Kelompok 10
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
DAFTAR TABEL................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................5
BAB I KONTRIBUTOR
3.6 Refleksi.........................................................................................................................18
3.7 Konsensus.....................................................................................................................19
2
BAB IV KEGIATAN BEDSIDE TEACHING (BST)
4.4 Refleksi.........................................................................................................................26
4.5 Konsensus.....................................................................................................................26
5.5 Refleksi.........................................................................................................................32
5.6 Konsensus.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................33
LAMPIRAN........................................................................................................................34
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
KONTRIBUTOR
6
BAB II
OVERVIEW KEGIATAN
7
dr. Prisca Anindhita
Fajarpeni, Sp.B
10.30 – 11.30 Mini-CEX SMF Ilmu Bedah dr. Prisca Anindhita
Fajarpeni, Sp.B
12.00 – 14.00 Observasi Ruangan Ruangan Operasi dr. Prisca Anindhita
OK Lantai 5 Fajarpeni, Sp.B
8
Observer dari Prodi Ilmu Bedan, Anestesiologi dan Terapi Intensif, dan Orthopaedi
dan Traumatologi melakukan kegiatan pengamatan di SMF masing-masing baik dalam
kegiatan morning report, bedside teaching dan mini-CEX. Observer dibagi menjadi tiga
kelompok saat kegiatan tersebut. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh tiap individu
selanjutnya akan didiskusikan dengan sesama anggota kelompok, lalu dibuat sebuah
rangkuman atas hasil diskusi dari tiap opini dan sudut pandang individu observer yang
berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan menemukan suatu kesepakatan serta
mendapatkan evaluasi dan refleksi dari perbedaan setiap penilaian yang dilakukan semua
anggota kelompok.
Hasil refleksi tersebut kemudian dibahas bersama dengan melibatkan para peserta
didik. Diskusi ini melibatkan identifikasi aspek-aspek yang telah berjalan dengan baik,
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas sesi pembelajaran oleh supervisor, saran atau
langkah konkret yang dapat diambil oleh peserta didik untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran, serta refleksi bersama kelompok terhadap faktor-faktor yang memberikan
kontribusi positif terhadap efektivitas pembelajaran di lingkungan klinik. Dengan tujuan
optimalisasi kualitas pembelajaran klinis, proses ini memastikan bahwa semua pihak
terlibat dalam perbaikan berkelanjutan. Dengan melibatkan sudut pandang yang beragam,
diharapkan dapat mencapai konsensus yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di
Rumah Sakit Pendidikan.
9
BAB III
Kegiatan MR PPDS Pada Pukul 07.00 – 08.00 WIB dengan supervisor Dr. dr.
Donny Wisnu Wardhana, Sp.BS(K)- Onk, dr. Prisca Anindhita Fajarpeni, Sp.B, dr. Hery
Sulistyo, Sp.B(K)-BD, dr. Chaidar Mutaqin, Sp.BTKV di ruang perkuliahan PPDS GPT
lantai 2 RSSA. Morning report dihadiri oleh PPDS bedah berjumlah 28 orang, 16 DM dan
5 Observer. PPDS melakukan presentasi kasus sesuai laporan jaga IGD tanggal 30 Januari
2024 sejumlah 13 pasien MRS. kasus yang diangkat terbanyak merupakan kasus trauma
kepala dan multiple trauma lainnya.
3. Supervisor fokus dan menyimak presentasi dari awal hingga akhir, serta
memberikan masukan dan pertanyaan.
6. diskusi, dan memberikan arahan, tips dan trick, serta aplikasi teori pada praktik
klinis sehari-hari.
11
19 PPDS dapat secara terbuka menyampaikan prior 4 1
knowledgenya
Keterangan :
Y : Ya/ dilakukan
T : Tidak dilakukan (semestinya dapat dilakukan)
N/A : Tidak dapat diobservasi karena setting atau waktu yang tidak tepat
Pengisian sesuai jumlah observer (orang)
1. Kegiatan MR yang dinilai sudah berlangsung tiap hari sehingga tidak terdapat poin
memperkenalkan diri dan poin orientasi kegiatan.
