Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

Peran Fisioterapi terhadap Penyakit Neurologi

Pembimbing:

dr. Satya Gunawan, Sp.S

Disusun Oleh:

Philipus Hendry Hartono


(406161017)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 20 MARET 22 APRIL 2017

19
LEMBAR PENGESAHAN

Nama / NIM : Philipus Hendry Hartono / 406161017

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Tarumanagara

Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter

Periode Kepaniteraan Klinik : 20 Maret 22 April 2017

Judul Referat : Peran Fisioterapi terhadap Penyakit Neurologi

Diajukan : April 2017

Pembimbing : dr. Satya Gunawan, Sp.S

Telah diperiksa dan disahkan tanggal

..............................................

Mengetahui,

Pembimbing Ilmu Penyakit Saraf

dr. Satya Gunawan, Sp.S

19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga referat
dengan judul Peran Fisioterapi terhadap Penyakit Neurologi ini dapat selesai dengan baik
dan tepat pada waktunya.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
periode 20 Maret 22 April 2017.

Dalam penulisan referat ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :

1 dr. Susatyo Pramono Hadi, Sp.S selaku Ketua SMF dan pembimbing bagian
Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Kudus
2 dr. Satya Gunawan, Sp.S selaku pembimbing bagian Ilmu Penyakit Saraf di
RSUD Kudus
3 Dokter, Perawat, staf ruangan Bougenvile, Melati, Dahlia, Cempaka dan
Anggrek RSUD Kudus

Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kudus, April 2017

Penulis

DAFTAR ISI

19
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19

BAB I

19
PENDAHULUAN

Fisioterapi adalah proses merehabilitasi seseorang agar terhindar dari cacat fisik
melalui serangkaian penilaian, diagnosis, perlakuan, dan aktivitas pencegahan. Salah satu
jenis fisioterapi adalah neurofisioterapi. Neurofisioterapi didesain untuk mengatasi masalah
yang berasal dari otak dan ini sangat penting untuk pemulihan seperti pada Stroke, Parkinson,
dan HNP

Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk
memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang
maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau kelompok tersebut. Layanan fisioterapi
diberikan dimana individu atau kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi
pada proses pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.
Gerak dan fungsi yang sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat.

Salah satu contoh penyakit neurologi yang membutuhkan fisioterapi adalah pada
pasien-pasien Stroke, Parkinson dan HNP. Stroke merupakan salah satu penyakit penyebab
kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia.Angka kecacatan akibat stroke umumnya
lebih tinggi dari angka kematian. Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di
Indonesia tahun 2002 telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Di Indonesia,
setiap 1000 orang, delapan orang diantaranya terkena stroke (Depkes, 2011).

Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1% dari total
populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial
ekonomi. Penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat Penyakit Parkinson di
Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi
mencapai 1100 kematian pada tahun 2002. Pengobatan Penyakit Parkinson saat ini bertujuan
untuk mengurangi gejala motorik dan memperlambat progresivitas penyakit

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik)
adalah hernia nukleus pulposus (HNP). Prevalensi HNP berkisar antara 1 2 % dari populasi.
Usia yang paling sering adalah usia 30 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering

19
dijumpai pada tingkat L4-L5; Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah
mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada
20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut.

BAB II

19
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam
otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam
beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Menurut
WHO: stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.

Gangguan-gangguan neurologis yang dapat muncul karena adanya gangguan aliran


darah di otak sesuai dengan daerah otak mana yang terkena. Secara garis besar stroke dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik.

Manifestasi klinik pada pasien stroke pada umumnya mengalami kelemahan pada salah
satu sisi tubuh dan kesulitan dalam berbicara atau memberikan informasi karena adanya
penurunan kemampuan kognitif atau bahasa (Fagan and Hess, 2008).

2.1.1 Fisioterapi pada Stroke


- Kegunaan fisioterapi pada stroke secara umum adalah:

Mencegah komplikasi pada fungsi paruh akibat tirah baring yang lama.
Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan tonus.
Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit.
Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan koordinasi gerak.
Meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional.

Penanganan fisioterapi pada stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi
seperti pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy , exercise therapay (Bobath method,
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro Developmental Treatment, Sensory Motor
Integration, dll..) telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan
fungsi pada pasien pasca stroke.

Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi


pasien juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang diberikan. Kemampuan anggota
keluarga memberikan penanganan akan berdampak sangat baik bagi pemulihan

19
pasien.Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalahproses pembelajaran
sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas.Ada beberapa bentuk metode atau
tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

1. Conservative/Tradisional
Metode latihan ini ter
kesan umum dan latihan- latihannya pun didasarkan penekanan pada pencegahan &
perawatan kontraktur dengan mempertahankan luas gerak sendi atau latihan Range Of
Motion (ROM exercises). Memperkenalkan mobilisasi dini kepasien dengan
cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit. Tipe jenis
latihannya adalah penguatan dengan menggunakan tahanan.

2. Propioseptive Neuromuscular Fascilitation (Metode PNF)

Metode latihan ini bertujuan untuk merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui
stimulasi proprioseptor. Bertujuan memfasilitasi pola gerakan sehingga
mencapaifunctional relevant dengan tujuan memfasilitasi irradiasi impuls untuk tubuh
bagian lain yang berhubungan dengan gerakan utama. Menggunakan rangsangan
proprioseptif(streetching/peregangan otot, active movement/gerakan sendi dan resisted/tah
anan terhadap kontraksi otot sebagai input sensorik yang didesain untuk memfasilitasi
kontraksi otot spesifik)

Tehnik-tehnik dari PNF dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pemberian tahanan maksimal

2. Traksi & aproksimasi sendi

3. Quick stretch

4. Cutaneous pressure (hold & grip)

5. Gerakan sinergis (untuk memperkuat gerakan yang lemah)

19
6. Mempergunakan aba-aba yang sederhana (verbal)

7. Pola gerak : spiral diagonal

3. Movement Therapy/Brunnstorm

Konsepnya :

Reedukasi otot menggunakan latihan refleks.

Dasar teori :

Kerusakan susunan syaraf pusat/SSP telah menyebabkan evolusi terbalik & regresi kembali
ke pola gerak filogenetik yang lebih tua (terjadi sinergi dan refleks primitive). Sinergi &
refleks primitive ini dianggap sebagai bagian normal dari proses penyembuhan sebelum
terbentuk pola baru.

Kombinasi eksteroseptif & proprioseptif

Tehnik

1. Memberikan tahanan pada ekstremitas yang normal, tapping (input sensoris) & tehnik
relaksasi
2. Diberikan sesuai dengan 6 stadium penyembuhan Twitchell :Flasiditas, Spastisitas
dan onset sinergi, Peningkatan spastisitas & beberapa control sinergi volunteer,
Penurunan spastisitas & peningkatan control sinergi volunteer, Tidak adanya control
fungsi motorik dari sinergi, Gerakan sendi individual
3. Tahapan tehnik latihan : Merangsang gerak sinergis (Associated Reaction
Pathological Tonic Neck & Labyrinthine reflex)

Latihan terlepas dari pengaruh pola sinergis (dengan gerakan kombinasi pola sinergis
antagonis)- Merangsang fungsi tangan & jari tangan secara volunteer, ada beberapa tahapan
yang harus diperhatikan dalam latihan ini diantaranya adalah :

Tahap 1- 3 : merangsang kontrol volunteer sinergis & memakai gerakan ini untuk
aktifitas stabilisasi objek
Tahap 4-5 : mengontrol flexor & ekstensor sinergi sehingga penderita dapat
melakukan aktifitas fungsional
Tahap 6 : ketrampilan tangan dengan melatih fungsi tangan

19
4. Neurodevelopmental Technique/Bobath

Dasar teori :

Pola gerakan patologis tidak boleh digunakan untuk latihan oleh karena penggunaan
berulang jalur eferen patologis dapat menyebabkan ekspansi ke jalur normal.
Menggunakan konsep hirarki fungsi SSP manusia, dengan komponen yang saling
integral : input sensorik & system feedback motorik. Konsep motor relearning
mungkin dapat berurutan seperti pada perkembangan normaldan Berlawanan dengan
Brunnstorm & PNF.

Prinsip :

1. Kontrol pola spastisitas dengan menghambat pola abnormal


2. Fasilitasi pola normal / refleks postural normal (righting & equilibrium reaction)

Tujuan :

1. Stabilisasi tonus postural


2. Inhibisi pola abnormal / gerakan abnormal
3. Fasilitasi refleks otomatis & pola gerakan normal yang lebih selektif & persiapan
ketrampilan fungsional

Tehnik :

