Anda di halaman 1dari 7

41

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari

karakteristik responden berdasarkan data demografi serta hasil penelitian berdasarkan

variabel independen usia, kesesuaian cara minum obat pencahar, pengetahuan klien,

peran perawat endoskopi dengan variablel dependen tentang keberhasilan tindakan di

Pusat Endoskopi Saluran Cerna, sebelum membahas hasil penelitian akan

disampaikan beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian sebagai berikut :

A. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada hubungan obat pencahar,

pengetahuan klien, dan peran perawat terhadap keberhasilan tindakan

kolonoskopi

2. Keterbatasan waktu, waktu penelitian dilaksanakan hanya selama sebulan

mengingat kemampuan dan biaya sehingga hanya dapat dilaksanakan sebulan

saja.

3. Keterbatasan responden dan tempat, semakin besar responden dan tempat

pelaksanaan penelitian maka akan semakin menggambarkan keadaan

sesungguhnya dari variabel yang diteliti, namun karena keterbatasan waktu dan

biaya maka peneliti hanya meneliti di satu tempat penelitian saja.

4. Alat ukur dibuat sendiri oleh peneliti karena belum ada alat ukur yang standar

sehingga ada kemungkinan peneliti belum berhasil mengukur kondisi yang

sebenarnya.
42

B. Pembahasan hasil penelitian univariat

Karakteristik responden berdasarkan data demografi

1. Usia

Dari 31 klien yang menjadi responden penelitian ini, dengan usia termuda 40

tahun dan usia tertua 60 tahun

Usia dalam tahapan perkembangan yang mempengaruhi status eliminasi terjadi

disepanjang kehidupan, seiring dengan peningkatan usia dan melambatnya

pengosongan esophagus. Pengosongan esophagus yang melambat dapat

menimbulkan rasa tidak nyaman dibagian epigaster abdomen. Materi

pengabsorpsi pada mukosa usus berubah, menyebabkan protein, vitamin dan

mineral berubah. ( potter dan perry, 2005 ).

Hasil penelitian berdasarkan usia paling banyak berusia 51 -60 tahun sebanyak

22 klien dan yang berusia 40 – 50 tahun sebanyak 9 klien. Berdasarkan

pendapat Sudoyo, (2011) bahwa resiko meningkat pada ca colon yang

menyebabkan klien datang untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi dipusat

– pusat pelayanan kesehatan rata – rata berusia 50 tahun ke atas, dan menurut

pendapat Abdullah M, (2011) penyakit degeneratif sering timbul pada usia 50 –

70 tahun.

2. Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini sebanyak 31 klien dengan kriteria laki – laki

dan perempuan, didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (54,8%)

dan perempuan sebanyak 14 orang (45,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa jenis

kelamin laki –laki yang terbanyak.


43

Sependapat dengan Nursalam (2002) bahwa kaum pria kurang menghiraukan

masalah kesehatan ditambah lagi dengan kebiasaan pria suka merokok dan

minum alkohol, hal ini yang menyebabkan kaum pria mudah terserang

gangguan kesehatan.

3. Kesesuaian Cara Minum Obat pencahar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 klien dapat dilihat klien yang

minum obat pencahar sesuai dengan aturan sebanyak 24 orang (77,4%) dan

yang tidak sesuai sebanyak 7 orang (22,6%). Jumlah tersebut menunjukkan

bahwa sebanyak hampir seperempat responden tidak minum obat pencahar

sesuai dengan aturan pemberian. Persiapan kolonoskopi merupakan tahapan

penting untuk keberhasilan kolonoskopi, Persiapan klien harus minum obat

pencahar , selain itu klien di minta untuk tetap minum air yang cukup. (Syam

AF, 2005) Hal ini sesuai dengan pernyataan Djumhana (2008) bahwa karena

obat yang diminum oleh klien cukup banyak, sehingga kadang- kadang klien

tidak menghabiskan obat tersebut hingga pembersihan kolon tidak maksimal.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah responden terbanyak adalah yang

minum obat sesuai tetapi masih ada klien yang tidak minum obat sesuai aturan.

4. Pengetahuan Klien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 klien dapat di lihat bahwa klien

yang menyatakan dirinya mengetahui tentang prosedur persiapan dan

pemeriksaan kolonoskopi sebanyak 20 orang (64,5%) sedangkan klien yang

menyatakan tidak mengetahui tentang prosedur persiapan dan pemeriksaan


44

kolonoskopi sebanyak 11 orang (35,5%). Lebih dari sepertiga klien yang akan

menjalani prosedur pemeriksaan kolonoskopi menyatakan tidak mengerti

tentang persiapan dan pemeriksaan kolonoskopi.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) diperoleh setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang sebagian besar

melalui mata dan telinga. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita simpulkan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

pendidikan. Pendidikan dibedakan menjadi dua macam yaitu pendidikan formal

dan informal. Pendidikan formal didapat dari sekolah atau institusi dimana

dalam proses tersebut terdapat transformasi ilmu pengetahuan, sedangkan

pendidikan informal didapat dari orang lain seperti dalam seminar atau

pelatihan. Hal ini menunjukkan responden yang menjalankan persiapan

kolonoskopi di pusat endoskopi saluran cerna memiliki tingkat pengetahuan

yang cukup tinggi, tetapi lebih dari sepertiga klien masih ada yang belum

mengerti entang persiapan dan tindakan kolonoskopi.

