PENDAHULUAN
Banyak sekali macam-macam dari kelainan refraksi mata, dan kelainan ini
sering dialami oleh banyak orang. Karena alasan itulah yang membuat peneliti
tertarik membuat penelitian tentang prevalensi kelainan refraksi mata. Oleh
karena itu, peneliti berharap agar hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
UNIVERSITAS TARUMANGARA 1
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik beberapa pertanyaan
diantaranya:
UNIVERSITAS TARUMANGARA 2
yang dominan dialami masyarakat. Selain itu diharapkan dapat dijadikan
suatu ide baru bagi peneliti lain yang ingin melakukan riset/penelitian.
UNIVERSITAS TARUMANGARA 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam mata manusia, terdapat empat bagian dari mata yang berperan
dalam pembiasan cahaya/refraksi. Bagian itu diantaranya adalah kornea, lensa,
aqueous dan vitreous humors. Sinar cahaya yang masuk ke mata akan
direfraksikan/dibiaskan tepat di retina, dimana kemudian akan mentrasmisi suatu
impuls ke otak untuk proses penglihatan (melalui saraf optic).3
Kelainan refraksi mata terjadi jika mata tidak dapat melakukan proses ini
dengan baik/akurat, sehingga sinar cahaya yang masuk ke mata tidak dibiaskan
tepat pada retina. Akibatnya orang yang menderita kelainan refraksi mata
memiliki pandangan yang kabur pada jarak tertentu. Umumnya kelainan refraksi
mata disebabkan karena adanya perubahan panjang bola mata (terlalu panjang
atau pendek). Penyebab lain juga bisa disebabkan karena adanya gangguan pada
media refraktor mata (biasanya kornea dan lensa).3
2.1.2 Miopia
UNIVERSITAS TARUMANGARA 4
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya miopi ini, misalnya
keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan.1 Faktor
keturunan biasanya tidak sering terjadi jika dibanding dengan ketegangan visual.
Jika disimpulkan, miopi lebih sering terjadi tergantung dari cara penglihatannya,
dalam hal ini seseorang yang sering menggunakan penglihatanya didepan
komputer atau membaca buku dalam waktu yang lama dan tidak adanya istirahat
memiliki kemungkinan besar untuk terkena miopi dibanding yang lain. Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi, misalnya pada rabun malam yang
disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan
membesarnya pupil, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak
difokuskan dengan baik.1 Menurut The economics of myopia, miopia merupakan
kelainan refraksi mata yang sangat umum secara global, sekitar 14,4 miliar orang
terkena miopia, atau sama dengan 22,6% dari populasi dunia (Lim, 2011). 3
Prevalensi miopia meningkat seiring masuk ke abab ke-20, terutama beberapa
populasi di asia timur, juga menyumbang dalam peningkatan prevalensi miopia di
dunia (Lin, 2004).3
Miopia disebabkan karena panjang bola mata yang terlalu panjang, atau
juga bisa disebabkan karena adanya perubahan bentuk kornea atau lensa mata.
Hasilnya sinar cahaya yang masuk ke mata dibiaskan didepan retina.3 (gambar
2.1)2
Gambar 2.1.
UNIVERSITAS TARUMANGARA 5
Pada miopia, penglihatan terhadap benda yang jauh menjadi kabur, tetapi
dapat melihat benda yang dekat dengan jelas.3 (gambar 2.2)2
2.1.3 Hipermetropia
Gambar 2.3
Pada hipermetropia, penglihatan pada benda pada jarak dekat akan tampak
kabur, tetapi dapat melihat benda yang jaraknya jauh dengan jelas. (gambar 2.4)2
UNIVERSITAS TARUMANGARA 6
Gambar 2.4
Faktor yang paling umum sebagai penyebab dari hipermetropia adalah penuaan.
Pada penuaan, elastisitas lensa akan berkurang sehingga lensa mata sulit mencembung,
selain itu penuaan juga berpengaruh terhadap kekuatan otot siliaris yang dimana memiliki
fungsi membuat lensa mata menjadi lebih cembung. Tidak hanya penuaan, kebiasaan
tidak melihat benda dekat atau kecil pun juga dapat menyebabkan hipermetropia, oleh
karena itu faktor pekerjaan juga berpengaruh. Biasanya orang yang bekerja sebagai supir
dan pelaut memiliki kemungkinan yang lebih besar terkena hipermetropia. 1
2.1.4 Astigmatisma
Astigmatisma berasal dari bahasa yunani yaitu “a” berarti “tanpa” dan
“stigma” berarti “tempat”, dari arti tersebut menunjukan bahwa astigmatisma
merupakan kelainan refraksi mata dimana menurunnya ketajaman penglihatan
akibat bentuk kornea mata yang tidak simetris, sehingga cahaya difokuskan pada
2 tempat yang berbeda.4
UNIVERSITAS TARUMANGARA 7
Tidak seperti miopia atau hipermetropia (kelainan refraksi spherical),
astigmatisma mempunyai variasi yang berbeda-beda tergantung besar, sudut serta
arahnya.4
UNIVERSITAS TARUMANGARA 8
2.3 KERANGKA KONSEP
Jumlah
populasi
masyarakat
Beberapa
populasi
mengalami
kelainan
refraksi mata
Hipermetropi Astigmatism
Miopia
a a
Prevalensi
kelainan
refraksi mata
?