1. Reflex Inhibiting Posture/pattern (RIP) : meletakkan anggota gerak dalam posisi po


la antispastik
2. Key Point of Control (KPOC) : menghambat spastisitas & pola gerak abnormal
sekaligusmemberi fasilitasi pola gerak yang normala. Proximal KPOC (shoulder,
hip dan trunk) b. Distal KPOC (tangan & kaki) Tidak menganjurkan pemakaian
alat bantu jalan, oleh karenalatihan NDT menekankan penggunaan & weight
bearing pada sisi lumpuh
3. Push-pull technique : tehnik untuk menimbulkan ekstensi terutama pada lengan di
mana fleksilebih dominan
4. Placing & holding : mempertahankan posisi dalam RIP position
5. Tapping : pada otot antagonis dari otot yang spastik

19
Contoh Teknik Bobath dengan bola

5. Functional Electical Stimulation (FES)

Modalitas yang diterapkan ledakan pendek arus listrik ke otot hemiplegia atau saraf.
Dalam Stroke Terapi Fisik, FES telah terbukti bermanfaat untuk mengembalikan kontrol
motor, kelenturan, dan pengurangan nyeri bahu hemiplegia dan subluksasi

6. Biofeedback

Modalitas yang memfasilitasi untuk menyadari aktivitas elektromiografi pada otot atau
kesadaran rasa posisi sendi yang dipilih melalui isyarat visual atau pendengaran.

2.2 Parkinson Disease

Parkinsons Disease (Penyakit Parkinson) merupakan suatu penyakit karena gangguan


pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine deficiency)

Gejala klinis yang sering timbul adalah :


1. Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
Gejala Parkinsons Disease sering luput dari pandangan awam, dan dianggap
sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari
Parkinsons Disease adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun,
jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang
disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.13

19
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada
pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi
sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di
kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi
tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan
berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat
gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.13
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga
tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi
kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.13

d. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah


Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu
untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita
menjadi lambat berpikir dan depresi.13 Bradikinesia mengakibatkan kurangnya
ekspresi muka serta mimik muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan
ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.

e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus
hal ini merupakan gejala dini.10

f. Langkah dan Gaya berjalan (sikap Parkinson)

19
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a
petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan,
punggung melengkung bila berjalan.10

g. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.10
h. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat
(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu
yang cukup.10
i. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif)10

2. Gejala non motorik16


a. Disfungsi otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
- Pengeluaran urin yang banyak
- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, dan orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e. Gangguan sensasi, seperti :
- kepekaan kontras visual lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna.
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
ortostatik, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian

19
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan - berkurangnya atau
hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau anosmia).

2.2.1 Fisioterapi pada Parkinson Disease

Rehabilitasi sebaiknya adalah terapi yang ditujukan khusus melatih keterampilan dan
fungsional training. Terapi seharusnya diberikan dengan intensitas yang cukup untuk
mencapai keterampilan yang diperlukan. Teori latihan rehabilitasi utama diantaranya:

1. Terapi Range of Motion (ROM), penguatan, mobilisasi dan tekhnik kompesatori.

2. Neurodevelopmental Treatment (NDT) Bobath-Training

Pola otot, tidak mengisolasi gerakan, digunakan untuk pergerakan.

Ketidakmampuan untuk memberikan impuls langsung pada otot dalam


kombinasi yang berbeda oleh orang dengan susunan saraf pusat yang utuh.

Pola otot yang abnormal ditekan sebelum pola otot yang normal muncul.

Reaksi asosiasi: sinergi massa dihindari karena dapat memperburuk


kelemahan otot dan otot yang tidak berserpon (penguatan yang abnormal akan
meningkatkan tonus dan spastisitas)

Pola penghambat reflex digunakan untuk mencegah reaksi postural yang


abnormal; juga untuk memfasiliitasi gerakan involunter.

19
Pola yang abnormal dimodifikasi pada titik kunci proksimal sebagai control
(misalnya leher, tulang belakang, bahu atau pelvis)

3. Proprioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF)

Stimulasi dari saraf, otot, reseptor sensorik untuk menghasilkan respon


melalui rangsangan manual untuk meningkatkan kemudahan pergerakan dan
meningkatkan fungsi otot.

Mekanise neuromuskular yang normal memberi kemampuan untuk melakukan


aktifitas motorik yang luas dengan struktur anatomis yang terbatas. Hal ini
terintegrasi dan efisien tanpa mempengaruhi aksi motorik, aktifitas reflex dan
reaksi lainnya.

Mekanisme neuromuskular yang tidak lengkap tidak cukup memenuhi untuk


hidup sehari-hari karena kelemahan, ikoordinasi, spasme otot atau spastisitas.