5. Peran perawat endoskopi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 klien dapat dilihat penilaian klien

terhadap peran perawat dalam persiapan kolonoskopi mulai dari pre, durante

dan post tindakan, sebanyak 22 orang (71%) menyatakan perawat telah

melakukan asuhan keperawatan dengan baik, sedangkan 9 orang (29,0%)

menyatakan perawat tidak melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

Keterampilan perawat endoskopi sudah sangat baik tetapi masih harus ditopang

dengan pendalaman rumpun spesifik (medical bedah, khususnya saluran


45

pernafasan, saluran cerna) endoskopi gastrointestinal (Diagnostik dan

tatalaksana muktahir, 2008) .Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat

endoskopi sudah sangat baik tetapi harus lebih ditingkatkan lagi.

6. Keberhasilan Kolonoskopi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 klien dapat dilihat bahwa klien

yang berhasil dilakukan tindakan kolonoskopi sebanyak 25 orang (80,6%)

sedangkan klien yang tidak berhasil dilakukan pemeriksaan kolonoskopi

sebanyak 6 orang (19,4%).Pemeriksaan kolonoskopi dapat menilai mukosa

kolon secara keseluruhan, melakukan biopsi, dan melakukan terapi definitif

melalui polipektomi., pemeriksaan kolonoskopi harus didahului oleh persiapan

yang baik dan optimal. ( Abdullah M, 2011).

Menurut Sudoyo, 2011. Tindakan kolonoskopi tidak akan berhasil atau akan di

tunda bila usus besar tidak bersih. Hal ini menunjukkan keberhasilan

kolonoskopi yang terbanyak tetapi masih ada yang tidak berhasil dilakukan

kolonoskopi.

C. Analisis bivariat

1. Hubungan antara kesesuaian cara minum obat pencahar dengan

keberhasilan kolonoskopi.

Berdasarkan tabel data didapatkan hubungan antara kesesuaian minum obat

dengan keberhasilan tindakan kolonoskopi bahwa responden yang minum

obat pencahar tidak sesuai dengan aturan tetapi berhasil dilakukan tindakan

kolonoskopi adalah sebanyak 1 orang (14,3%) sedangkan responden yang

tindakan kolonoskopinya tidak berhasil dilakukan adalah sebanyak 6 orang


46

(85,7%). Pada kelompok responden yang minum obat pencahar sesuai dengan

aturan dan berhasil dilakukan tindakan kolonoskopi adalah sebanyak 24 orang

(100,0%) dan tidak ada responden yang tindakan kolonoskopinya tidak

berhasil pada kelompok ini (0,0%).

Sesuai dengan pendapat Ari Fahrial Syam dalam Simposium Keperawatan

Endoskopi Saluran Cerna tentang persiapan dan pemeriksaan saluran cerna

bagian bawah 2005, obat pencahar harus ideal yang tidak menyebabkan mual,

kram perut, rasanya enak walaupun idealnya obat pencahar sejauh ini belum

berhasil.

2. Hubungan antara pengetahuan klien dengan keberhasilan kolonoskopi.

Berdasarkan tabel data didapatkan hasil analisa hubungan pengetahuan

dengan keberhasilan tindakan kolonoskopi secara statistik ada hubungan yang

bermakna (p value = 0,001). Hal ini sesuai dengan pendapat Soedirman

(2001) bahwa pengetahuan adalah hubungan dengan mengingat kepada bahan

yang sudah dipelajari sebelumnya istilah ini disebut recall (mengingat

kembali).

Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi persepsi yang baik tentang

keberhasilan tindakan dan akan lebih tahu dalam hal melakukan tindakan

sehingga dapat optimal menjalankan persiapan kolonoskopi, sedangkan

pengetahuan yang kurang baik akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam

menjalankan persiapan kolonoskopi sehingga bisa jadi klien tidak

menjalankan persiapan secara optimal.

3. Hubungan peran perawat endoskopi dengan keberhasilan kolonoskopi.


47

Dari hasil analisis data, didapatkan nilai p value = 0,000. Oleh karena nilai p <

0,005 maka dapat disimpulkan secara statistik ada hubungan antara peran

perawat pada persiapan klien dengan keberhasilan tindakan. Hal ini sesuai

dengan pendapat American Nurses Association (ANA, 2003)“ bahwa

keperawatan adalah proteksi, promosi dan optimalisasi kesehatan dan

kemampuan, pencegahan penyakit dan cidera, menghilangkan/ mengurangi

penderitaan melalui diagnose dan treatment respons manusia, advokasi dalam

pengasuhan individual, keluarga, komunitas dan populasi. Definisi ini

mengklaim status dan pentingnya keberadaan keperawatan dalam memberikan

pengasuhan keperawatan pada penduduk dan komunitas secara umum.

Anda mungkin juga menyukai