3. SPV dirasa tidak memberikan feedback yang kontruktif karena dirasa pemilihan
kata-kata yang tidak membangun.
4. SPV dirasa belum memberi ruang bagi PPDS untuk menjelaskan prior knowledge
nya
7. Observer mengamati PPDS yang jumlahnya lebih dari satu dan memiliki latar
belakang yang bermacam-macam.
10. Morning Report dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (07.00 WIB).
13. Supervisor fokus dan menyimak presentasi dari awal hingga akhir, serta
memberikan masukan.
14. Supervisor memberikan kesempatan bertanya kepada semua peserta yang ikut
dalam diskusi, memberikan arahan, tips dan trick, serta aplikasi teori pada praktik
klinis sehari-hari.
15. Residen/PPDS serta Dokter Muda tampak antusias dalam sesi tanya jawab.
16. Supervisor memberikan kritik dan saran yang membangun terkait penanganan yang
sebaiknya dilakukan oleh Residen/PPDS terhadap pasien yang dilayani.
17. Supervisor memberikan rekomendasi mengenai sumber buku ajar yang sesuai
dengan topik yang dipresentasikan.
13
18. Supervisor mengakhiri kegiatan dengan memberikan kesimpulan terhadap
keseluruhan kasus pasien.
19. Supervisor mengakhiri sesi morning report tepat pada waktunya sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan (08.25 WIB).
14
Supervisor meminta PPDS untuk merefleksikan kembali 2
Y : Ya/ dilakukan
N/A : Tidak dapat diobservasi karena setting atau waktu yang tidak tepat
Pengisian sesuai jumlah observer (orang)
15
3.2 Morning Report Dokter Muda SMF
Dari hasil observasi kegiatan Morning Report di atas, kami sepakat bahwa SPV
telah menjalankan perannya secara baik sebagai pengajar. Mengajar adalah suatu tugas
yang kompleks dan demanding. Menurut Harden, sebagai dokter dalam setting Pendidikan
kedokteran terdapat 12 jenis peran sebagai pengajar yang dapat dikelompokkan dalam 6
peran utama, yaitu dokter sebagai :
16
Apa itu pengajar yang baik? Pengajar yang baik dapat diartikan sebagai pengajar
yang membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Peran ini dapat dilakukan dalam
berbagai cara. Menurut Biggs (1999), seorang pengajar dapat dilihat sebagai pengajar yang
baik tergantung dari konsep mengajar seseorang. Terdapat 2 konsep dalam proses
pengajaran, yaitu yang berpusat pada pengajar (teacher-centered) dan yang berpusat pada
peserta didik (student-centered). Strategi yang berpusat pada pengajar difokuskan pada
pengajar sebagai pemacar informasi kepada peserta didik. Sebaliknya pada strategi yang
berpusat pada peserta didik, fokus terdapat pada peserta didik dimana tujuannya adalah
untuk mengevaluasi bagaimana cara belajar peserta didik dan apa yang mereka lakukan
untuk mencapai suatu target pembelajaran. Poin penting dalam strategi ini adalah
sebenarnya apa yang dilakukan peserta didik itu lebih penting dalam menentukan apa yang
telah dipelajari, daripada apa yang dilakukan oleh pengajar. Pada setting pembelajaran
modern, strategi kedua yang lebih sering diterapkan
Seorang pengajar yang baik dapat didefinisikan sebagai guru yang dapat membantu
peserta didiknya untuk belajar dalam mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peserta
didiknya, sehingga hal tersebut merupakan strategi yang berpusat pada peserta didik. Salah
satu aspek utama dalam menjadi pengajar yang baik adalah guru sebagai pemberi
informasi (information provider) dan sebagai perencanaan (planer). Selain itu satu hal yang
kami soroti dan apresiasi adalah SPV mampu menyesuaikan materi pengajaran sesuai
standar kompetensi dari peserta didik, walaupun mungkin kasus yang didapat cukup sulit.
Hal ini berkaitan dengan peran pengajar sebagai pembuat kurikulum.
