Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................3
2.1 Antibiotik ............................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Antibiotik ................................................................................................ 3
2.1.2 Fungsi Antibiotik ....................................................................................................... 3
2.1.3 Penggolongan dan Mekanisme Kerja Antibiotik .................................................... 3
2.1.4 Mekanisme Kerja Antibiotik .................................................................................... 6
2.1.5 Resistensi Antibiotik ................................................................................................. 7
2.1.6 Penggunaan Antibiotik .............................................................................................. 8
2.2 Antipiretik ............................................................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Antipiretik ............................................................................................... 8
2.2.2 Golongan Obat Antipiretik ....................................................................................... 9
2.2.3 Mekanisme Kerja Antipiretik ................................................................................... 9
2.3 Analgesic ............................................................................................................................ 10
2.3.1` Pengertian Analgesic .............................................................................................. 10
2.3.2 Penggolongan Obat Analgesic................................................................................ 10
2.3.3 Analgetik dalam Manajemen Nyeri ....................................................................... 11
2.3.4 Mekanisme Kerja Analgesic ................................................................................... 12
2.3.5 Efek Samping Analgesic ......................................................................................... 12
ii
2.4 Anestesi ....................................................................................................................
.......... 12
2.4.1 Pengertian
Anestesi .................................................................................................
12
2.4.11 Tipe
Anestesi .................................................................................................
........ 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 22
3.2 Saran .................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 23
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah zat kimia yang dapat memengaruhi proses hidup. Farmakologi adalah
ilmu yang sangat luas cakupannya, karena itu bidang kesehatan manusia hanya
membatasi ilmu farmakologi klinik yang hanya mempelajari efek obat terhadap
manusia dan farmakologi eksperimental yang hanya mempelajari efek obat terhadap
binatang.
Antibiotik merupakan obat yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotik banyak
beredar di masyarakat. Hanya saja, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
menimbulkan beragam masalah. Hal ini merupakan ancaman global bagi kesehatan
terutama dalam hal resistensi antibiotik. Menurut data WHO, indonesia menduduki
peringkat ke-8 dari 27 negara didunia yang memiliki kejadian resistensi terhadap
antibiotik yang tinggi. antibiotik telah digunakan secara bebas dan luas oleh
masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian tanpa aturan. Resistensi
antibiotik terjadi karena penggunaan yang meluas dan tidak rasional, beberapa faktor
yang mendukung terjadinya resistensi adalah penggunaannya yang terlalu singkat,
dosis yang terlalu rendah, diagnosis awal yang salah, indikasi yang kurang tepat,
misalnya infeksi virus, dan penggunaan antibiotik tanpa resep. Cara menggunakan obat
yang baik itu salah satunya tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara penggunaan.
Pembagian jam tersebut maksudnya konsumen harus melihat berapa kali sehari dosis
minum obatnya. Jika obatnya harus diminum dua kali sehari berarti misal minum
pertama pukul 09.00, obat selanjutnya baru boleh diminum pada pukul 21.00.