Keperluan khusus diberikan oleh terapis fisik dan terapis okupasional


memfasilitasi efek dari mekanisme neuromuskular dan mengembalikan
keterbatasan pasien.

Pola pergerakan-massa digunakan sesuai dengan aksioma Beevor (bahwa otak


tidak tahu tentang aksi dari otok tertentu tapi tahu tentang pergerakannya)

4. Brunnstrom:

Fasilitasi sentral menggunakan pemulihan Twitchell dimana meningkatkan sinergi


tertentu melalui stimulus proprioseptif pada kulit.

Dengan menambahkan breating retraining (BRT) dan inspiratory mucle training


(IMT) pada program rehabilitasi pasien Parkinsons Disease menghasilkan perbaikan
fungsi otot pernafasan, kapasitas latihan, dan kualitas hidup menurut Sutbeyaz dkk.
Pada studi ini pasien diberikan BRT dan IMT selama setengah jam sehari, 6 kali
seminggu

5. Terapi Sinar Infra Red

19
Sinar infra red merupakan suatu gelombang yang mempunyai pancaran
gelombang yang mempunyai elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700
4.000 Amstrong.
Efek sinar infra red :
A. Efek Fisiologis

Pengaruh sinar infra red jika sinar infra red diabsorbsi oleh kulit, maka panas
akan timbul pada tempat sinar tadi diabsorbsi. Dengan adanya panas ini temperature
naik dan pengaruh-pengaruh lain akan terjadi antara lain adalah:

Meningkatkan proses metabolisme


Vasodilatasi pembuluh darah
Pigmentasi
Pengaruh terhadap jaringan otot
Menaikkan temperatur tubuh
Mengaktifkan kerja kelenjar keringat
B. Efek Terapeutik

Relaksasi otot
Meningkatkan suplai darah

2.3. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

HNP artinya adanya penonjolan inti dari diskus yang menjadi bantalan tulang
belakang sehingga penonjolan tersebut menekan saraf sebagai akibatnya timbul rasa
sakit, kesemutan, dan kelemahan anggota gerak yang dipersarafi bisa dari punggung,
pinggang, lengan atau tungkai

Tanda & Gejala HNP secara umum :

1. Lengan atau kaki sakit. Jika HNP terjadi di punggung bawah atau HNP Lumbal,
maka akan merasakan sakit yang paling intens pada bokong, paha, betis serta kaki.
Jika HNP terjadi pada tulang belakang pada leher, nyeri biasanya akan paling intens
di bahu dan lengan. Rasa sakit biasanya akan memburuk ketika batuk, bersin atau
menggerakan tulang belakang ke posisi tertentu
2. Mati Rasa atau kesemutan. Orang dengan HNP sering mengalami mati rasa atau
kesemutan di bagian tubuh yang di sarafi oleh saraf yang terkena

19
3. Kelemahan. Otot yang di persarafi oleh saraf yang terjepit cenderung melemah dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mudah tersandung, atau tidak
kuat mengangkat atau memegang barang

Tanda dan gejala klinis pada HNP lumbal ialah :

Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusai saraf skhiatik

Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra + menjalar ke
bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah

Nyeri bertambah hebat karna pencetus seperti gerakan gerakan pinggang batuk atau
mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila
di buat istirahat berbaring.

Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang trlibat.

Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5 S1 (garis antar dua krista liraka)

Gejala HNP cervical antara lain:

Keluhan sering timbul pada saat mengerakkan leher, yaitu : Nyeri di


belakang kepala, leher, bahu, lengan dan jari tangan.

Kelemahan otot bahu, lengan dan jari tangan.

Rasa baal/kesemutan di leher sampai ke tangan

2.3.1. Fisioterapi pada HNP

1. Short Wave Dhiatermy (SWD)


SWD merupakan modalitas fisioterapi yang berupa generator yang dapat
memancarkan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik
frekuensi tinggi

19
Efek Fisiologis

Efek fisiologis dari Soft Wave Diathermy antara lain :

meningkatkan metabolisme sel sel lokal.

meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot, ligament


dan tendon.

meningkatkan ambang rangsang (Sujatno,et.al. 1993).

Efek terapeutik

Efek terapeutik dari Short Weve Diathermy antara lain :

penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak, yaitu


dengan meningkatkan proses reparasi jaringan secara fisiologis,

mengurangi nyeri,

pembuangan sisa metabolisme,

peningkatan elastisitas jaringan lunak, sehingga mengurangi


proses kontraktur jaringan sebagai persiapan terapi latihan,

pembuangan sisa metabolisme,

meningkatkan sirkulasi darah.

