Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA

KONTRASEPSI NON HORMONAL

Disusun Oleh:

Cita Maya Septiana (G0A021077) Aviesta Amellya P.(G0A021078)

Noviana Fitria (G0A021079) Jeanolla Labina P.(G0A021080)

Puji Lestari (G0A021081)M. Lutfi Haikal  (G0A021082)

Imel Pebrianti  (G0A021083)Khusnul Khotimah  (G0A021084)

Andi Nugroho S.   (G0A02185)Annisa Afiyani (G0A02186)

Diah Arum Sari (G0A02187)Zayin Minatul A. (G0A021088)

Aras Sangwar (G0A021089)Lathifa Widny M. (G0A021091)

Ayu Taji Sahila (G0A021092)Yumna Iffatunnisa A. (G0A021093)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayahNya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Keluarga Berencana
Kontrasepsi non Hormonal ” dengan baik tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan anak. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan tentang Konsep Dasar Keluarga Berencana
Kontrasepsi non Hormonal dengan baik dan benar.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns.Nikmatul Khayati, M.Kep. selaku dosen
pembimbing mata ajar keperawatan anak yang telah memberikan kami kesempatan dan
kepercayaan untuk membuat makalah ini. Kami ucapkan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah terdapat kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran, usulan, dan kritik demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membaca.

Semarang, 2 April  2023

Penulis

2
Daftar Isi

Kata
Pengantar............................................................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................4

1. Latar
Belakang........................................................................................................................4

2. Rumusan masalah...................................................................................................................5

3. Tujuan
penulisan ....................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................6

1. Pengertian ..............................................................................................................................6

2. Metode....................................................................................................................................6

3. Jenis-jenis alat kontrasepsi Non-


Hormonal...........................................................................10

4. Indikasi penggunaan alat kontrasepsi Non-Hormonal ......................................................…


16

5. Kontra Indikasi penggunaan alat kontrasepsi Non-


Hormonal...............................................18

6.
Keuntungan ..........................................................................................................................19

7.
Kerugian ...............................................................................................................................19

3
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah
pemakaian..............................................................20

9. Upaya mengatasi masalah yang


terjadi.................................................................................20

BAB III PENUTUP..................................................................................................................20

1. Kesimpulan...........................................................................................................................20

2. Saran.....................................................................................................................................20

DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................21

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar belakang

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau
mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non
hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,
2014).

kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon melainkan
untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina, yang akan mencegah terjadinya fertilisasi.
Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita
(MOW), dan Intrauterine Device (IUD) (Marmi, 2016).

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama

antara pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi

4
yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama.

Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,

coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu

apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam
mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian

kontrasepsi (Saifuddin, 2010)

Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun.

Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan

untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian

pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau

pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis

kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010)

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah “Bagaimana
pengetahuan penggunaan kontrasepsi Non Hormonal”?

3.Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan penggunaan kontrasepsi Non


Hormonal
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian kontrasepsi
b. Mengetahui jenis alat kontrasepsi Non Hormonal
c. Mengetahui indikasi penggunaan kontrasepsi Non Hormonal
d. Mengetahui kontra indikasi penggunaan kontrasepsi Non Hormonal
e. Mengetahui keuntungan dan kerugian pengunaan kontrasepsi non hormona
f. Mengetahui hal yang perlu diperhatikan setelah pemakaian

5
g. Mengetahui Upaya mengatasi masalah yang terjadi

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Kontrasepsi adalah mekanisme yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan


pembuahan sel telur oleh sperma secara lebih spesifik. Kontrasepsi berbeda dengan aborsi
karena kontrasepsi bersifat mencegah pembuahan yang belum terjadi, sementara aborsi
adalah memusnahkan janin yang telah ada di dalam kandungan. Alat-alat pengendali
kehamilan yang bisa mencegah implantasi embrio jika pembuahan telah terjadi juga secara
medis masih dikategorikan sebagai alat kontrasepsi (Verawati & Rahayu, 2012).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

6
kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN,
2009).

Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan (Maimunah, 2005). kontrasepsi


non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon melainkan untuk
mencegah sperma masuk ke dalam vagina, yang akan mencegah terjadinya fertilisasi. Jenis
kontrasepsi non hormonal yaitu Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita
(MOW), dan Intrauterine Device (IUD) (Marmi, 2016).