Obat Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal
Anestesi umum adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi umum
ini digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan,
merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi
pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini
tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk
pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia
otot. Sedangkan anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri
dengan memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversibel. Anestesi lokal
umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari. Untuk
menghilangkan rasa nyeri pasca-operasi maka dokter dapat memberi anestesi lokal
pada area pembedahan. Menurut Word health organization, guideline for safe surgery
2009 melporkan pada tahun 2004 adasekitar 187-281 juta tindakan bedah dari 56
negara setiap tahunnya. Sebanyak 30% dari 100 juta lebih pasien bedah di seluruhdunia
menggunakan anastesispinal (WHO,2009). Insiden hipotensi pada spinal anastesi
cukup signifikan yaitu sekitar 20-70% (Rathmell, neil,2014). Menurut
usini,R.,Fuadi,I., & surahaman (2016) insiden hipotensi pada spinal anastesi mencaai
1
8-33%. Penelitihan yang dilakukan Fithriana (2019) tentang pengaruh elevasi kaki
terhadap perubahan perubahan tekanan darah pada pasien dengan tindakan anastesi
spinal di RSUD kota mataram pada 30 pasien yang menjalani operasi dengan anastesi
spinal terdpat 25 pasien mengalami hipotesi. Pada 25 pasien tersebut semua dilakukan
elevasi kaki dengan hasil 13 pasien mengalamu tekanan darah normal dan 12 pasien
tetap mengalami hipotensi. Observasi yang dilakukan di ruang instalasi bedah sentral
(IBS) Rumah sakit ken saras pada tanggal 09 sampai 14 maret 2020 di ruang IBS
didapatkan sebanyak 42 pasie operasi dan sebanyak 23 pasien menggunakan metode
spinal anastesi. Pasien dengan spinal anastesi yang mengalami hipotensi sebanyak 7
pasien dan diberikan ephedrine 5 mg dimana setiap terjadi penurunan tekanan darah
diberikan sebanyak 1 cc serta loading infus ringer lactat untuk meningkatkan tekanan
darah. Dan belum dilakukan tindakan mandiri keperawatan perioperatif dangan cara
pengaturan posisi leg elevation untuk mencegah terjadinya hipotensi. Anastesi
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang disetujui oleh pasien dengan menandatangani
lembar inform concent setelah diberi informasi dilakukan penyuntikan pembiusan
untuk menghilangkan rasa sakit.
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Banyak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi
dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah
ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggir jalan. Karena mudahnya resiko
untuk mengamankan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat dilaporkan lebih dari
100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus
datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah
sakit. Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para
pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengonsumsi obat yang sesuai dengan
dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau
Analgesik ini tidak menimbulkan efek ketagihan pada penggunanya. Paracetamol
merupakan golongan obat bebas dengan kategori obat penuru panas dan pereda nyeri
(analgesic dan antipiretik) yang dapat digunakan oleh dewasa dan anak-anak. Untuk
ibuhamil, paracetamol hanya boleh digunakan apabila besarnya manfaat yang didpat
lebih besar dari risiko terhadap janin. Paracetamol dapat terserap asi sehingga sangat
disarankan untuk ibu yang sedang menyusui agar berkonsultasi dengan dokter. Untuk
dosisnya, paracetamol akan disesuaikan dengan bentuk ketersediaan obat, tujuan
penggunaan serta usia pasien.
2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi obat antibiotik ?
2
1.2.2 Apa indikasi dan kontra indikasi antibiotik ?
1.2.3 Apa efek samping obat antibiotik ?
1.2.4 Bagaimana rute atau cara pemberian obat antibiotik ?
1.2.5 Apa definisi obat antipiretik ?
1.2.6 Apa indikasi dan kontra indikasi antipiretik ?
1.2.7 Apa efek samping obat antipiretik ?
1.2.8 Bagaimana rute atau cara pemberian obat antipiretik ?
1.2.9 Apa definisi obat analgesic ?
1.2.10 Apa indikasi dan kontra indikasi analgesic ?
1.2.11 Apa efek samping analgesic ?
1.2.12 Bagaimana rute atau cara pemberian obat analgesic ?
1.2.13 Apa definisi obat anestesi ?
1.2.14 Apa indikasi dan kontra indikasi anestesi ?
1.2.15 Apa efek samping anestesi ?
1.2.16 Bagaimana rute atau cara pemberian obat anestesi ?
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Antibiotik
2.1.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat kimiawi, yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara
semisintesis, yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain terutama bakteri karena memiliki sifat toksik.
Sifat toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan ada pula yang
langsung membunuh bakteri (efek bakterisid). Antibiotik adalah obat yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Permasalahan dalam penggunaan
terapi antibiotik adalah ketika bakteri sudah resistensi terhadap antibiotik.
