Anda di halaman 1dari 34

INTOKSIKASI NITRAZEPAM

DISUSUN OLEH:

Avisha Ayudhia Takari 1361050001

Fidella Dary Raizza 1261050070

Lorenzo Leinderd Rikumahu 1261050146

Putery Rizkia Amry 0302012213

Yunita Fikroh Fauziah 0302011318

Zsa Zsa Ristika Mirza 1361050022

DOSEN PENGUJI

Dr. Yudhit

Residen Pembimbing

Dr.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Rumah Sakit Umum Dokter Kariadi

Periode 28 Agustus 2017 23 September 2017

SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui oleh dosen pembimbing, referat dari:

Nama/NIM:

Avisha Ayudhia Takari 1361050001

Fidella Dary Raizza 1261050070

Lorenzo Leinderd Rikumahu 1261050146

Putery Rizkia Amry 0302012213

Yunita Fikroh Fauziah 0302011318

Zsa Zsa Ristika Mirza 1361050022

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Trisakti,

Bagian: Ilmu Kedokteran Forensik

Judul: Dumolid Ditinjau Dari Aspek Medikolegal

Dosen Pembimbing:

Residen Pembimbing:

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Semarang, September 2017

Dokter Penguji

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayahNya kepada penulis dalam menyelesaikan referat yang berjudul
DUMOLID DITINJAU DARI ASPEK MEDIKOLEGAL, sebagai salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RSUP Dr. Kariadi
Semarang.

Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


...... sebagai dosen penguji dan dr........, sebagai residen pembimbing dalam penulisan referat
ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, karen itu penulis
mohon maaf bila terdapat beberapa kesalahan di dalamnya. Penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan referat ini di kemudian
hari.

Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian
yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................... 2

Kata Pengantar ........................................................................................................... 3

Daftar Isi .................................................................................................................... 4

Bab 1. Pendahuluan .................................................................................................... 6

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 6

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 7

1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................... 7

Bab II. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 9

2.1. Dumolid .................................................................................................... 9

2.1.1. Definisi ....................................................................................... 1

2.1.2. Kegunaan..................................................................................... 9

2.1.3. Farmakodinamik ........................................................................ 11

2.1.4. Farmakokinetik .......................................................................... 13

2.1.5. Dosis dan Cara Penggunaan ....................................................... 14

2.1.6. Indikasi, Kontraindikasi, Efek Samping .................................... 15

2.1.7. Efek Samping ............................................................................. 15

2.2. Intoksikasi Nitrazepam .............................................................................. 15

2.2.1. Definisi ....................................................................................... 15

2.2.2. Etiologi ....................................................................................... 1

2.2.3. Gejala Klinis Intoksikasi ............................................................. 16

4
2.2.4. Dosis ........................................................................................... 1

2.2.5. Pemeriksaan Intoksikasi ............................................................. 1

2.2.6. Tatalaksana Intoksikasi ............................................................... 1

2.3. Aspek Medikolegal Intoksikasi Nitrazepam ..................................................... 1

2.3.1 Psikotropika ................................................................................... 1

2.3.2 Dasar Hukum Psikotropika ............................................................ 15

Bab. III. Penutup ............................................................................................................. 1

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 1

3.2. Saran ............................................................................................................. 1

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 1

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nitrazepam adalah obat yang termasuk kedalam golongan obat benzodiazepine yang
biasanya digunakan untuk meringankan serangan kecemasan dan insomnia. Obat ini
bersifat sedatif dan hanya boleh digunakan dalam jangka waktu yang pendek serta
dibawah pengawasan dokter.
Pada tahun 2011, data yang didapatkan Badan POM bekerjasama dengan POLRI,
menunjukkan jenis psikotropika yang paling sering disalahgunakan adalah psikotropika
golongan III dan IV, sejumlah 14 sample yang terdiri atas Nitrazepam (28,57%),
alprazolam (28,57), Clonazepam (7,14%), diazepam (21,43%), Estazolam (7,14%),
Phenobarbital (7,14%).
Penelitian mengenai angka kematian terkait penyalagunaan nitrazepam yang
dilakukan oleh Departemen Kedokteran Forensik di Sydney selama tahun 1997-2012
didapatkan sebanyak 412 kematian. Dari angka tersebut, 80% samplemempunyai riwayat
penggunaan obat-obatan dan alkohol, 57% pecandu obat-obat dengan cara menyuntikan,
32% didapatkan positif Hepatitis C.
Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Menurut Saferstein
yang dimaksud dengan Forensic science adalah the application of science to law, maka
secara umum ilmu forensik dapat dimengerti sebagai aaplikasi untuk pemanfaatan ilmu
pengetahuan tertentu untuk penegakan hukum da peradilan. Ilmu toksikologi adalah ilmu
yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun terhadap zat kimia
atau racun terhadap mekanisme biologis suatu organisme.
Gambaran kasus yang memerlukan pemeriksaan toksikologi forensik meliputi
kematian akibat keracunan., kecelakaan fatal maupun tidak fatal yang dapat mengancam
nyawa sendiri maupun orang lain (yang umumnya diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan,
alkohol atau narkoba) dan penyalagunaaan narkoba dan kasus-kasu keracunan yang terkait
dengan pemakaian obat, makanan, kosmetik, alat kesehatan dan bahan berbahaya kimia
lainnya yang tidak memenuhi standar kesehatan.
Angkah kejadian intoksikasi Nitrazepam berdasarkan penelitian dari Departemen
Toksikologi Forensik di Swedia pada tahun 2013 melalui pemeriksaan otopsi, cenderung

6
lebih banyak terjadi pada jenazah dengan jenis kelamin laki-laki (74%) dibandingkkan
perempuan (26%) dan lebih dominan pada rentang umur 20-40 tahun dibandingkan
rentang umur 40-80 tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui penyalagunaan


nitrazolam, farmakologis nitrazepam, dan hukum yang mengatur psikotropika.

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Mengetahui mengenai penggunaan Dumolid yang ditinjau dari aspek


medikolegal, serta hukum yang mengatur penggunaan zat psikotropika di
Indonesia.

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui definisi dan fungsi dari Dumolid

b. Mengetahui dan memahami farmakodinamik dari Dumolid

c. Mengetahui dan memahami farmakokinetik dari Dumolid

d. Mengetahui dan memahami Indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan


Dumolid

e. Mengetahui dan memahami dosis dan cara penggunaan dari Dumolid.

f. Mengetahui dan memahami efek samping dalam penggunaan Dumolid.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan referat

b. Menambah pengetahuan mengenai intoksikasi dari penyalahgunaan


Nitrazepam

2. Bagi Instansi Terkait

Menambah bahan referensi bagi dokter dan calon dokter dalam memahami
intoksikasi dari nitrazepam.

