomi dan Fisiologi


Organ reproduksi wanita yang biasa di sebut traktus genitalis terletak
dalam rongga panggul terbagi atas organ genitalia eksterna dan interna
(Manuaba, 2017).

19
1. Organ Genetalia Eksterna

Gambar 2.6: Gambar Genitalia Eksterna Wanita


Sumber: Manuaba (2017).

Organ genitalia eksterna wanita terdiri atas bagian-bagian berikut:


a. Mons Veneris/ mons pubis
Adalah bagian yang menonjol berupa bantalan lemak
yang ditutupi oleh kulit, yang terletak di atas simfisis pubis.
Setelah pubertas, bagian ini akan ditumbuhi rambut (rambut
pubis). Pertumbuhan rambut kemaluan ini tergantung dari suku
bangsa. Pada wanita, umunya batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke
sekitar anus atau paha.
b. Labia mayora (bibir besar)
Merupakan dua lipatan membulat besar, terdiri atas
bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh

20
jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris.
Ke bawah belakang kedua labia mayora bertemu dengan
membentuk komisura posterior. Permukaan sebelah dalam
labia mayora halus dan mengandung banyak kelenjar keringat
(glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula
sebacea). Sedangkan, permukaan luarnya setelah pubertas
akan tertutup oleh rambut.
c. Labia Minora (bibir kecil)
Dua lipatan kulit berwarna merah muda yang lebih kecil
terletak memanjang di bagian dalam labia mayora. Kedua
labia minora ini halus, tertutup oleh rambut, tetapi
mengandung sejumlah kelenjar keringat dan kelenjar minyak.
Ke depan bibir kecil bertemu dan membentuk klitoris
preputium klitoridis (atas) dan klitoris frenulum klitoridis
(bawah). Ke belakang, kedua bibir kecil menyatu dan
membentuk fossa naviculare/ fourcette di mana pada wanita
yang belum pernah melahirkan tampak masih utuh, cekung
seperti perahu, pada wanita yang pernah melahirkan kelihatan
tebal dan tidak rata, serta dapat mengalami robekan saat
melahirkan. Ujung-ujung urat saraf menyebabkan labia
minora sangat sensitif dan jaringan ikatnya mengandung
banyak pembuluh darah, serta beberapa otot polos
yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
d. Klitoris
Kira – kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoridis dan terdiri atas gland klitoridis, korpus klitoridis, dan
2 krura yang menggantungkan klitoris ke arah tulang pubis.
Gland klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang,
penuh dengan urat saraf hingga amat sensitif. Klitoris dapat
disetarakan dengan penis pada pria.
e. Vestibulum/ vulva

21
Untuk memeriksa vestibulum, maka kedua lipatan labia
minora harus dibuka agar vestibulum tampak. Terdapat enam
muara pada vestibulum.
1) Orifisium uretra eksternum
2) 2 duktus skene
3) Introitus vagina
4) 2 duktus dan glandula bartholini
5) Perineum
2. Organ Genitalia Internal

Gambar 2.7: Gambar Organ Genitalia Interna wanita


Sumber: Manuaba (2017)

Menurut Manuaba (2017) organ genitalia interna terdiri dari:


a. Vagina
Vagina merupakan saluran muskulo membranasea (otot-
selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar,
bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot
sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan
dilatih.
b. Uterus

22
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram,
terletak di panggul kecil di antara rektum (bagian usus
sebelum dubur), dan didepanya terletak kandung kemih.

c. Tuba fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan
ke arah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. fungsi tuba
untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
d. Ovarium
Berfungsi untuk menghasilkan sel telur kurang lebih sebesar
ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Wiknjosastro (2017) sebagai berikut:
1. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya
perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pemeriksaan hamatokrit.
2. Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, ada
kelainan letak janin.

3. Pemeriksaan inspekulo
Untuk mengetahui apakah pendarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan servik dan vagina.
4. Penentuan letak placenta tidak langsung
Dilakukan dengan ultrasonografi, radiografi, dan radioisotopi.

23
5. Penentuan letak placenta secara langsung a. Perabaan fornises
Bila janin presentasi kepala, sambil mendorong sedikit kepala janin
kearah pintu atas panggul perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan
jari. Perabaan lunak bisa antar jari dan kepala tidak terdapat placenta.
6. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis
Setelah pada perabaan forniks dicurigai adanya placenta previa, bila
kanalis servikalis telah terbuka perlahan-lahan masukkan jari telunjuk
ke dalam kanalis servikalis untuk meraba kotiledon plasenta jangan
sekali-kali berusaha menyusuri pinggir plasenta akan terlepas dari
insersinya.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Oxorn & William (2018) penatalaksanaan placenta previa adalah:
1. Terapi menunggu (expectant management)
Karena episode perdarahan yang pertama kali jarang membawa
kematian dan karena janin masih terlampau prematur untuk dapat
hidup di luar kandungan, kehamilan diusahakan diperpanjang demi
keselamatan janin. Usia kehamilan yang cukup layak untuk dicapai
adalah 37 hingga 38 minggu.
b. Perawatan rumah sakit: saat dan derajat efisode perdarahan
berikutnya tidak bisa diramalkan. Karena itu, pasien harus
tinggal dirumah sakit.
c. Transfusi: sedikitnya harus tersedia dua unit darah

d. Anemia: transfusi dan tablet besi diberikan bila terdapat anemia.