Short Wave Diatermy (SWD) juga untuk mengurangi spasme. Mekanisme


pengurangan spasme sendiri terdiri dari efek panas yang memberikan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga peredaran darah lancar dan meningkatkan suplai nutrisi.
Akhirnya dapat memperbaiki peredaran darah kenaikan suhu jaringan dan
memberikan relaksasi pada otot akibatnya spasme dapat berkurang

19
Short Wave Diathermy
2. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf
melalui permukaan kulit. Sedang pengertian secara khusus, TENS merupakan jenis
arus listrik yang mempunyai parameter tertentu dalam hubunganya dengan durasi
fase, frekuensi arus, bentuk gelombang dengan segala modifikasinya (Parjoto, 2006).
TENS merupakan salah satu metode untuk menghilangkan rasa nyeri

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

3. McKenzie Exercise
Latihan metode Mc. Kenzie adalah sebuah latihan yang spesifik untuk tulang
belakang yang dikembangkan oleh Robin Mc. Kenzie. McKenzie telah berspekulasi
bahwa arah lentur yang memusatkan rasa sakit justru sesuai dengan arah di mana isi
nucleus pulposus telah bermigrasi untuk menghasilkan gejala disebut dengan mekanis
merangsang anulus atau akar saraf (Olson, 2009).
Mc Kenzie Exercise adalah Tekhnik latihan secara aktif yang di tujukan dengan
gerakan badan ke belakang/ekstensi.

Tujuan
Penguatan dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis. \
Menekankan peran aktif pasien.
Dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot sehingga stuktur
jaringan spesifik mengalami pemendekan.

Efek Terapi
Memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal dgn menghilangkan stress/mengembalikan
posisi mobile segment ke posisi normal.

19
Rileksasi otot yg spasme dgn memperbaiki postur.

Indikasi
Menurunkan spasme otot dan nyeri melalui efek rileksasi
Perbaikan / koreksi postur yang salah > alignmen normal
Membebaskan stiff pd intervetebral joints
Gangguan Flexi Extensi akut pada Cervical
Gangguan middle dan lower posterolateral derangement pada cervical
Ketegangan otot pada cervical

4. Bugnet exercises (terapi tahanan sikap)


adalah metode pengobatan berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia
untuk mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar. Aktivitas
motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh

Tujuan terapi ini :

19
Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan
tubuh
Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.
Mengurangi nyeri

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Neurologi adalah perubahan patologis di alam terjadi pada satu atau bagian
lain dari sistem saraf. Beberapa manifestasi dari gangguan neurologis yang mempengaruhi
fungsi otak menyebabkan gangguan memori dan persepsi serta kelemahan pada bagian tubuh.
Dengan adanya fisioterapi diharapkan dapat membantu memberikan layanan kepada individu

19
atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan
kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau kelompok
tersebut

DAFTAR PUSTAKA

1. Physiotherapy after Stroke. Stroke Association. November 2015. Available from:


https://www.stroke.org.uk/sites/default/files/f16_physiotherapy_after_stroke_8pp_web
.pdf [Cited: February 6, 2017]
2. Das P. 2009. Stroke Physical Therapy. Physiotherapy treatment.com. Available from:
http://www.physiotherapy-treatment.com/stroke-physical-therapy.html [Cited:
February 7, 2017]

19
3. Physical Therapy in Parkinsons Disease. Available at: http://www.emedicine.com
4. Jankovic J, Tolosa E,. Parkinsons Disease And Movements Disorders
4th.Philadelpia :Lippincott &Wilkins. 2002. Pp 91-99, 39-53
5. McNeely M, Torrance G. A systematic review of physiotherapy for spondylolysis and
spondylolisthesis. Manual Therapy 2003: 8(2); 80-91 Available from:
http://www.physio-pedia.com/Spondylolysis. [Cited: February 7, 2017]
6. Dickerman RD. 2005. Physical Therapy for Low Back Pain Relief. Spine-Health.
Available from: http://www.spine-health.com/treatment/physical-therapy/physical-
therapy-low-back-pain-relief. [cited: February 7, 2017]
7. https://www.saebo.com/the-stages-of-stroke-recovery/
8. Leah, M..R. dan Salil K.D. 2007. Cigarette Smoking and Parkinsons Disease. EXCLI
Journal. 6:93-99
9. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751

19

Anda mungkin juga menyukai