UNIVERSITAS TARUMANGARA 9
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
2
Za2 PQ (1 , 96) . 0 , 05 . 0 . 95
= =96 , 04=97
d2 (0 , 1)2
UNIVERSITAS TARUMANGARA 10
Untuk mengatasi drop out peneliti menambahkan sampel sebanyak 20%,
penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
97+ ( 20 . 97 )=97+20=127
127.2=25 4
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
Amblyopia
Semua orang yang mengalami penyakit/cacat mata selain kelainan refraksi
mata (katarak, kebutaan, dll)
UNIVERSITAS TARUMANGARA 11
dapat diketahui jenis kelainan refraksi mata yang dialami sampel. Lalu dari hasil
pemeriksaan mata seluruh sampel, akan dilakukan analisa data dan hasilnya
berupa jumlah masyarakat yang mengalami miopia, hipermetropia, atau
astigmatisma.
Variabel tergantung:
Variabel bebas:
Umur
Faktor lingkungan
Pekerjaan
Riwayat keluarga
Kebiasaan (membaca, menonton, dll)
Trial frame
Trial lenses
Snellen chart
Pengaris
Senter
Alat tulis
UNIVERSITAS TARUMANGARA 12
Cara ukur : Sebelum melakukan pemeriksaan refraksi mata, harus
dilihat terlebih dahulu bagaimana keadaan bola mata sampel, seperti posisi
(juling), ada pterigium atau tidak, keadaan kornea (ada parut atau tidak),
keadaan lensa (jernih atau keruh),dll. Pemeriksaan dimulai dengan
mengantungkan SNELLEN CHART sejajar dengan mata sampel dengan
jarak 6 meter. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, mata kiri ditutup
dengan penutup mata tanpa menekan bola mata. Kemudian sampel
disarankan untuk membaca huruf dari kiri ke kanan tiap baris snellen, atau
dari huruf yang besar ke huruf terkecil (angka 20/20). Bila pada baris
tertentu, sampel hanya dapat membaca huruf KURANG dari setengah,
maka catat angka yang tertera di baris atasnya. Jika LEBIH dari setengah,
maka catat angka yang tertera di baris itu. Jika sampel tidak dapat melihat
huruf terbesar pada snellen chart dengan jelas, mulai HITUNG JARI pada
jarak 3 meter (jika dapat melihat, catat 03/060). Bila belum terlihat, maju 1
meter (catat 02/060), bila belum juga, maju lagi 1 meter (catat 01/060).
Jika belum juga terlihat, GOYANGKAN TANGAN pada jarak 1 meter
(1/300). Jika belum juga terlihat, tanyakan apakah sampel dapat melihat
SINAR SENTER (1/888). Jika sampel tidak dapat melihat sinar lampu
senter, berarti sampel BUTA TOTAL (00/000).
UNIVERSITAS TARUMANGARA 13
Untuk analisa data yang didapat dari pemeriksaan mata, peneliti akan
membandingkan jumlah masyarakat yang miopia, hipermetropia, serta
astigmatisma. Setelah itu, peneliti akan membuat grafik untuk membandingkan
jumlah dari jenis-jenis kelainan refraksi mata yang dialami oleh para pengunjung
puskesmas Tambora.
Jadi dari seluruh kegiatan penelitian yang akan dilakukan, berikut adalah
rangkaian kegiatan/alur penelitian yang akan dilaksanakan:
UNIVERSITAS TARUMANGARA 14
3.13 JADWAL PELAKSANAAN
3 4 5 6 7
1 Penelusuran pustaka X
4 Pelaksanaan penelitian X
5 Pengumpulan data X
6 Pengolahan data X
UNIVERSITAS TARUMANGARA 15
BAB 4
HASIL PENELITIAN
UNIVERSITAS TARUMANGARA 16
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Pengunjung Polimata Puskesmas
Kecamatan Tambora Periode Juli 2015 Berdasarkan Usia
Golongan usia
0 – 11 tahun 12 (9,2%)
12 – 25 tahun 46 (35,4%)
26 – 45 tahun 43 (33,1%)
46 – 65 tahun 27 (20,8%)
UNIVERSITAS TARUMANGARA 17
Tabel 4.2 Prevalensi Kelainan Refraksi Mata pada Pengunjung Polimata
Puskesmas Kecamatan Tambora Periode Juli 2015
Miopia 60 23,1%
Hipermetropia 8 3,1%
Astigmatisme 62 23,8%
UNIVERSITAS TARUMANGARA 18
Tabel 4.3 Prevalensi Miopia pada Pengunjung Polimata Puskesmas
Kecamatan Tambora Periode Juli 2015 Berdasarkan Derajat Keparahan
Total 60 100%
UNIVERSITAS TARUMANGARA 19
Tabel 4.4 Prevalensi Hipermetropia pada Pengunjung Polimata Puskesmas
Kecamatan Tambora Periode Juli 2015 Berdasarkan Derajat Keparahan
Hipermetropia sedang 0 0%
Hipermetropia berat 0 0%
Total 8 100%
UNIVERSITAS TARUMANGARA 20
Tabel 4.5 Prevalensi Astigmatisma pada Pengunjung Polimata Puskesmas
Kecamatan Tambora Periode Juli 2015 Berdasarkan Jenisnya
Astigmatisma hipermetropia 0 0%
komposito
Total 62 100%
UNIVERSITAS TARUMANGARA 21
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
UNIVERSITAS TARUMANGARA 22
BAB 6
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
UNIVERSITAS TARUMANGARA 23
DAFTAR PUSTAKA
3. Justin CS, David AM. Update on the epidemiology and genetics of myopic
refractive error: Expert rev ophthalmol. 2013;8(1):63-87. (Update 2013; cited
2013-12-24). Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/779114_1
UNIVERSITAS TARUMANGARA 24