Pemilihan antibiotik harus didasarkan atas spektrum antibiotik, efektivitas klinik,
keamanan, kenyamanan dan cocok tidaknya obat yang dipilih untuk pasien
bersangkutan, biaya atau harga obat, serta potensi untuk timbulnya resistensi dan
risikosuperinfeksi.
a. Antibiotik beta-laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang
mempunyai struktur cincin beta-laktam yaitu penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat
antibiotik beaktam umumnya bersifat bakteri siddan sebagian
besarefektif terhadap bakteri Gram- positif dan negatif. Antibiotik
betalaktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri :
a. Aminoglikosida.
Aminoglikosida bersifat bakterisidal. Antibiotik yang termasuk
golongan ini contohnya Streptomisin, Kanamisin, Neomisin,
Gentamisin, Amikasin dan Tobramisin.
b. Tetrasiklin.
Tetrasiklin adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Antibiotik
yang termasuk golongan ini adalah Tetrasiklin, Doksisiklin, Minosiklin,
Klortetrasiklin dan Oksitetrasiklin.
c. Kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan antibiotika berspektrum luas dan
bersifat bakterisidal, dengan kerja menghambat bakteri Gram-positif dan
Gramnegatif, bakteri aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia dan
Mikoplasma.
d. Makrolida.
Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat
menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Antibiotik
yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Azitromisin, Eritromisin,
Roksitromisin dan Klaritromisin.
e. Klindamisin.
Klindamisin menghambat sebagian besar bakteri kokus
Grampositif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa
menghambat bakteri Gram negatif aerob seperti Haemophilus,
Mycoplasma dan Clamydia.
f. Mupirosin.
Mupirosin merupakan obat topical yang menghambat bakteri
Gram-positif dan beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk salep
atau krim 2% untuk penggunaan di kulit.
g. Spektinomisin
Obat ini dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi
Gonokokus bila obat lini pertama tidak dapat digunakan. Diberikan
secara intramuscular (IM).
a. Sulfonamida.
Sulfonamide adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik.
b. Trimethoprim.
Trimethoprim dikombinasikan dengan Sulfametoksazol mampu
menghambat sebagian besar patogen saluran kemih, kecuali
P.aeruginosa dan Neisseria sp.
a. Kuinolon
Antibiotik yang termasuk golongan ini yaitu:
1) Asam nalidiksat
2) Fluorokuinolon golongan ini meliputi Siprofloksasin, Ofloksasin,
Moksifloksasin, Norfloksasin, Levofloksasin dan lain-lain.
Fluorokuinolon biasa digunakan untuk infeksi yang di sebabkan oleh
Gonokokus, Shgella, E.coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella
catarrhalis serta Enterobacteriacea danP.aerginosa.
b. Nitrofuran
Nitrofuran meliputi Nitrofurantoin, Furazolidin dan Nitrofurazo.
Nitrofuran dapat menghambat bakteri Gram-positif dan negatif,
termasuk E.coli, Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp,
Neisseria sp, Salmonella sp, Shigella sp dan Proteus sp.
a. Minumlah antibiotik hanya bila anda memerlukannya dan bila diberi oleh
dokter
b. Minumlah antibiotik sampai habis sesuai petunjuk dokter. Jangan
menghentikannya di tengah-tengah hanya karena merasa sudah baikan
8
c. Janganlah minum antibiotik orang lain hanya karena anda merasa penyakit
anda sama dengan orang tersebut
d. Janganlah membeli antibiotik sendiri untuk flu dan nyeri tenggorokan.
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus
e. Cucilah tangan untuk menghindari penularan penyakit infeksi
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan
antibiotik. Untuk virus diberi antivirus, untuk parasit diberi antinya, seperti anti
malaria, anti jamur dan anti cacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik,
biasanya dokter langsung memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman penyebab. Caranya dengan melakukan penbiakan (kultur) kuman. Bahan
biakannya diambil dari dahak, darah, air liur, tinja, nanah, cairan otak kerokan
kulit.
2.2 Antipiretik
2.2.1 Pengertian Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh yang tinggi. Obat tersebut hanya menurunkan
temperatur suhu tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Dapat
menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS. Contoh
obat antipiretik yaitu parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol,
9
santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,
salisilamida.