Sebagai contoh pada MR DM, SPV memilih kasus-kasus yang sering ditemui oleh
DM di IGD yaitu kasus trauma, kasus-kasus tersebut akan mereka tangani sebagai garda
terdepan pelayannrumah sakit yaitu di IGD atau Puskesmas dan salah satu kompetensi
17
dokter umum.
Pada saat MR PPDS, SPV memilih kasus-kasus dan tatalaksana trauma yang lebih
advance, lebih mengarah pada tatalaksana lanjutan pasien hal ini sesuai dengan kompetensi
PPDS di bidang bedah saraf.
Pada peserta didik, terdapat beberapa hal yang tidak secara baik dilakukan.
Pendekatan untuk mengajar dalam setting klinis akan berbeda sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa yang diajar. Pada para undergraduates cenderung diajarkan dalam sesi
perkuliahan. Sedangkan pada dokter muda, proses pengajaran ini diharapkan dapat
bergeser pada yang biasa dilakukan oleh postgraduates, dimana pengajaran dalam setting
pelayanan klinis.
Dalam pembelajaran secara student centered, peserta harus menjadi yang aktif
dalam proses pembelajaran. Hanya memberi tahu peserta didik pandangan pengajar tentang
situasi klinis tertentu dan meminta mereka mengamati saja, tidak akan bertujuan pada
18
pembelajaran yang mendalam. Peserta didik harus dapat dimotivasi untuk melakukan tugas
klinis yang relevan dan kemudian dilibatkan dalam diskusi aktif.
3.4 Refleksi
Supervisor dapat melakukan perannya sebagai pengajar dengan baik, yaitu sebagai
information provider, role model, facilitator, assessor, planner, dan resource developer.
Supervisor juga dapat memberikan materi teaching dan feedback sesuai kompetensi dokter
umum dan standar pendidikan profesi dokter spesialis.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik, dalam hal ini dokter
muda agar proses pembelajaran menjadi lebih baik, yaitu DM dapat segera mempersiapkan
bahan presentasi saat datang sehingga siap untuk presentasi begitu supervisor datang.
Selain itu, DM diharapkan dapat mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
dipresentasikan sehingga dapat lebih menguasai materi.
3.5 Konsensus
19
BAB IV
Kegiatan Bedside Teaching dilakukan pada jam 08.30 – 11.00 WIB di Ruang
Pelayanan USG Departemen Radiologi dengan supervisor dr. Maskuril Barkah, Sp.Rad.
Jumlah observer sebanyak 3 orang PPDS Radiologi yang mengamati 2 orang DM. Salah
satu kegiatan yang diamati adalah pengajaran USG Kepala pada pasien dengna
hidrocephalus. Rincian jalannya kegiatan adalah sebagai berikut:
- SPV menyapa DM dan observer dan memberikan petunjuk apa yang dilakukan di
tempat teaching.
- SPV memperkenalkan DM ke pasien dan tenaga kesehatan yang ada di tempat
teaching.
- SPV melakukan pemeriksaan kepada pasien sambil memberikan pengajaran pada DM.
- SPV memberikan kesempatan kepada DM untuk bertanya ke pasien dan SPV, serta
mendiskusikan masalah pasien.
- SPV meminta DM untuk merefleksikan kembali tentang kegiatan yang dilakukan.
- SPV mengakhiri kegiatan dengan memberikan kesimpulan dari kegiatan hari ini.
20
4.2 Bedside Teaching Dokter Muda SMF
21
4.2.3 Pembahasan Hasil Observasi
22
Melibatkan berbagai tingkatan peserta didik
Tantangan terkait pasien: perawatan pasien sebentar, pasien sakit sulit diajak
partisipasinya
Kurangnya insentif dan penghargaan untuk mengajar
Pada bedside teaching supervisor telah memberikan contoh sebagai excellent clinical
teacher yaitu antara lain dapat berbagi semangat untuk mengajar, mampu membangun
hubungan pengajar dan peserta didik yang baik, mampi memberikan arahan dan umpan
balik, dan menunjukkan kompetensi klinis4.