2. Metode

Metode Kontrasepsi Sederhana

a) Kondom

Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya
lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder dengan
muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari
ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).

Cara Kerja Kondom

1) Mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita

2) Sebagai alat kontrasepsi

3) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro

organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual)

(Lusa, 2010).

b) Efektifitas Kondom

7
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka
kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun (Lusa, 2010).

c) Manfaat Kondom

Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
non kontrasepsi. Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain :

1) Efektif bila pemakaian benar.

2) Tidak mengganggu produksi ASI.

3) Tidak mengganggu kesehatan klien.

4) Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.

5) Murah dan tersedia diberbagai tempat (Lusa,2010).

d) Keterbatasan Kondom

Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki

keterbatasan, antara lain :

1) Efektifitas tidak terlalu tinggi

2) Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang

benar.

3) Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.

4) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

5) Perasaan malu membeli ditempat umum.

6) Masalah pembungan kondom bekas pakai (Lusa, 2010).

8
e) Spermisida

Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam vagina
sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk
busa (aerosol), tablet vagina dan krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur (Saifuddin, 2006).

f) Diafragma

Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan
kedalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya
menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida (Saifuddin, 2006).

g) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

: Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim
wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006).
Terdapat dua macam penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD (Intra Uterine
Devices ) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD) dan yang mengandung hormon
progesterone atau levonorgestrel(Hartanto, 2004).

a) Cara kerja kontrasepsi AKDR

Menurut Saifuddin (2003), cara kerja kontrasepsi AKDR adalah

(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke

tuba falopi.

9
(2) Mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri

(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu,walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilitasi.

(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus.

b) Efektifitas

Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan tanpa terjadinya kehamilan /tanpa
pengeluaran karena alasan medis/pribadi. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3
kehamilan per 100 wanita per tahun.

c) Keuntungan dan Kerugian kontrasepsi AKDR

Menurut saifuddin (2006), keuntungan dari kontrasepsi AKDR adalah :

(1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

(2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A

dan tidak perlu diganti).

(3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

(4) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

(5) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A).

10
(6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

(7) Dapat digunakan sampai menopause.

(8) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

(9) Membantu mencegah kahamilan ektopik.

Menurut Saifuddin (2006), kerugian dari kontrasepsi AKDR adalah :

(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

(2) Haid lebih lama dan banyak.

(3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

(4) Saat haid lebih sakit.

3. Jenis-jenis alat kontrasepsi Non-Hormonal


1. Tubektomi

Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong ataumemasang cincin), sehingga sperma
tidak dapat bertemu dengan ovum. Efektivitas pencegahan kehamilan dengan menggunakan
tindakan tubektomi yaitu kurang dari 1/100 dalam 1 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:

11
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi risiko kanker
endometrium.
o Risiko bagi kesehatan:
Komplikasi bedah dan anestesi
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.

2. Vasektomi

Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Efektivitas
tindakan ini jika, pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi risiko
kehamilan kurang dari 1/100 dalam 1 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Tidak ada.
o Risiko bagi kesehatan:

12
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi operasi (sangat jarang), dan
hematoma (jarang). Vasektomi tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria,
ataupun maskulinitasnya.
o Efek samping:
Tidak ada.
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen, prosedur bedahnya aman dan nyaman,
efek samping lebih sedikit dibanding metode-metode yang digunakan wanita, pria
ikut mengambil peran, dan meningkatkan kenikmatan serta frekuensi seks.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.

3. Kondom

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Evektifitas penggunaan kondom bila
digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2/100 dalam 1 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Mencegah penularan penyakit menular seksual dan konsekuesinya (misal: kanker
serviks).
o Risiko bagi kesehatan:
Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan alergi lateks.
o Efek samping:

13
Tidak ada.
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping hormonal, mudah didapat, dapat digunakan sebagai metode
sementara atau cadangan (backup) sebelum menggunakan metode lain, dapat
mencegah penularan penyakit meular seksual.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Keberhasilan sangat dipengaruhi cara penggunaan, harus disiapkan sebelum
berhubungan seksual.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)

Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat (AKDR)


kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur
dalam uterus. Risiko kehamilan yang ditimbulkan kurang dari 1/100 ibu dalam 1 tahun.
Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Mengurangi risiko kanker endometrium.
o Risiko bagi kesehatan:
Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu rendah sebelum pemasangan dan
AKDR menyebabkan haid yag lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang
panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum pemasangan.
o Efek samping:

14
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan banyak,
haid tidak teratur, dan nyeri haid).
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada biaya
tambahan setelah pemasangan, tidak mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung
dipasang setelah persalinan atau keguguran.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih

5. Senggama terputus (Coitus Interuptus)

Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektivitas pencegahan hamil bila dilakukan
secara benar, risiko kehamilan adalah 4/100 ibu dalam 1 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Tidak ada.
o Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
o Efek samping:
Tidak ada.
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu
mengerti tubuhnya, dan sesuai bagi pasangan yang menganut agama atau kepercayaan
tertentu.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Kurang efektif.