Demam adalah keadaan dimana suhu meningkat diatas 37°C. Tubuh tidak
berhasil lagi menyingkirkan melalui saluran-saluran normalnya. Semua kalor
yang diproduksi berlebihan. Peningkatan sampai 38 disebut peningkatan suhu
anata 38°C dan 39°C disebut demam sedang, dan suhu diatas 39 dinamakan
tinggi. Demam dapat disebabka oleh infeksi atau non infeksi. Penyebab demam
oleh infeksi antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit, atau
mikroorganisme lain.
1. Benorilat
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan
demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol
dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini turunan dari
aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap
SindromReye.
2. Fentanil
Fentanyl bekerja di dalam sistem pusat syaraf untuk menghilangkan rasa
sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem
saraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan
tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan
dosis secara bertahap dengan jangka waktu tertentu sebelum pengobatan
dihentikan.
3. Piralozon
Dipasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dannovalgin. Obat
ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun
piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis
(kurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang
mengandung piralozon perlu disertai resepdokter.
2.3 Analgesic
2.3.1`Pengertian Analgesic
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi
atau menghilangkan rasa sakit atau obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau
kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat
digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa
terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang menjalar, rasa nyeri yang hilang timbul
dan berbagai tempat nyeri. Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu :
1. Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena virus infeksi, nyeri
haid, keseleo. Pada nyeri ringan dapat digunakan analgetik perifer seperti
parasetamol, asetosal dan glafenin.
2. Nyeri yang disertai pembengkakan
Contohnya : Jatuh, tendangan, dan tubrukan Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik anti radang seperti aminofenazon dan NSAID (ibu
profen, mefenaminat, dll)
3. Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu
empedu. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa morfin,
atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
4. Nyeri hebat menahun
11
Contoh : kanker, rematik, dan neuralgia berat. Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik berupa fentanil, dekstromoramida, dan benzitramida.
a. Analgetik golonganopioid
Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat
seperti opium. Opium yang berasal dari getah papaver somniferum
mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain,
dan papaverin. Saat ini analgetik opioid adalah analgetik paling kuat yang
tersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai
berat. Obat-obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri
pascaoperasi, dan nyeri terkait kanker. Contoh jenis analgetik golongan
opioid seperti kodein, morfin, methadone, oksikodon, dan hidrokodon.
12
dihambatnya proses ini, prostaglandin tidak terbentuk untuk memberi
stimulus terhadap nosiseptor.
2.4 Anestesi
2.4.1 Pengertian Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
13
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan
pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.Anestesi menurut arti
kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya
menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-
operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan
kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan
dengan lancer.
1. SulfasAtropin
2. Pethidin
3. Propofol/Recofo
4. SuccinilCholin
5. Tramus
6. Efedrin
Obat untuk Anestesi Spinal :
1. Buvanest atauBunascan
2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk
menambah efek buvanest)
Obat-Obatan Emergency yang Harus Ada dalam Kotak Emergency:
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketoralac
5. Metoklorpami
6. Aminofilin
7. Asamtraneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
10. Furosemid (harus ada untuk pasienurologi
11. Lidocain
12. Gentamicyn (salepmata)
13. Oxitocyn dan methergin (untuk pasien obsgyn)
Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan
adalah:
1. Anestesipermukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter
gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan
15
kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang
tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka.
2. AnestesiInfiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada
atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya
daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3. AnestesiBlok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk
tujuan diagnostik dan terapi.
4. AnestesiSpinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki
sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini
bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
5. AnestesiEpidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di
ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum
belakang.
6. AnestesiKaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui
tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.
g. Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum
pembedahan :
16
a) Mengurangi kecemasan dan ketegangan
b) Menekan TD dan nafas
c) Merangsang otot polos
d) Depresan SSP
e) Pulih pasca bedah lebih lama
f) Penyempitan bronkus
g) Mual muntah
17
2.4.4.3 Golongan Obat Pengering
18
2.4.6 Cara Pemberian Anestesi
Obat penghilang rasa sakit epidural diberikan dalam beberapa cara :
1. Injeksi dengan topup : Anestesi akan disuntikkan dengan obat penghilang rasa
sakit ke dalam tabung untuk mematikan bagian bawah perutpasien.