Untuk peserta didik untuk kegiatan bedside teaching secara umum sudah mampu
menerapkan prinsip adult learning dalam proses pembelajaran antara lain mempunyai
tujuan yang spesifik, secara sukarela terlibat dalam pembelajaran, serta mampu
merefleksikan diri atas umpan balik yang diberikan oleh pengajar4.
23
Gambar 6. Komponen Prinsip Adult Learning4
4.4 Refleksi
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik, dalam hal ini dokter
muda agar proses pembelajaran menjadi lebih baik, yaitu DM dapat melakukan
penjadwalan lebih dahulu dengan supervisor untuk bedsite teaching, sehingga baik SPV
dan DM dapat lebih siap. Supervisor dapat mencarikan pasien dengan kasus yang baik
untuk pengajaran dan DM dapat lebih memahami tentang klinis pasien secara umum.
Selain itu, walaupun diskusi dilakukan di samping pasien, DM diharapkan juga tetap aktif
untuk bertanya ke pasien dan SPV, sehingga diskusi masalah pasien dapat berlangsung
dengan lebih baik. Kegiatan bedsite teaching juga dapat meningkatkan kepercayaan diri
peserta didik dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik ke depannya dengan
melihat demo dari pengajar.
4.5 Konsensus
24
BAB V
25
2. Kemampuan Pemeriksaan Fisik 2 3
3. Kualitas Humanistik/ Profesionalisme 4 1
4. Keputusan Klinis/ Diagnosis* 3 2
5. Kemampuan Mengelola Pasien* 4 1
6. Kemampuan Konseling 4 1
7. Organisasi Efisiensi 2 3
8. Kompetensi Klinis Keseluruhan 2 3
Secara umum SPV dan observer menilai bahwa terdapat beberapa perbaikan yang perlu
dilakukan oleh DM, antara lain DM harus lebih percaya diri, melakukan anamnesis yang lebih
terarah, pemeriksaan fisik lebih sistematis dan terarah. DM diharapkan dapat menerangkan dan
mempresentasikan kasus dengan percaya diri dengan temuan-temuan yang didapatkan dari
observasi dan pemeriksaan dari pasien. DM diharapkan dapat tetap melakukan konseling dan
KIE yang jelas kepada pasien walau tidak melakukan tatalaksana pada pasien. Beberapa action
plan yang disepakati antara SPV, DM, dan observer adalah agar DM dapat :
1. Berlatih secara terus menerus agar dapat membangun tingkat kepercayaan diri
2. Berlatih anamnesis secara terstruktur dan efektif
3. Berlatih pemeriksaan fisik secara sistematis dan terarah
4. Berlatih untuk konseling dan KIE pasien.
Hasil kepuasan terhadap Mini-CEX pada kelompok Ilmu Bedah, menunjukkan bahwa
tingkat kepuasan Baik sebesar 100% baik pada penilai maupun residen.
5.1.3 Pembahasan Hasil Observasi
Dari hasil observasi checklist Mini-CEX pada kelompok ilmu bedah terdapat perbedaan
penilaian dari masing observer di masing masing item penilaian. Hal ini antara lain
dikarenakan masing-masing observer mempunyai intepretasi berbeda-beda dan subjektifitas
dalam memberikan nilai. Untuk menghindari hal ini dibutuhkan persamaan persepsi baik
berupa pelatihan atau standardisasi sebagai penilai.
< 50 50 - 60 - 70 - 80 -
Nilai 59 69 79 100
E D C B A
3. Kualitas Humanistik/
2
Profesionalisme
6. Kemampuan Konseling 2
7. Organisasi Efisiensi 1 1
Pada tingkat terendah dari piramida adalah knowledge (knows), diikuti oleh
competence (knows how), performance (shows how), dan action (does). Lingkungan klinis
adalah satu-satunya tempat dimana tingkat tertinggi dari piramida dapat dinilai secara
teratur. Outcome pasien adalah merupakan suatu ukuran terbaik untuk menilai kualitas
peserta didik pada setting klinis. Suatu penilaian yang dilakukan di pusta pelayanan
kesehatan cukup menantang untuk dilakukan karena perawatan pasien tetap harus menjadi
prioritas utama dan pengajar harus mengamati secara langsung apa yang dilakukan oleh
peserta didik dalam interaksi dengan pasien, namun tetap meletakkan perawatan pasien
dalan kualitas yang tinggi4.
Pada setting klinis, sistem pendidikan dapat dengan mudah untuk melakukan
penilaian terhadap kinerja peserta didik, dimana dapat dinilai tanpa dilakukan suatu simulasi
atau lingkungan tertentu untuk tes. Hal-hal yang dapat dinilai antara lain adalah kemampuan
komunikasi, pemeriksaan fisik, penalaran klinis, presentasi kasus, kerja tim, komunikasi
dengan staf klinis dan non klinis, serta kemampuan profesionalisme. Metode penilaian dapat
berupa penilaian terhadap suatu rekam medik yang dibuat oleh peserta didik, suatu laporan
kasus untuk melihat bagaimana proses pemikiran kritis dari peserta didik, tetapi metode
29
penilaian yang paling penting dan efektif adalah dengan observasi langsung dari pengajar.
Tanpa mengamati peserta didik di tempat kerja dan di bedsite, pengajar tidak dapat
mengumpulkan data yang akurat dan memberikan umpan balik yang tepat4.
Pemberian umpan balik dalam lingkungan klinis sangat penting, karena tanpa
umpan balik kemampuan peserta didik tidak dapat diperkuat dan kesalahan mereka tidak
dapat diperbaiki. Ketidakmampuan pengajar dalam melakukan umpan balik dapat
mengakibatkan konsekuensi, beberapa di antaranya dapat jangka panjang dan berkaitan
dengan perawatan pasien. Pemberian umpan balik dapat secara formal atau informal,
secara singkat atau panjang dan terjadwal, formatif selama rotasi klinis atau sumatif pada
akhir rotasi klinis. Umpan balik, bila dilakukan dengan baik, dapat mendorong peserta
didik untuk melakukan refleksi diri dan penilaian diri, yang merupakan sifat berharga
untuk pembelajaran seumur hidup4.
Terdapat 2 model pengajaran klinis yang telah berhasil digunakan dalam
pengembangan sistem pendidikan kedokteran. Kedua model ini berbasis perilaku dan dapat
diadaptasi di lingkungan klinis apapun. Pertama adalah model pembelajaran klinis dari
Standford Faculty Development dan yang kedua adalah metode pembelajaran klinis
“Microskills”, juga dikenal sebagai One-Minute Preceptor. Dari seluruh kegiatan Mini-
CEX yang telah dilakukan, observer menilai bahwa supervisor telah berperan baik dengan
menerapkan prinsip model pembelajaran Microskills/ One-Minute Preceptor. Disebut one-
minute karena seringnya hanya ada waktu yang singkat untuk mengajar di lingkungan
klinis, sehingga perlu adanya suatu kerangka kerja atau pembelajaran sederhana yang
dilakukan selama perawatan pasien. Langkah-langkah ini dapat digunakan untuk
menyusun suatu pertemuan dalam pengajaran klinis yang singkat namun efektif dan
berlangsung 5 menit atau kurang, serta dapat mengatasi masalah yang muncul. Model ini
menggunakan pendekatan dalam lima langkah yaitu :
Get a commitment : pengajar mendorong peserta didik untuk menyampaikan
pendapat mereka tentang diagnosis dan tatalaksana pasien, serta harus mampu
menciptakan suasana yang aman dan nyaman dalam menyampaikan pendapat,
walaupun pendapat tersebut salah.
Probe for supporting evidence : pengajar mendorong peserta didik untuk berpikir
kritis dan memberikan alasan mereka terhadap komitmen tatalaksana pasien di atas,
serta memberikan validasi ataupun penolakan secara halus bila salah.
Teach general rules : pengajar membimbing peserta untuk memahami bagaimana
suatu pembelajaran dapat diterapkan dari satu pasien ke pasien lain.
30
Reinforce what was done right : memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan
peserta didik dengan baik untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
Correct mistakes : pengajar mampu memberikan umpan balik negatif dan konstruktif
secara spefisik, tepat waktu, dan sepenuhnya berbasis perilaku4.