7
3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai


intoksikasi penyalagunaan nitrazepam.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dumolid

2.1.1 Definisi Dumolid

Dumolid adalah obat untuk mengatasi gangguan tidur


(insomnia) parah, kejang-kejang, gangguan kecemasan, dan
depresi. Obat dumolid ini adalah nama merek nya, sedangkan obat
generiknya atau kandungan nya adalah nitrazepam yang termasuk
ke dalam kelas obat Benzodiazepin, atau obat penenang.

Obat ini bekerja dengan mempengaruhi bagian otak yang


mengontrol emosi dan juga merilekskan otot-otot. Sehingga dapat
mengurangi kecemasan dan menyebabkan kantuk. Obat ini
memiliki sifat penenang, ansiolitik, sifat otot amnestic,
antikonvulsan, dan skeletal muscle relaxant.

Nitrazepam adalah obat yang dikategorikan sebagai nitrobenzodiazepine, kelas 1,4


benzodiazepine, nama senyawa kimianya 7-nitro-5-phenyl-1,3-dihydro-2H-1,4-
benzodiazepine-2-one dengan posisi 5 dan 7 ditempatin oleh golongan phenyl dan nitro.
Formula molekul untuk senyawa ini adalah C15H11N3O3.
Sifat fisika dan kimiawinya adalah tidak berbau, tidak berasa, bubuk kristal kuning,
tidak larut di air tapi larut di chloroform, ethanol, eter dan asam anorganik. Mempunyai berat
molekul 281.3 g/mold an titik lelehnya 226-229C.4
Nitrazepam memiliki nama dagang diantaranya Dumolid, Alodarm, Arem, Insomo,
Insomnia, Mogadon, Nitrados, Nitsosun, Ormodon, Paxadorm, Remnos dan Somnite.
Nitrazepam lebih dikenal masyarakat dengan nama Nipam, BK, MG, Lekso, Dum, Koplo
atau Rohyp.

2.1.2 Efek Nitrazepam


Obat ini adalah obat sedasi-hipnotik dari kelas benzodiazepine, yang digunakan untuk
mengurangi gejala anxietas dan insomnia. Efek sedasi akan menurunkan kecemasan dan
memberikan efek ketenangan. Sedangkan obat hipnotik akan menimbulkan rasa mengantuk

9
dan mendorong onset dan kelanjutan dari fase-fase tidur. Selain itu, nitrazepan juga memiliki
efek motor-impairing properties seperti amnestik, anti-konvulsi, merelaksasi otot rangka.
Peningkatan dosis yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan akan menyebabkan
terjadinya fase anastesi secara umum. Jika dosis lebih ditingkatkan lagi, obat sedasi-hipnotik
akan mendepresi sistem respirasi dan pusat vasomotor di medulla, yang mengarah kepada
koma dan kematian.5
Dibawah ini akan diuraikan beberapa efek obat sedasi-hipnotik golongan
benzodiazepine yang salah satunya merupakan nitrazepam, antara lain :5
a. Sedasi
Obat sedasi-hipotik memberikan efek ketenangan dengan penurunan kecemasan
secara bersamaan dengan dosis obat yang rata-rata rendah. Kebanyakan kasus,
efek dari sedasi dan hipnotik diikuti oleh efek depresi dari psikomotor dan fungsi
kognitif.
b. Hipnosis
Obat sedasi-hipnotik dapat menginduksi tidur jika dosis yang lebih tinggi
diberikan. Efek umum yang diberikan akibat obat sedasi hipnotik pada pola tidur
normal antara lain : (1) masa laten onset tidur menurun (waktu untuk tertidur), (2)
durasi dari tahap 2 tidur nonrapid eye movement (NREM) meningkat, (3) durasi
dari tidur REM menurun, durasi tahap 4 tidur NREM gelombang lambat menurun.
c. Anastesi
d. Anti-konvulsan
Obat yang digunakan untuk mencegah atau menurunkan keparahan kejang.
e. Antispasmodik
Obat yang dapat mensupresi spasme. Spasme biasanya disebabkan oleh kontraksi
otot polos, khususnya tubular organ. Efeknya mencegah spasme pada abdomen,
usus dan kandung kemih
f. Relaksasi otot
Dalam hal ini memberikan efek inhibisi reflex pada post-synaps dan transmisinya,
selain itu juga mendepresi transmisi pada skeletal neuromuscular junction dalam
dosis tinggi.
g. Efek pada fungsi pernafasan dan kardiovaskular
Sedasi-hipnotik dapat menyebabkan depresi pernafasan yang signifikan pada dosis
terapi, jika digunakan oleh pasien yang memiliki penyakit paru. Efeknya
tergantung dengan dosis yang diberikan. Depresi dari pusat pernafasan dapat

10
terjadi sehingga menyebabkan kematian jika terjadi kelebihan dosis pada obat
sedasi-hipnotik.

Dosis obat yang menyebabkan hipnotik, tidak memberikan efek pada sistem
kardiovaskular jika pada kondisi tubuh sehat. Akantetapi, keadaan hipovolemik, gagal
jantung, dan kelainan jantung lain, kemungkinan dapat menyebabkan depresi dari
kardiovaskular. Pada dosis toksik, kontraksi miokardium dan pembuluh darah keduanya
mengalami depresi yang menyebabkan kolapsnya sistem vaskular.

2.1.3. Farmakodinamika
Efek golongan benzodiazepine mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dengan
memberi efek, sedasi, hipnotik, mengurangi anxietas, relaksasi otot dan anti-konvulsi.
a. Susunan Saraf Pusat
Walaupun benzodiazepine mempengaruhi semua tingkatan aktivitas saraf, namun
beberapa derivat benzodiazepine pengaruhnya lebih besar terhadap SSP dari derivat yang
lain. Benzodiazepine tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf sekuat golongan
barbiturate atau anestesi umum lainnya. Semua benzodiazepine memiliki profil farmakologi
yang hampir sama, namun efek utamanya sangat bervariasi, sehingga indikasi kliniknya dapat
berbeda. Peningkatan dosis benzodiazepine menyebabkan depresi SSP yang meningkat dari
sedasi ke hipnotis, dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini sering dinyatakan sebagai efek
anastesi, tapi obat golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan efek anestesi umum yang
spesifik, karena kesadaran pasien tetap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk
pembedahan tidak tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepine menimbulkan
amnesia anterograd terhadap kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat. Sebagai
anestesi umum untuk pembedahan, benzodaizepin harus dikombinasikan dengan obat
pendepresi SSP lain. Belum dapat dipastikan, apakah efek ansietas benzodiazepine identik
dengan efek hipnotik sedatifnya atau merupakan efek lain.
Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot
normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien cerebral palsy.
Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP
Kerja benzodoazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor
penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat
(GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada membrane

11
dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABAA dan
reseptor GABAB.
Reseptor inotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih sub unit (bentuk
majemuk , , dan subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion
klorida kompleks. Reseptor ini berperan pada sebagian besar besar
neurotransmitter di SSP.
Reseptor GABAB, terdiri dari peptide tunggal dengan 7 daerah
transmembran, digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya
oleh protein-G.
Benzodiazepine bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor GABAB.
Benzodiazepine berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit ) reseptor
GABAA (reseptor kanal ion Klorida kompleks), sedangkan GABA berikatan
pada subunit atau . Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal
klorida, memungkinkan masuknya ion klorida kedalam sel, menyebabkan
peningkatan potensial elektrik sepanjang membrane sel dan menyebabkan sel
sukar tereksitasi.

b. Pernapasan
Benzodiazepin hanya berefek sedikit pada pernafasan, dosis hipnotik tidak berefek
pada pernafasan orang normal. Penggunaannya perlu diperhatikan pada anak-anak dan
individu yang menderita kelainan fungsi hati. Pada dosis yang lebih tinggi, misalnya pada
anestesi premedikasi atau preendoskopi, benzodiazepine sedikit mendepresi ventilasi alveoli
dan menyebabkan asidosis respiratoar, hal ini terjadikarena hipoksia lebih terangsang
daripada peransangan hiperkapnia; efek ini terutama terjadi pada pasien dengan PPOK yang
dapat mengakibatkan menurunkan ventilasi alveolar dan Po2, serta peningkatan Pco2 dan

12
menyebabkan narcosis CO2. Obat ini dapat menyebabkan apnea selama anestesi atau bila
diberi bersama opiat. Gangguan pernapasan yang berat pada intoksikasi benzodiazepine
biasanya memerlukan bantuan pernapasan hanya bila pasien juga mengkonsumsi obat
pendepresi SSP yang lain, terutama alkohol.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada dosis praanestesia semua benzodiazepine dapat menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan denyut jantung.
d. Saluran cerna
Diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang berhubungan
dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan sekresi cairan lambung waktu
malam.

2.1.4 Farmakokinetik
1. Absorpsi
Nitrazepam sangat baik dan cepat diserap pada saluran gastro intestinal. Waktu untuk
mencapai konsentrasi puncak plasma mengikuti dalam pemakaian oral sekitar 2 jam dengan jarak
0,5 sampai 5 jam Level puncak plasma mengikuti pemakaian tunggal 10 mg dosis oral sekitar 68
sampai 108 nanogram/mL dan diikuti dengan dosis tunggal oral 5 mg sekitar 25-50 nanogram/mL.
dua belas jam setelah pemakaian 5 mg oral nitrazepam, level dalam darah sekitar 12 sampai 38
nanogram/mL. Bioavailabilitas bervariasi dari 54% (oral) sampai 94% (iv). Rasio rata-rata
penggunaan secara oral / intravena daerah di bawah kurva waktu konsentrasi sekitar 0,9.
2. Distribusi
Nitrazepam adalah obat lipofilik dan melintasi hambatan membran tubuh secara mudah.
Konsentrasi di cairan serebrospinal, sekitar 10% dari total tingkat plasma, mirip dengan
fraksi protein bebas dari plasma. Meskipun terdapat variasi dari masing-masing individu,
rasio CSF / plasma meningkat secara signifikan. Hal ini terjadi mungkin karena
memperlambat kehilangan nitrazepam dari kompartemen lipid dari CNS (perkiraan paruh di
CSF 68 jam, dalam plasma 27 jam). Konsentrasi nitrazepam dalam plasma yang secara
signifikan lebih rendah daripada yang terikat protein dalam serum 4 jam setelah pemberian
obat. Oleh karena itu paruh dalam plasma secara signifikan lebih lama (rata-rata 40 jam)
dibandingkan serum (berarti 30 jam). Farmakokinetik pada distribusi terlihat rumit oleh
karena terjadinya konsentrasi maksimum kedua mungkin dalam plasma sekitar 4 sampai 8
jam. Tingginya 'sensitivitas' untuk nitrazepam mungkin dijelaskan dengan perubahan
distribusi obat dan memberikan alasan untuk mengurangi dosis nitrazepam pada orang tua.6

13
3. Metabolisme
Metabolisme terjadi di hati untuk 7-aminonitrazepam menjadi 7-acetamidonitrazepam
dan hydroxylated. Nitrazepam tidak menyebabkan induksi enzim hati atau inhibisi dengan
pengobatan jangka panjang.6

4.Eliminasi
Fase eliminasi dari nitrazepam terjadi sekitar 4 sampai 12 jam setelah pemberian obat.
Nitrazepam ditandai dengan kehilangan yang lambat dari tubuh manusia. Pada usia yang
berbeda dengan paruh mirip, kecuali untuk pasien lansia, yang menunjukkan waktu paruh
berkepanjangan (sekitar 40 jam). Ini mungkin disebabkan oleh peningkatan volume
distribusi. Hilangnya nitrazepam sebagian dibatasi oleh distribusi dari jaringan ke darah
(mirip dengan flunitrazepam).6
5.Eksresi
Urin
Nitrazepam terutama diekskresikan sebagai metabolit urin. Penghapusan total ginjal
selama 120 jam setelah pemberian oral pertama merupakan sekitar 70%. Para peneliti yang
sama menemukan 93% setelah pemberian intravena. Hanya sekitar 1% dari dosis
diekskresikan dalam urin sebagai nitrazepam tidak berubah. Metabolit utama dalam urin
manusia 7 -aminonitrazepam dan 7-acetamidonitrazepam yang bebas dan terkonjugasi.
Variasi antarindividu total metabolit diekskresi sangat besar, berkisar antara 17 dan 99% dari
dosis yang diberikan. Dari jumlah ini, jumlah metabolit terkonjugasi rata-rata 57%.
Feses
Ekskresi fekal dari nitrazepam sekitar 14-26% ditemukan dalam feses setelah dosis
30mg, tetapi hanya 2% setelah dosis 4mg. Dengan dosis klinis biasa, ekskresi feses
tampaknya kurang terlihat.6

2.1.5. Dosis dan Cara Penggunaan Dumolid


Dosis dumolid setiap orang berbeda-beda. Saat mengkonsumsi dumolid akan
dianjurkan untuk diberikan sebelum waktu tidur, Pemberian dumolid juga dapat diberikan
bersama atau tanpa makan. Berikut dosis dumolid yang direkomedasikan :
Dewasa : 5-10 mg
Lansia : 2,5-5 mg
Anak-anak 6-14 tahun : 5 mg

14
Anak-anak 1-6 tahun : 2,5-5 mg
Anak-anak kurang dari 1 tahun : 1,25-2,5 mg
Obat dumolid ini adalah nama mereknya, sedangkan obat generiknya atau
kandungannya adalah Nitrazepam yang termasuk kedalam kelas obat penenang. Obat
dumolid ini sendiri tersedia dalam bentuk tablet, oral yaitu 5mg dan 10mg. 6
Nitrazepam sendiri termasuk kedalam obat psikotropika golongan IV. Apabila ingin
mendapatkan obat golongan psikotropika harus dengan resep dokter terlebih dahulu, karena
tanpa resep dari dokter maka dikhawatirkan akan disalah gunakan.6

2.1.6. Penggunaan Dumolid


- Cara Penggunaan
Cara penggunaan Nitrazepam adalah secara oral yang sangat umum digunakan.

Penggunaan secara intravena sering menimbulkan dampak buruk secara cepat yaitu berupa
toksikasi sistemik dan CNS (central nervous system), iritasi jaringan local sekitar dan reaksi
paradox.
-Indikasi
Indikasi dari penggunaan Nitrazepam dianjurkan untuk digunakan dalam jangka
pendek pada pengobatan insomnia dengan dosis terapi yang biasa digunakan.
-Kontraindikasi
Kontraindikasi dari penggunaan Nitrazepam adalah hipersensitivitas, penyakit
pernapasan yang berat dan kronis, gangguan fungsi hati serta sangat diperhatikan pada pasien
dengan gangguan ginjal. Penggunaan pada masa kehamilan tidak dianjurkan, karena telah ada
yang melaporkan dapat terjadinya gejala neonatal withdrawal. Penelitian telah membuktikan
adanya kelainan janin dalam penggunaan benzodiazepine serta turunannya pada masa

15
kehamilan trimester pertama. Nitrazepam diekskresikan juga dalam ASI, sehingga tidak
boleh digunakan oleh ibu menyusui.6
-Efek Samping

Nitrazepam merupakan salah satu turunan benzodiazepine yang paling tua, pertama
dikenalkan pada tahun 1960. Obat ini bersifatsedasi-hipnotik yang digunakan untuk
mengurangi gejala anxietas, insomnia dan juga sebagai anti-konvulsan. Efek dari sedasi akan
mengurangi gejala kecemasan dan memberikan efek ketenangan. Sedangkan efek dari obat
hipnotik adalah timbulnya rasa mengantuk dan mendorong onset dan kelanjutan dari fase-
fase tidur. Selain itu nitrazepam juga memiliki efek relaksasi otot rangka. Peningkatan dosis
yang berlebihan pada obat ini dapat menyebabkan fase anastesi, dengan dosis yang tinggi,
obat sedative-hipnotik dapat menekan pusat pernafasan dan vasomotor pada medulla
sehingga menyebabkan terjadinya koma atau kematian.1
Dibawah ini akan diuraikan beberapa efek obat sedasi-hipnotik golongan
benzodiazepine yang salah satunya merupakan nitrazepam, antara lain:1
1 Sedasi
Obat ini akan memberikan efek ketenangan dan mengurangi kecemasan, tetapi pada
beberapa kasus sifat anxiolitik pada obat sedasi-hipnotik akan muncul bersamaan
dengan efek penekanan pada psikomotor dan fungsi kognitif.
2 Hipnosis
Seluruh obat sedasi-hipnotik dapat menginduksi tidur pada dosis yang tinggi, efek
sedasi-hipnotik pada fase-fase tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis obat,
dosis, dan frekuensi mengkonsumsi obatnya. Efek yang diberikan oleh obat sedasi
hipnotik pada pola tidur normal antara lain : (1) masa laten onset tidur menurun
(waktu untuk tertidur), (2) durasi dari tahap 2 tidur nonrapid eye movement (NREM)
meningkat, (3) durasi dari tidur REM menurun, durasi tahap 4 tidur NREM
gelombang lambat menurun.
3 Anestesi
Dosis tinggi dari obat sedative-hipnosis dapat menekan sistem saraf pusat sehingga
menyebabkan terjadinya anestesi
4 Anti-konvulsan
Banyak obat sedasi-hipnotik yang memiliki kapabilitas untuk menginhibisi
penyebaran aktivitas listrik epileptiform pada sisitem saraf pusat.
5 Pelemas otot

16
Dalam hal ini memberikan efek inhibisi reflex pada post-synaps dan
transmisinya, selain itu juga mendepresi transmisi pada skeletal neuromuscular
junction dalam dosis tinggi.
6 Efek pada fungsi pernafasan dan kardiovaskular
Efek pada pernafasan biasanya disebabkan oleh dosis obat yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan penekanan pada pusat pernafasan di di medulla
sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada dosis yang menyebabkan hipnosis
tidak ada efek yang signifikan terjadi pada sistem kardiovaskuler tetapi pada keadaan
hipovolemik, gagal jantung atau penyakit lainnya yang mengganggu fungsi sistem
kardiovaskuler, dosis normal obat sedasi-hipnosis dapat menyebabkan depressi
kardiovaskuler akibat penekanan pusat vasomotor di medulla. Pada dosis toksik,
kontraktilitas miokardial dan vaskuler dapat di tekan sehingga dapat menyebabkan
kolaps.

2.1.7. Efek Samping

Nitrazepam merupakan salah satu turunan benzodiazepine yang paling tua,


pertama dikenalkan pada tahun 1960. Obat ini bersifatsedasi-hipnotik yang digunakan untuk
mengurangi gejala anxietas, insomnia dan juga sebagai anti-konvulsan. Efek dari sedasi akan
mengurangi gejala kecemasan dan memberikan efek ketenangan. Sedangkan efek dari obat
hipnotik adalah timbulnya rasa mengantuk dan mendorong onset dan kelanjutan dari fase-
fase tidur. Selain itu nitrazepam juga memiliki efek relaksasi otot rangka. Peningkatan dosis
yang berlebihan pada obat ini dapat menyebabkan fase anastesi, dengan dosis yang tinggi,
obat sedative-hipnotik dapat menekan pusat pernafasan dan vasomotor pada medulla
sehingga menyebabkan terjadinya koma atau kematian.1
Dibawah ini akan diuraikan beberapa efek obat sedasi-hipnotik golongan
benzodiazepine yang salah satunya merupakan nitrazepam, antara lain:1
7 Sedasi
Obat ini akan memberikan efek ketenangan dan mengurangi kecemasan, tetapi pada
beberapa kasus sifat anxiolitik pada obat sedasi-hipnotik akan muncul bersamaan
dengan efek penekanan pada psikomotor dan fungsi kognitif.
8 Hipnosis
Seluruh obat sedasi-hipnotik dapat menginduksi tidur pada dosis yang tinggi, efek
sedasi-hipnotik pada fase-fase tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis obat,

17
dosis, dan frekuensi mengkonsumsi obatnya. Efek yang diberikan oleh obat sedasi
hipnotik pada pola tidur normal antara lain : (1) masa laten onset tidur menurun
(waktu untuk tertidur), (2) durasi dari tahap 2 tidur nonrapid eye movement (NREM)
meningkat, (3) durasi dari tidur REM menurun, durasi tahap 4 tidur NREM
gelombang lambat menurun.
9 Anestesi
Dosis tinggi dari obat sedative-hipnosis dapat menekan sistem saraf pusat sehingga
menyebabkan terjadinya anestesi
10 Anti-konvulsan
Banyak obat sedasi-hipnotik yang memiliki kapabilitas untuk menginhibisi
penyebaran aktivitas listrik epileptiform pada sisitem saraf pusat.
11 Pelemas otot
Dalam hal ini memberikan efek inhibisi reflex pada post-synaps dan
transmisinya, selain itu juga mendepresi transmisi pada skeletal neuromuscular
junction dalam dosis tinggi.
12 Efek pada fungsi pernafasan dan kardiovaskular
Efek pada pernafasan biasanya disebabkan oleh dosis obat yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan penekanan pada pusat pernafasan di di medulla
sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada dosis yang menyebabkan hipnosis
tidak ada efek yang signifikan terjadi pada sistem kardiovaskuler tetapi pada keadaan
hipovolemik, gagal jantung atau penyakit lainnya yang mengganggu fungsi sistem
kardiovaskuler, dosis normal obat sedasi-hipnosis dapat menyebabkan depressi
kardiovaskuler akibat penekanan pusat vasomotor di medulla. Pada dosis toksik,
kontraktilitas miokardial dan vaskuler dapat di tekan sehingga dapat menyebabkan
kolaps.

2.2 Intoksikasi Nitrazepam


2.2.1 Definisi intoksikasi

Intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang mengikuti masuknya suatu zat pasikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi, dan respon psokologis.

Intoksikasi sangat bergantung pada tipe dan dosis dari zat tersebut dan dipengaruhi
oleh toleransi masing-masing individu dan faktor lainnya. Sering kali, sebuah zat di gunakan

18
untuk mencapai derajat tertentu keracunan. Intoksikasi akut sebutan ICD 10 untuk gejala
klinik intoksikasi . Komplikasi dapat berupa trauma, vomitus, delirium, coma, dan konvulsi,
tergantung dari substansi dan metode penggunaan.7

2.2.2 Etiologi Intoksikasi

Berdasarkan sumber zat-zat yang dapat menyebabkan intoksikasi dapat berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral atau sintetik. Jika berdasarkan tempat maka zat-zat yang
dapat menyebabkan etiologi terbagi menjadi :2
1. Rumah tangga
Zat-zat yang dapat menyebabkan intoksikasi yang dapat ditemukan pada
rumah tangga biasanya ada pada peralatan yang biasanya digunakan pada pekerjaan
rumah tangga sehari-hari seperti deterjen, disinfektan, insketisida.
2. Pertanian
Pestisida dan herbisida merupakan suatu contoh zat yang dapat menyebabkan
intoksikasi yang sering ditemukan pada bidang pertanian.
3. Obat
Intoksikasi akibat obat-obatan biasanya terjadi karena dosis yang terlalu, obat-
obatan yang dapat menyebabkan terjadinya intoksikasi biasanya adalah obat yang
bersifat menekan sistem saraf pusat seperti benzodiazepine, analgesik, dll. Lalu ada
juga obat yang bersifat menstimulasi sistem saraf pusat seperti amfetamin,
methamfetamin, dll.
4. Industri
Pada industrial, zat yang sering ditemukan yang dapat menyebabkan
intoksikasi adalah logam berat, asam dan basa kuat
5. Alam bebas
Di alam bebas juga banyak zat-zat yang dapat menyebabkan intoksikasi seperti gas
monoksida atau dapat juga yang berasal dari hewan seperti ular berbisa.

2.2.3 Gejala Intoksikasi Nitrazepam

Tabel. 1 Adverse reactions attributed to nitrazepam8

Site disturbance Manifestasi Klinis

19
Central Nervous System Depression Drowsiness, fatique, confusion,ataxia

Central Nervous System stimulation or Nightmare, hallucinations, insomnia,


excitation agitation

Cutaneus reactions Rash, Pruritus

Other adverse reaction Headache, gangguan gastrointestinal, depresi


pernafasan

Dose Related Toxicity


Dose related toxicity pada nitrazepam berpengaruh terhadap central nervous system,
biasanya terjadi pada awal pengobatan dan mengilang dengan penurunan dosis. Nitrazepam
juga cenderung untuk berkurang durasi pengobatannya dikarenakan adanya peningkatan dari
toleransi. 9

Sedasi / Drowsiness

Gejala ini adalah gejala yang paling sering dikeluhkan pasien dan dilaporkan lebih
dari 40 % pada pasien yang mendapat terapi nitrazepam. 9

Ataxia

Gerakan tidak terkoordinasi atau ataxia kemungkinan adalah gejala nomor dua yang
paling sering ditemukan pada penderita intoksikasi. Menurut penelitian ataxia ditemukan
pada 5 -50 % pasien yang mengkonsumsi nitrazepam pada long term terapi penggunaan
nitrazepam. 9

behavioral Abnormalities

Perubahan perilaku dan personalitas yang signifikan seperti hiperaktif, perhatian mudah
teralih, restlessness (kurang butuh istirahat), iritabilitas dan agresive dapat terjadi dengan
penggunaan jangka panjang dari benzodiazepin. Nitrazepam juga menginduksi gejala lain
seperti nightmare, insomnia, dan agitasi 9

Gejala lain yang sering timbul

20
Kelemahan otot, fatigue, dan hipotonia terkadang dilaporkan muncul setelah penggunaan
nitrazepam.Benzodiazepin tidak boleh diberikan pada pasien dengan myasthenia gravis.
Gangguan visual , penglihatan buran dan diplopia juga dapat terjadi pada penggunaan
benzodiazepine tetapi jarang terjadi.9

2.2.3 Pemeriksaan pada intoksikasi nitrazepam

Pemeriksaan Luar

Kasus keracunan merupakan kasus yang cukup rumit, karena gejala sebelum kematian
dan tanda-tanda setelah kematian umumnya samar-samar, sedangkan keterangan dari
penyidik pun kadang sangat minim.