2. Infus kontinu : Anestesi yang mengatur kateter epidural. Ujung tabung
terpasang pada pompa, yang akan menghilangkan rasa sakit pada punggung
pasien terus- menerus.
a) Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan
membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam otak.
Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang
masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi,
aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa
sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini
pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang
kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara
keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan
anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah
kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman
anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas atau uap yang
diinhalasi. Keuntungan anastetika inhalasi dibandingkan dengan
anastesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi
dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesiumum tidak di
metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi
dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan
bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat
membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil
b) Anestesi Intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol
mempunyai mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan
terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya desflurane
dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya digunakan
untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar
senyawa intravena juga sangat cepat.
19
Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anastesi umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk
hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin
dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan
demikian mengakibatkan anastesia.
1. Melalui Pernafasan
Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan
nitrous oxide, dapat dimasukkan melalui pernafasan atau secara
inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat di
otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama
menciptakan kondisi tak sadar pada pasien.
20
dimasukkan ke aliran vena. Obat-obatan ini menimbulkan efek
menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan
membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak
sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan
bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.
3. Injeksi Pada Spinal/Epidural
Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang sifatnya
lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga tulang
belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa
pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke bawah.
21
1. Penurunan tekanan darah.
2. Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit kepala).
3. Pada bayi, mungkin membuat penurunan tekanan darah.
4. Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
5. Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam. Pendarahan jika
pembuluh darah yang secara tidak sengaja rusak
22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi,
obat anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant),
obat anestesi lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid). Metode pemberian
obat anestesi terdiri dari oral, lidah dan mukosa pipi, intramuskular, subkutan,
intravena, rektal, transdermal, inhalasi, epidural, dan spinal. Anamnesis riwayat
kemungkinan alergi obat sebelumnya penting untuk selalu dilakukan walaupun harus
dinilai dengan kritis untuk menghindari tindakan berlebihan. Pengobatan alergi obat
terdiri dari antihistamin, steroid, bila terjadi reaksi anafilaksis beri adrenalin 1/1000 sc
dan pengobatan sesuai seperti reaksi anafilaksis karena sebab lain, menghindari
alergen penyebab, dan cara desensitisasi.
Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yang bersifat reversibel
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan. Obat anestesi umum dibagi
menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan yaitu obat anestesi gas
(inhalasi), obat anestesi yang menguap dan obat anestesi yang diberikan secara
intravena. Anestesi umumyang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.
23
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf
pusat dan dengan demikian menghilankan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa
panas atau dingin. Obat anestesi lokal dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri
dari tiga golongan yaitu senyawa ester, senyawa amida dan senyawa lainnya. Anestesi
lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi di bagian tubuh
tertentu. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk
pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau areakulit.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
dan semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi umum dan
anestesi lokal sehingga materi yang disampaikan dan dimengerti dalam farmakologi
dapat diterima dengan baik. Apabila penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara
universal ini disalahgunakan, tentulah akibat buruk yang akan di dapat di akhri
eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun tentang obat dan efek
sampingnya apabila penggunaannya salah.
DAFTAR PUSTAKA
Edy, Jaya Hosea & Siampa, Jainer P. 2019. Edukasi Penggunaan Antibiotika, Obat Keras, dan
Over The Counter Medicine Sebagai Upaya Misused Drug di Kolom VIII GMIM Jemaat Victory
Minanga Indah. Jurnal Pengabdian Multidisiplin 1 (2).
SA, latief, dkk. 2022. Petunjuk Praktis Anastesiologi Edisi Ke 2. Jakarta Bagain Anastesiologi
dan Terapi Intensif FKUI.
Samodro, Ratno, dkk. 2011. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal. Jurnal ANestesiologi
Indonesia 3 (1), 48-59.
Semedia, Bambang Pujo. 2021. Buku ajar Teknik Anestesi Umum. Airlangga University.
24