6. Lactational Amenorrea Method (MAL)

Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan
produksi hormon LH dan esterogen sehingga tidak terjadi ovulasi. Metode ini memiliki tiga
syarat yang harus dipernuhi:

15
1. Ibu belum mengalami haid
2. Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam
3. Bayi berusia kurang dari 6 bulan

Efektivitas penggunaan metode ini jika, ibu tidak menyusui bayinya secara benar resiko
kehamilan akan tinggi. Jika dilakukan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1/100 ibu
dalam 6 bulan setelah persalinan.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga membawa manfaat bagi ibu dan
bayi.
o Efek samping:
Tidak ada

7. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi).Dapat pula
digunakan dengan spermisida. Efektivitas penggunaan alat ini yaitu bila digunakan dengan
benar bersama spermisida, risiko kehamilan adalah 6/100 ibu dalam 1 tahun.

o Keuntungan khusus bagi kesehatan:


Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks.

16
o Risiko bagi kesehatan:
Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis, sindroma syok toksik.
o Efek samping:
Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.
o Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping hormonal, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dan
dapat dipasang sebelum berhubungan seksual.
o Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Memerlukan pemeriksaan dalam untuk menentukan ukuran yang tepat, keberhasilan
tergatung cara pemakaian.

4. Indikasi penggunaan alat kontrasepsi Non-Hormonal


1. Tubektomi
a. Wanita yang berusia > 26 tahun
b. Wanita dengan paritas > 2
c. Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
d. Wanita yang akan memiliki resiko kesehatan yang serius apabila ia harus hamil lagi
e. Wanita paska persalinan & paska keguguran
2. Vasektomi
a. Dari semua usia reproduksi (biasanya < 50 thn)
b. Pria subur g sudah memiliki anak cukup (2 anak) dan tidak ingin anak lagi
c. Istri mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan, dimana kehamilan dapat
menimbulkan resiko kes. Atau mengancam keselamatan jiwanya
d. Yang merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jumlah keluarga yang
dinginkan

Konseling dan informed consent mutlak diperlukan

3. Kondom
a. Sebagai penghalang fisik untuk mencegah kehamilan
b. Kebanyakan kondom yang dibuat di Amerika Serikat berbahan lateks , yang dapat
ditembus virus, tetapi -5% terbuat dari usus domba yang tidak tahan terhadap virus

17
c. Formulasi obat vagina berbahan dasar minyak mineral ( misalnya , krim vagina
cleocin , krim vagina premarin , supositoria vagina vagistat 1, femstat , dan menistat )
dapat menurunkan kekuatan penghalang lateks
d. Kondom dengan spermisida tidak dianjurkan , karena tidak memberikan perlindungan
tambahan terhadap kehamilan atau PMS dan dapat meningkatkan kerentanan terhadap
HIV

4. IUD

a. Usia reproduktif.
b. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari
5 cm.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
f. Risiko rendah dari Infeksi Menular Seksual.
g. Tidak menghendaki metode hormonal.
h. Tidak ada kontraindikasi

5. Diafragma
a. Tutup karet berbentuk kubah yang ditempatkan diatas serviks untuk memberikan
perlindungan penghalang selama hubungan seksual
b. Diafragma atau utup serviks biasanya dapat dipasang diatas leher rahim sebanyak 6
jam sebelum hubungan seksual, diberikan ditempatnya setidaknya 6 jam setelah
hubungan intim sebelum bisa dilepas
c. Diagfragma tidak boleh dibiarkan lebih dari 24 jam karena rentan terjadinya TSS

6. Kontra Indikasi penggunaan alat kontrasepsi Non-Hormonal


1. Tubektomi
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
 Belum memberikan persetujuan tertulis
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Usia dibawah 30tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak

18
2. Vasektomi
 Jika ada peradangan pada kulit sekitar skrotum sebaiknya disembuhkan terlebih
dahulu
 Penderita Hernia
 Perdarahan
 Hematoma
 Keadaan jiwa tidak stabil
3. Kondom

Mutlak :

 Pria dengan ereksi yang tidak baik.