e. Maturitas paru – paru: Ratio lecithin/ sphingomyelin (L/S)
cairan amnion membantu menentukan waktu optimal kelahiran
bayi.
2. Mangakhiri kehamilan
a. Perdarahan berlebihan, maturitas janin tidak usah
dipikirkan.

24
b. Kehamilan telah mencapai 37 minggu sampai 38 minggu
dan maturitas paru – paru diyakini sudah tercapai.
Sectio Caesarea
Operasi ini dilaksanakan dengan indikasi berikut:
a. Perdarahan yang banyak tanpa henti-hentinya
b. Placenta previa totalis atau partialis: diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasound.
c. Gawat janin
d. Presentasi abnormal (misalnya presentasi bokong, letak lintang).

25
Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1 Resiko Ekspektasi : Menurun Observasi:
infeksi - Kebersihan badan : 4 - Monitor tanda & gejala
ditandai - Nafsu makan :4 infeksi lokal & sistemik
dengan post - Nyeri bengkak :4 Terapeutik:
section - Kemerahan :4 - Berikan perawatan
caesar - Demam :4 kulit pada area oedema
Edukasi:
- Jelaskan tanda & gejala
infeksi
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.

2 Defisit Ekspektasi : Meningkat Observasi:


perawatan - Kemampuan mandi : - Monitor tingkat
diri ditandai 4 kemandirian
dengan - Kemampuan - Identifikasi kebutuhan
bedrest total mengenakan pakaian: alat bantu kebersihan
24 jam 4 diri
- Kemampuan makan : Terapeutik :
5 - Siapkan keperluan
- Kemampuan ketoilet : mandiri
4 - Fasilitas kemandirian
- Minat melakukan
perawatan diri :4
- Mempertahankan
kebersihan diri : 4
3 Pengetahuan Ekspektasi : Meningkat Obersevasi:
ditandai - Pertanyaan tentang - Identifikasi kesiapan &
dengan masalah yang kemampuan menerima
kurang dihadapi : 3 informasi
informasi - Menjalani Terapeutik:
prosedur & pemeriksaan yang - Sediakan materi
perawatan tidak tepat : 3 kesehatan
sebelum - Ajarkan perilaku hidup
melahirkan bersih dan sehat

26
Implementasi
No Tanggal/ Jam Diagnosa Implementasi Keperawatan
1 Resiko infeksi di - Memonitor tanda & gejala
tandai dengan post infeksi lokal & sistematik
sc - Memberikan perawatan kulit
pada area oedema
- Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan etika batuk
- Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

2 Defisit perawatan - Memonitor tingkat kemandirian


diri ditandai - Mengidentifikasi kebutuhan alat
dengan bedrest bantu kebersihan diri
total 24 Jam - Menyiapkan keperluan mandiri
- Memfasilitas kemandirian

3 Defisit - Mengidentifikasi kesiapan &


pengetahuan kemampuan menerima
ditandai dengan informasi
kurang informasi - Menyediakan materi kesehatan
prosedur & - Mengajarkan perilaku hidup
perawatan sebelum bersih & sehat
melahirkan

27
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL

PENGKAJIAN POSTNATAL
A. Identitas/Biodata
Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. T
Umur : 27 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku/Bangsa : Serawai Suku/Bangsa : Serawai
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Danau Alamat : Jl. Danau
Tanggal MRS : 16-01-2020 Pukul : 12.00
Tanggal pengkajian : 17-01-2020
No.Register : 086986
Ruanan : Hesti

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keluar air dari vagina
 Saat masuk RS : ibu hamil grade 63 P1 A1 H1 dengan usia kehamilan 36-37
minggu.
janin hidup tunggal, dengan keluhan nyeri skala 2
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak siang keluar air dari
vagina , lendir (+).
 Saat pengkajian : pasien merasakan nyeri di area jahitan operasi.
Masih nampak lemas.
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
A. Riwayat Kehamilan
 HPHT : 05-05-2019
 Taksiran partus : 13-02-2020
 ANC
 Frekunsi : 3 kali
 Tempat :
 Keluran : Trimester I : - Tidak ada
Trimester II : - Tidak ada
Trimester III : - Tidak ada
 Imunisasi : ( ) ada () tidak ada
Imunisasi minggu I : Tidak ada
Imunisasi minggu II : Tidak ada

28
B. Riwayat Persalinan
IBU
 Tanggal persalinan : 16-01-2020 Waktu : 16.00
 Tempat persalinan : Rs. DKT ditolong oleh : Dokter
 Jenis persalinan : ( ) Spontan Presentasi
( ) Vacum
( ) Forcep
( ) Operasi Sectio Cesare
 Perdarahan : Jumlah .................cc
 Plasenta
Dilahirkan dengan : ( ) Spontan
( ) Bantuan
 Keadaan plasenta : ( ) lengkap
( ) Tidak lengkap
Sisa plasenta : ( ) Ada () Tidak ada
Ukuran diameter :..................
Berat : 2.200 gram
Kelainan : Tidak ada
 Ketuban
Warna : () Jernih ( ) Keruh
Bau : ( ) Ya ( ) Tidak
 Catatan waktu persalinan
Kala I :.............Jam, ..............Menit
Kala II :.............Jam, ..............Menit
Kala III :.............Jam, ..............Menit
Kala IV :.............Jam, ..............Menit
BAYI
 Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki () Perempuan
 BBL : 2.200 gram PB : 52 cm
 APGAR SCORE : 1 Menit......... 5 Menit:.....8/9
 Anus : () Ada ( ) Tidak Ada
 Masa Gestrasi : 36-37 Minggu
 Cacat Bawaan : ( ) Ada () Tidak Ada
3. Pengkajian Post Partum
a. Keadaab Umum : pasien terlihat pucat, lemas dan kurang merawat diri

29
b. Kesadaran : CM
c. Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Denyut nadi : 81 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36 c
 BB Hamil : 70 Kg
 BB sekarang : 65 Kg

d. Wajah
Oedema : ( ) Ada () Tidak ada
Conjungtiva : () Tidak anemis ( ) Anemis
Sklera : () Tidak Ikterik ( ) Ikterik

e. Leher
Pembesaran Kelenjar tiroid : ( ) Ada () Tidak ada
Peningkatan vena jungularis : ( ) Ada () Tidak ada
f. Dada
 Payudara
Bentuk payudara : ( ) Simetris () Tidak Simetris
Puting susu : () Menonjol ( ) Tidak Menonjol
Hiperpigmentasi : ( ) Ya () Tidak
Colustrum : () Keluar ( ) Tidak keluar
Kebersihan : ( ) Cukup () Kurang
Kelainan : ( ) Payudara Bengkak
( ) Puting susu lecet
( ) peradangan payudara (mastitis)
() lain-lain
g. Abdomen
Bekas luka/operasi : () Ada ( ) Tidak ada
Keadaan luka operasi : () Kering ( ) Basah
( ) Ada Pus ( ) Tidak ada Pus
Gavidarum striae : () Ada ( ) Tidak ada
Palpasi Uterus
Tinggi Fundus Uteri : 31 cm
Kontraksi Uterus : () Baik ( ) Jelek
Konsistensi uterus : ( ) Keras () Lembut

30
Auskultasi abdomen
Bisisng usus : ( ) <15 x/mnt () >15 x/mnt
h. Genatalia
Vulva dan vagina
Varises : ( ) Ada () Tidak ada
Kemerahan : ( ) Ada () Tidak ada
Luka : ( ) Ada () Tidak ada
Nyeri : ( ) Ya () Tidak
Kebersihan : ( ) Cukup () Kurang
Perineum
Bekas luka/luka parut : ( ) Ada () Tidak ada
Keadaan luka operasi : ( ) keing ( ) Basah
( ) Ada Pus () Tidak ada Pus
Lain-lain : Tidak ada
Lochea
Jenis Lochea : Darah
Warna : Merah cerah
Jumlah : Banyak
Sifat Pengeluaran : ( ) Menetes () Merembes
Bau : () Amis ( ) Busuk

i. Eliminasi
berapa jam setelah post partum
BAB : Frekunsi : 3-4 kali
Konsistensi : ...............
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak ada
BAK : Frekuensi : Tidak ada
Warna : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
j. Ekstermitas
Oedema tangan / Jari : ( ) Ada () Tidak ada
Oedema Kaki : () Ada ( ) Tidak ada
Varises Tungkai : ( ) Ada () Tidak ada
Tromboplebitas : ( ) Ada () Tidak ada

C. Pemeriksaan Diagnotis
Pemeriksaan Laboratorium

31
Darah Rutin : Tidak ada
Kimia darah : Tidak ada

32
FORMAT ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. Y


Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 086986
No DATA ETIOLOGI ANALISIS MASALAH
1 Resiko Infeksi Post Sc Karena adanya luka syatan pada
kulit dan rahim

2 Defisit perawatan Bedrest total 24 Pasien belum bisa mandiri


diri Jam pasca Op Sc

3 Defisit Kurang informasi Tidak tau informasi tentang


pengetahuan prosedur dan persalinan
perawatan sebelum
melahirkan

3. Perioritas Diagnosa
1. Resiko infaksi ditandai dengan post SC
2. Difisit perawatan diri ditandai dengan bedrest total 24 jam
3. Defisit pengetahuan ditandai dengan kurang informasi prosedur dan perawatan sebelum
melahirkan

33
INTERVENSI
Nama Pasien : Ny. Y
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 086986
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi: - Agar tau
ditandai dengan tindakan selama - Monitor perkembangan
post Sc 1x24 jam. tanda & infeksi
Keadaan pasien gejala infeksi - Supaya
membaik Terapeutik edemanya
- Berikan lekas sembuh
perawatan - Supaya ketika
kulit pada batuk pasien
area oedema tidak merasa
Edukasi sakit
- Ajarkan etika
batuk
2 Defisit Setelah dilakukan Observasi: - Agar tau
keperawatan diri tindakan selama - Monitor perkembangan
ditandai dengan 1x24 Jam. tingkat - Supaya lebih
bedrest total 24 Keadaan pasien kemandirian mudah
Jam membaik - Identifikasi - Agar pasien
kebutuhan mandiri
alat bantu - Supaya
kebersihan memudahkan
diri pasien
- Siapkan
keperluan
mandiri
- Fasilitas
kemandirian
3 Defisit Setelah dilakukan Observasi - Supaya pasien
pengetahuan tindakan selama - Identifikasi siap menerima
ditandai dengan 1x24 Jam. kesiapan & informasi
kurang Keadaan pasien kemampuan - Agar pasien
informasi membaik menerima lebih mudah
prosedur & informasi memahami
perawatan Terapeutik - Pasien bisa
sebelum - Sediakan terbiasa hidup
melahirkan materi sehat
kesehatan
- Ajarkan
perilaku
hidup sehat

34
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. Y


Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 086986
Tanda
No Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan Respon
Tangan
1 16-01-2020 - memonitor tanda & Pasien
11.00-11.30 gejala infeksi lokal & kooperatif
sistematik
- memberikan perawatan
kulit pada area edema
- mengajarkan etika
batuk

2 16-01-2020 - memonitor tingkat Pasien


11.30-12.00 kemandirian kooperatif
- mengidentifikasi
kebutuhan alat bantu
kebersihan diri
- menyiapkan keperluan
mandiri
- memfasilitasi
kemandirian
3 16-01-2020 - mengidentifikasi Pasien
12.00-12.30 kesiapan & kooperatif
kemampuan menerima
informasi
- menyediakan materi
kesehatan
- mengajarkan periulaku
hidup sehat

35
EVALUASI

Nama Pasien : Ny. Y


Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 086986
Diagnosa Tanda
No Evaluasi
Keperawatan Tangan
1 1. Resiko Infeksi S : Pasien mengatakan nyeri
ditandai dengan berkurang
Post SC O : pasien terlitah mulai bertenaga
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang
2 2. Defisit perawatan S : Pasien mengatakan sudah
diri ditandai mulai bergerak
dengan bedrest O : pasien terlihat sudah duduk
24 jam A : masalah teratasi
P : pasien pulang, intervensi
dihentikan
3 3. Defisit S : pasien mengatakan paham
pengetahuan dengan informasi mengenai
ditandai dnegan persalinan
kurang informasi O : pasien terlihat lebih paham
prosedur dan A : masalah teratasi
perawatan P : pasien pulang intervensi
sebelum dihentikan
melahirkan

36
DAFTAR PUSTAKA

Bobak et all. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

BPS. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : 2012

Damayanti, Ika Putri, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan

Donsu, J.D.T (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Hawari, D., 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Henderson, C, Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

37
MAKALAH

MATERNITAS
TINDAKAN OPERASI SACTIO CAESARE
DENGAN PASIEN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :

Nini Herawati, S.kep


Renita Yusma Dewi, S.Kep
Shirty Mentary, S.Kep
Sri Mulyani, S.Kep
Sri Utami, S.Kep
Sukarmi Densi, S.Kep
Supiyati, S.Kep
Witi Herlayati, S.Kep
Yelli Susanti, S.Kep
Yusiana, S.Kep
Zahayu Hervika Sary, S.Kep

Dosen Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Yuliza Andriani Siregar, S.Kep Ns. Putri Nusantara, S.Kep

38
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BHAKTI HUSADA BENGKULU
CO NERS TAHUN AJARAN 2019/2020

39

Anda mungkin juga menyukai