Terdapat beberapa hal yang telah dilakukan oleh peserta didik dengan baik dari hasil
observasi kami. Pertama peserta didik dapat menerapakan prinsip adult learning dalam
proses pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan di atas. Kedua peserta didik memiliki
self determination. Terdapat banyak bukti imiah yang menunjukkan bahwa proses
pembelajaran peserta didik dipengaruhi oleh motivasi mereka. Menurut self determination
theory, terdapat dua jenis utama motivasi, controlled dan autonomous. Controlled
motivation disebabkan adanya tekanan dari luar, seperti harapan orang lain, suatu
penghargaan atau hukuman) atau keyakinan diri sendiri tentang apa yang diharapakan.
Sebaiknya autonomous motivation terjadi ketika individu melihat materi yang akan
dipelajari sebagai sesuatu yang menarik atau penting. Autonomous motivation akan
menyebabkan pemahaman yang lebih besar, kinerja yang lebih baik, dan kompetensi yang
lebih luas. Selain itu peserta didik yang mengembangkan autonomous motivation mereka
akan cenderung bekerja dengan mendahulukan otonomi pasien4.
5.4 Refleksi
Hal - hal yang mungkin dapat dipertimbangkan/ dilakukan oleh supervisor agar
kualitas kegiatan Mini-CEX serupa menjadi lebih baik lagi di kemudian hari antara lain
dengan melakukan hal berikut:
1. Menentukan jadwal pelaksanan Mini-CEX sebelumnya agar persiapan peserta didik
lebih baik
2. Menentukan peserta didik yang akan dinilai dalam Mini-CEX
2. Mempersiapkan diri dan berlatih dengan lebih baik sebelum proses penilaian dan
pembelajaran
3. Melakukan follow up kepada SPV tentang jadwal Mini-CEX dan pasien yang akan
31
dijadikan subyek
4. Melaksanakan diskusi aktif dengan aktif bertanya dan menjawab saat diskusi.
5.5 Konsensus
Secara umum observer sepakat bahwa SPV telah mampu menerapkan prinsip
Microskills atau One-minute Preceptor dalam melakukan penilaian dan pembelajaran
kepada peserta didik. Peserta didik telah memiliki self determination dengan tujuan untuk
mencapai tahap unconscious competence. Secara teknis pelaksanaan, menurut kami
dibutuhkan persiapan beberapa hari sebelum penilaian agar peserta didik lebih siap.
Sebagai saran, kami berharap peserta didik dapat lebih banyak berinteraksi dengan pasien
sehingga dapat melatih kemampuan mereka dalam menangani pasien dalam lingkungan
klinis. Praktik baik ini diharapkan dapat diterapkan juga dalam WPBA lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Harden, J. (2009). AMEE Guide No 20: The good teacher is more than a lecturer - the
twelve roles of the teacher. Medical Teacher, 22, 334–347.
2. Indonesia SK. Peraturan KKI No. 11/2012. KKI. Jakarta. 2012.
4. Ramani, S., & Leinster, S. (2008). AMEE Guide no. 34: Teaching in the clinical
environment. Medical Teacher, 30(4), 347–364.
5. Spencer J. Learning and teaching in the clinical environment. Bmj. 2003 Mar
15;326(7389):591-4.
6. Salam A, Siraj HH, Mohamad N, Das S, Rabeya Y. Bedside teaching in undergraduate
medical education: issues, strategies, and new models for better preparation of new
generation doctors. Iranian journal of medical sciences. 2011 Mar;36(1):1.
7. Singh T, Kundra S, Gupta P. Direct observation and focused feedback for clinical
skills training. Indian pediatrics. 2014 Sep;51:713-7
33
LAMPIRAN
34
B. Dokumen Checklist Bedside Teaching
Ilmu Bedah
35
Orthopaedi dan Traumatologi
36
D. Dokumentasi MR PPDS Kelompok Ilmu Bedah
37
E. Dokumentasi Visite Besar Ilmu Bedah
38