Nitrazepam dilaporkan berhubungan dengan kejadian kematian yang tidak dapat


dijelaskan pada 6 anak-anak dengan umur rata-rata 27,8 bulan yang menerima terapi inisial
nitrazepam dengan dosis 0,3-06 mg/kg/hari. 6 kasus yang terjadi overdosis telah dilaporkan,
satu diantaranya di akibatkan konsumsi 250 mg nitrazepam. Biasanya pada kasus-kasus
keracunan nitrazepam, akan ditemukan kemasan obat tersebut yang berserakan di sekitar
pasien.

Anamnesis atau pun aloanamnesis merupakan komponen yang cukup penting, pada
keracunan oleh nitrazepam biasanya didapatkan riwayat psikiatri khususnya gangguan cemas,
gangguan panik, gangguan tidur dan depresi pada korban. Kadang perlu ditanyakan juga
riwayat penggunaan obat jangka panjang nitrazepam atau obat-obat lain. Informasi diatas
juga bisa didapatkan melalui catatan rekam medis rumah sakit, informasi dari keluarga,

21
teman, maupun saksi-saksi yang berkaitan. Keterangan-keterangan ini akan diperkuat dengan
temuan pada pemeriksaan luar.

Pada pemeriksaan luar, biasanya dapat ditemukan pupil menjadi miosis atau sering
disebut dengan istilah pin point. Pin point adalah keadaan dimana pupil menjadi miosis
karena kontraksi dari pupil yang di sebabkan oleh efek dari obat atau racun tersebut. Keadaan
pin point ini akan bertahan walaupun kaku mayat sudah muncul.

Pemeriksaan Dalam

Tandatanda yang khas pada intoksikasi nitrazepam sukar didapat, namun masih ada
beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai acuan. Pada pemeriksaan dalam, dapat
ditemukan kongesti viseral dan otak serta edema paru.

Pada pemeriksaan patologi anatomi, paru-paru menunjukan kongesti


pseudohemoragik. Pada mesencephalon, ditemukan thrombosis kapiler dengan infiltrasi
granulosit, dikelilingi oleh jaringan yang edema dan sel saraf yang degenerasi.

22
Gambar. Mesencephanlon, terdapat infiltrat thrombi dikelilingi oleh area yang edema.

Sangat sering dalam analisis toksikologi forensik pada kasus keracunan tidak
ditemukan senyawa induk, melainkan metabolitnya. Sehingga dalam melakukan analisis
toksikologi forensik, senyawa metabolit juga merupakan target analisis. Nitrazepam dan
metabolitnya dapat ditemukan di dalam beberapa organ di akibatkan proses distribusinya di
dalam tubuh. Dapat ditemukan di darah, serum, vitreus humour, hati, pankreas, dan urin, dan
terutama pada jaringan otak. Para dokter hendaknya mengetahui dengan baik bahan apa yang
harus di ambil, cara mengawetkan dan cara pengiriman.10

Darah jantung diambil secara terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri masing-
masing sebanyak 50 ml. darah tepi sebanyak 30-50 ml, di ambil dari vena iliaka komunis,
bukan darah dari vena porta. Organ lain yang di ambil yaitu otak, jaringan lipoid di dalam
otak mempunyai kemampuan untuk menahan racun. Hati, hati merupakan tempat detoksikasi
tubuh terpenting. Organ ini mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan racun-racun
sehingga kadar racun dalam hati bisa sangat tinggi. Urin, penting karena tempat ekskresi
sebagian besar racun sehingga dapat untuk tes pendahuluan. Sebagai contoh temuan yang
muncul pada pemeriksaan salah satu kasus intoksikasi nitrazepam di bawah ini. 10

23
Keterangan konsentrasi molar nitrazepam

Konsentrasi molar 7-aminonitrazepam

Pemeriksaan Penunjang

1. Uji Penapisan Screening test

Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel.
Disini analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek
farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji
penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan amfetamin,
turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat,
dan turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti molekulnya. Sebagai
contoh, disini diambil senyawa golongan opiat, dimana senyawa ini memiliki struktur dasar
morfin, beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar morfin seperti, heroin, mono-asetil
morfin, morfin, morfin-3-glukuronida, morfin-6-glukuronida, asetilkodein, kodein, kodein-6-

24
glukuronida, dihidrokodein serta metabolitnya, serta senyawa turunan opiat lainnya yang
mempunyai inti morfin.

Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat


reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat.
Terdapat teknik uji penapisan yaitu: a) teknik immunoassay, b) kromatografi lapis tipis
(KLT) yang dikombinasikan dengan reaksi warna. Teknik immunoassay umumnya memiliki
sifat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, serta dalam pengerjaannya memerlukan waktu
yang relatif singkat, namun alat dan bahan dari teknik ini semuanya harus diimpor, sehingga
teknik ini menjadi relatif tidak murah. Dibandingkan dengan immunoassay, KLT relatif lebih
murah, namun dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

a) teknik immunoassay

Teknik immunoassay adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis obat
terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan anti-drug antibody untuk
mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di dalam
matrik terdapat obat dan metabolitnya (antigen-target) maka dia akan berikatan dengan anti-
drug antibody, namun jika tidak ada antigen-target maka anti-drug antibody akan
berikatan dengan antigen-penanda. Terdapat berbagai metode / teknik untuk mendeteksi
ikatan antigen-antibodi ini, seperti enzyme linked immunoassay (ELISA), enzyme
multiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA),
cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA).

Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada beban kerja (jumlah sampel per-hari)
yang ditangani oleh laboratorium toksikologi. Misal dipasaran teknik ELISA atau EMIT
terdapat dalam bentuk single test maupun multi test. Untuk laboratorium toksikologi dengan
beban kerja yang kecil pemilihan teknik single test immunoassay akan lebih tepat ketimbang
teknik multi test, namun biaya analisa akan menjadi lebih mahal.

Hasil dari immunoassay test ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan
untuk menarik kesimpulan, karena kemungkinan antibodi yang digunakan dapat bereaksi
dengan berbagai senyawa yang memiliki baik bentuk struktur molekul maupun bangun yang
hampir sama. Reaksi silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang
mengandung pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap test immunoassay

25
dari anti bodi- metamfetamin. Oleh sebab itu hasil reaksi immunoassay (screening test) harus
dilakukan uji pemastian (confirmatori test).

b) kromatografi lapis tipis (KLT)

KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya, namun
KLT kurang sensitif jika dibandingkan dengan teknik immunoassay. Untuk meningkatkan
sensitifitas KLT sangat disarankan dalam analisis toksikologi forensik, uji penapisan dengan
KLT dilakukan paling sedikit lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda
yang berbeda. Dengan menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah
dengan KLT dapat dideteksi spektrumnya (UV atau fluoresensi). Kombinasi ini tentunya
akan meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji penapisan dengan metode
KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.

2. Uji pemastian confirmatory test

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya.
Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik.
Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi dengan teknik
detektor lainnya, seperti: kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi
cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri
massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat
spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat
menentukan secara spesifik toksikan yang ada.

Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan teknik CG-MS adalah analit
dipisahkan menggunakan gas kromatografi kemudian selanjutnya dipastikan identitasnya
menggunakan teknik spektrofotometrimassa. Sebelumnya analit diisolasi dari matrik
biologik, kemudian jika perlu diderivatisasi. Isolat akan dilewatkan ke kolom CG, dengan
perbedaan sifat fisikokima toksikan dan metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi
pemisahan toksikan dari senyawa segolongannya atau metabolitnya. Pada prisipnya
pemisahan menggunakan GC, indeks retensi dari analit yang terpisah adalah sangat spesifik
untuk senyawa tersebut, namun hal ini belum cukup untuk tujuan analisis toksikologi
forensik. Analit yang terpisah akan memasuki spektrofotometri massa (MS), di sini
bergantung dari metode fragmentasi pada MS, analit akan terfragmentasi menghasilkan pola

26
spektrum massa yang sangat kharakteristik untuk setiap senyawa. Pola fragmentasi (spektrum
massa) ini merupakan sidik jari molekular dari suatu senyawa. Dengan memadukan data
indeks retensi dan spektrum massanya, maka identitas dari analit dapat dikenali dan
dipastikan.

Dengan teknik kombinasi HPLC-diode array detektor akan memungkinkan secara


simultan mengukur spektrum UV-Vis dari analit yang telah dipisahkan oleh kolom HPLC.
Seperti pada metode GC-MS, dengan memadukan data indeks retensi dan spektrum UV-Vis
analit, maka dapat mengenali identitas analit.

2.2.4 Dosis Intoksikasi

Walaupun nitrazepam memiliki kadar terapeutik yaitu 0,01-0,06 mg/L dalam darah,
namun dapat menimbulkan kadar toksik dalam darah apabila mencapai kadar 0,2 mg/L.
Kemudian kadar yang dapat mengakibatkan kematian atau dosis letal dalam darah adalah 0,5-
9 mg/L. Kadar letal ini pun dapat ditemukan apabila dalam urin 6-10 mg/L, kadar di hati
0,06-4 mg/kg, ginjal 0,08-0,7 mg/kg, otak 0,4 mg/kg, dan otot skeletal 2,1 mg/kg. data
tersebut tergambarkan dalam tabel di bawah ini.11

27
Konsentrasi terapetik nitrazepam adalah 0,035 sampai 0,084 mg/L. konsentrasi
minimum toksik dari darah femoral dari 7-aminonitrazepam yang merupakan hasil metabolit
nitrazepam di estimasikan sebanyak 0,5 mg/L.12

2.2.5 Tatalaksana Intoksikasi Nitrazepam


Pada setiap kasus intoksikasi , langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan
mengecek Airway, Breathing, dan Circulation dari pasien. Tatalaksana pada keracunan
benzodiazepine yang paling mendasar adalah dengan supportive care dan monitoring.
Tatalaksana biasanya bergantung dengan jenis obat dan dosis obat yang digunakan. Jika obat
di gunakan dalam waktu kurang dari dua jam , dapat dilakukan gastric lavage. Dengan
procedure ini sebuah tube yang besar dimasukkan ke dalam lambung melalui mulut. Volume
air yang cukup besar dapat mendorong racun dan membersihkan fragment pili. Gastric lavage
hanya digunkan pada pasien yang mengkonsumsi obat secara oral.13

Selain itu juga dibutuhkan terapi kombinasi yang bertujuan :

Mengurani efek obat dalam tubuh


Mengurangi asorbsi lebih lanjut
Mencegah komplikasi jangka panjang

1. Terapi Pre Hospital


Terapi pre hospital untuk pasien dengan keracunan benzodiazepine termasuk di
bawah ini:

- Monitoring Jantung
- Terapi oksigen dan airway support
- IV akses
- Penentuan glukosa sewaktu dan pemberian D5 jika perlu

Naloxone dapat diberikan pada pasien dengan dosis yang sangat rendah (0.05 mg
dengan peningkatan secara bertahap) , jika diagnosis masih tidak jelas dan diduga
mengkonsumsi opiate ( misal jika pasien memiliki depresi pernafasan ). Pada
penelitian dikatakan Naloxone adalah antagonis dari respetor Gama Aminobutyric

28
Acid (GABA) . Lebih jauh dikatakan naloxone dapat mengantagonize berbagai
macam gangguan tingkah laku yang di induksi oleh benzodiazepine.
Flumazenil adalah antagonis reseptor GABA yang dapat digunakan sebagai
pengangkal untuk overdosis benzodiazepine secara cepat karena onsetnya cepat namun
kerjanya kurang lebih setengah samapi satu jam. Flumazenil dapat digunakan sebagai
manajemen dari persistent withdrawal symptom dari penggunaan benzodiazepine. Dosis yang
di gunakan adalah antara 1.0 sampai 2.0 mg flumazenil bolus iv selama 1 sampai 3 jam .Obat
ini kontraindikasi pada pasien yang berada dalam penggunaan benzodiazepine jangka
panjang , atau pada pasien yang memiliki takikardi, kompleks QRS yang melebar pada EKG ,
tanda-tanda anti kolinergik. Karena kontra indikasi ini dan kemungkinan dapat menyebabkan
efek samping pusing, mual , muntah,sampai gejala berat termasuk kejang dan efek pada
jantung. disebagian besar kasus tidak ada indikasi untuk pengggunaan flumazenil dalam
pengelolaan overdosis benzodiazepine karena risiko pad umumnya lebih besar daripad
manfaat.14

2.3. Aspek Medikolegal Intoksikasi Nitrazepam

2.3.1. Psikotropika
Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.15

Psikotropika terdiri dari 4 golongan:15


1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.

29
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam.

2.3.2 Dasar Hukum Psikotropika


Hal-hal penting menyangkut psikotropika tercantum pada UU no.5 tahun 1997 tentang
psikotropika:15
Pasal 2

(1) Ruang lingkup pengaturan di bidang psikotropika dalam undang-undang ini adalah segala
kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
(2) Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan menjadi :
a. psikotropika golongan I;
b. psikotropika golongan II;
c. psikotropika golongan III;
d. psikotropika golongan IV.
(3) Jenis-jenis psikotropika golongan I, psikotropika golongan II, psikotropika golongan III,
psikotropika golongan IV sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pertama kali ditetapkan
dan dilampirkan dalam undang-undang ini, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut untuk penetapan dan perubahan jenis-jenis psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur oleh Menteri.

Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan;
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.

Pasal 4
(1) Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
ilmu pengetahuan.

30
(2) Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.
(3) Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika golongan I
dinyatakan sebagai barang terlarang.

Pasal 59

(1) Barang siapa:


a. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); atau
b. memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan
I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau
c. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 ayat (3); atau
d. mengimpor psikotropika golongan I selain kepentingan ilmu pengetahuan; atau
e. secara tanpa hak milik, menyimpan dan/ atau membawa psikotropika golongan I.
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara terorganisasi
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20
(dua puluh) tahun dan denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka disamping dipidananya
pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Pasal 62
Barangsiapa yang secara tanpa hak, memiliki, menyimpan dan/ atau membawa psikotropika
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 64
Barangsiapa:

31
a. menghalang-halangi penderita sindroma ketergantuan untuk menjalani pengobatan dan/
atau perawatan pada fasilitas rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37; atau
b. menyelenggarakan fasilitas rehabilitas yang tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (3);
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling
banyak Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

Pasal 65
Barangsiapa tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan/ atau pemilikan psikotropika
secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).

Pasal 72
Jika tindak pida Psikotropika dilakukan dengan menggunakan anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun dan belum menikah atau orang yang dibawah pengampuan atau ketika
melakukan tindak pidana belum lewat dua tahun sejak selesai menjalani seluruhnya atau
sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, ancaman pidana ditambah sepertiga
pidanya yang berlaku untuk tindak pidana tersebut.

Bab III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Intoksikasi Nitrazepam hanya terjadi bila obat tersebut dikonsumsi bersamaan dengan
senyawa lain dan terjadi reaksi antar obat, atau dengan senyawa yang memiliki sifat sama
dengan Nitrazepam, konsumsi Nitrazepam dengan dosis berlebihan atau pengguna
Nitrazepam jangka panjang. Penyalagunaan Nitrazepam dapat menimbulkan gejala-gejala
intoksikasi yang terdiri gejala neurologis, psikologis, dan overdosis. Untuk memastikan

32
adanya intoksikasi Nitrazepam yang menjadi penyebab kematian, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yang berupa pmeriksaan kadar Nitrazepam dan metabolitnya,
terutama di otak.

Perlu dilakukan terapi kombinasi dalam menyikapi kasus intoksikasi Nitrazolam agar
dapat mengurangi efek obat dalam tubuh, mengurangi absorbsi obat lanjut dan mencegah
komplikasi jangka panjang. Pengaturan mengenai penggunaan zat psikotropika dicantumkan
dalam Undang-undang nomor 5 tahun 1997 pasal XIV.

3.2. Saran

3.2.1. Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan


pemahaman mengenai intoksikasi nitrazepam

3.2.2. Bagi institusi pendidikan

Memberikan pembekalan materi dan keterampilan mengenai kasus intoksikasi


nitrazepam, cara mendeteksi, memberi terapi serta pengetahuan aspek medikolegalnya
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2012. http://www.pom.go.id/ppid/rar/LAPTAH 2011 dikutip pada tanggal


28 Mei 2015
2. Wirasuta Made A.G Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisi.
Indonesian journal of Legal and Forensic Sciences, 2008; 1 (1):47-55.
3. Jones AW, Holmgren A. Concentrations of Nitrazepam in blood from impaired
drivers and forensic autopsies were not much different but showed a high prevalence
of co-ingested illicit drugs. Journal of Psycopharmacology 27 (3) 276-281. 2013
4. Levy RH. Nitrazepam. Antiepileptic Drugs, 5thed. 2002. p. 199

33
5. Trevor AJ, Way WL. Sedative-Hypnotic Drugs. Basic and Clinical Pharmacology,
12thed. United Stated: McGrawHill; 2012.p. 373-382
6. Kangas L, Breimer DD. Clinical Pharmacokinetics of Nitrazepam.1981. Department
of Pharmacology University of Turku and University of Leiden.
7. www.who.int/substance_abuse/terminology/acute_intox/en/ . 2010. Accessed on July
4th 2015.
8. Greenblatt DJ . Allen MD . Toxicity of Nitrazepam in Elderly : A Report From The
Boston Collaborative Drug Surveillance Program. 1978;5,407-413
9. Anti Epileptic Drugs .Levy RH. Mattson RH. Benzodiazepine Adverse Effect. 5th
editions. Philladelpia. Lippincot Willians and Wilkins. Pg 215-219
10. Budiyanto A, Widiatmaka A, Sudiono S, Winardi T, Mun'im A, Sidhi, Hertian S, Et
al. In Ilmu Kedokteran Forensik. Ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Handbook of Forensic Toxicology for Medical Examiners By D. K. Molina, M.D
12. (medical toxicology edited by Richard C. Dart)
13. Available on www.emedicinehealth.com/script/main/mobilearth-
emh.asp?articlekey=58913.Accesed on; July 4th 2015.
14. Hood SD. Norman A. Hince DA. Benzodiazepine dependence and its treatment with
dose flumazenil. British Journal Of Clinical Pharmacology. 2012.77:2.285-294
15. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

34

Anda mungkin juga menyukai