 Riwayat syok septik.
 Tidak bertangggung jawab secara seksual.
 Interupsi seksual foreplay memblokir minat seksual.
 Alergi terhadap karetata ulurikan pada patnerlihat ks.

Relatif :

 Interupsisaya pemanasan seksualyang mengganggu ekspresiseksual.


4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Sedang menderita penyakit genetalia
 Sering ganti pasangan
 Kanker genetalia atau payudara
5. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
 Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
 Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
 Pria yang memiliki fitur fisik atau psikologis.
 Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
 Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan pasangan yang tidak bersedia
melakukan sanggama terputus.
6. Lactational Amenorrea Method (MAL)
 Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.

19
 Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
 Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 bln
7. Diafragma
 Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
 Sistokel (derajat dua atau tiga)
 Antervensi atau retroversi uterus yang berat
 Fistula vesikovagina atau rekto vagina
 Alergi terhadap karet diafragma atau terhadap sediaan spermisida yang terdapat
didalam diafragma

7. Keuntungan

Keuntungan kontraasepsi non hormonal Menurut Nani (2018) ketentuan menggunakan

kontraasepsi jenis pil:

a. Pil Kombinasi

Pemakaian Pil kombinasi ini cukup efektif, frekuensi koitus tidak perlu diatur, suklis haid
jadi teratur dan keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang
sama sekali.

b. Mini Pil

Mini pil baik dikonsumsi oleh ibu menyusui karena tidak mengandung zat yang
menyebabkan pengurangan produksi ASI. Mini pil ini dikonsumsi mulai hari pertama sampai
hari kelima masa haid/mentrusasi. Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, nyaman dan
mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, serta kesuburan cepat kembali.

8. Kerugian
Kerugian dari kontrasepsi nonhormonal
Efektivitasnya bervariasi
Menurut Planned Parenthood , ada berbagai kemanjuran di antara pilihan
kontrasepsi nonhormonal, dari 100% efektif (outercourse dan pantangan) hingga 71%
hingga 86% efektif (cervical cap).
Ini mungkin memerlukan perubahan gaya hidup atau perilaku

20
Misalnya, pantang berarti tidak berhubungan seks. Ini adalah cara yang efektif untuk
mencegah kehamilan, tetapi membutuhkan pengorbanan dan kemungkinan perubahan
gaya hidup.
Menggunakan metode kesadaran kesuburan memerlukan pelacakan siklus menstruasi
Anda dan tidak melakukan hubungan seks (atau menggunakan alat kontrasepsi) pada
hari-hari tertentu dalam siklus Anda.
Itu bisa mahal
Ketika alat kontrasepsi nonhormonal tidak ditanggung oleh asuransi, biayanya dapat
berkisar dari $2 (kondom) hingga sekitar $6.000 (pengikatan tuba).
Alat kontrasepsi penghalang seperti diafragma, sepon, dan tutup serviks lebih efektif
dengan spermisida, tetapi ini juga meningkatkan biaya.
Masih ada efek samping
Metode KB nonhormon memiliki beberapa potensi efek samping yang perlu
dipertimbangkan:
iritasi dari, atau alergi terhadap, spermisida
peningkatan kemungkinan infeksi saluran kemih (ISK) saat menggunakan diafragma
meningkatkan kemungkinan HIV dan IMS
kemungkinan sindrom syok toksik (TSS) saat menggunakan spons
Itu membutuhkan penggunaan yang konsisten
Tidak seperti metode KB hormonal seperti implan dan suntikan, pilihan nonhormon
memerlukan beberapa perencanaan karena harus digunakan setiap kali berhubungan
seks.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah pemakaian
10. Upaya mengatasi masalah yang terjadi
1). Memahami perubahan siklus menstruasi
2). Mengatur pola makan dan olahraga agar berat badan tidak naik
3). Memahami waktu kesuburan
4). Konsultasikan ke dokter apabila mengalami sakit kepala, nyeri payudara, dan
perubahan mood
5). Selalu menjaga kebersihan

BAB III

21
PENUTUP

1.kesimpulan

2.saran

DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai