Disusun oleh:
dr. Catherine Dorinda Candawasa
Pembimbing:
Dr. Yolita
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Masa Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kegiatan Mini Project yang berjudul “ Upaya Peningkatan Pengetahuan Pasien
Puskesmas Kelurahan Duri Kepa Usia 15 – 59 Tahun Tentang Penyakit Diabetes
Melitus Melalui Penyuluhan” ini tepat pada waktunya. Laporan Kegiatan Mini
Project ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program
Dokter Internship di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat.
Dalam penulisan laporan kegiatan mini project ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan, baik berupa informasi maupun bimbungan moril. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Yolita selaku pendamping Kepala Puskesmas Kelurahan Duri Kepa,
Jakarta Barat
2. Dr. Dwi selaku
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kegiatan mini project ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, ktirik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka
penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran.
Jakarta,
Penulis
(Catherine Dorinda Candawasa)
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………..…………………
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Tabel Jadwal Aktivitas………………………………………………………..
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.4 Tujuan………………………………………………………………………..
1.5 Manfaat………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
2.1 Diabetes Melitus………………………………………………………………
2.1.1 Definisi………………………………………………………………
2.1.2 Epidemiologi…………………………………………………………
2.1.3 Faktor Risiko………………………………………………………
2.1.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis……………………………………..
2.1.5 Pengelolahan Diabetes Melitus………………………………………
2.1.6 Pengaturan Diet Pada Pasien Diabetes
Melitus……………………………
2.1.7 Komplikasi……………………………………………………………
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
BAB V DISKUSI DAN PEMBAHASAN………………………………………..
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan dan Puskesmas
1. Memperoleh gambaran pengetahuan penderita Diabetes Melitus
sehingga dapat dievaluasi lanjut dan menemukan upaya-upaya baru
dalam meningkatkan pengetahuan penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Kelurahan Duri Kepa.
2. Memperoleh informasi mengenai metode yang efetktif dalam
menyampaikan materi Diabetes Melitus.
3. Membantu meningkatkan kualitas pelatihan dan penyuluhan terhadap
masyarakat
2.1.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-
macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV
(Cytomegalovirus), herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit
memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita
DM Tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi
insulin secara teratur agar pasien tetap sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula
pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM
Tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2015).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling
sering dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam
produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa
menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik
sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa
dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan
insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki
fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 %
individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
Penyakit DM Tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah
atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang
cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2015).
2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan pengaturan
diet adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat
menyebabkan pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolism basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi
dan adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari
kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 kali
seminggu selama kurang lebih 30 - 45 menit), DENGAN TOTl 150 menit
perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk menunda
latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk
dalam latihan jasmani. Meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juda dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobic dengan intensitas sedang (50 – 70% denyut jantung maksimal) seperti:
jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang. (PERKENI, 2015)
4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
1. Pemau Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pancreas. Efek samping utama adalah
hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati – hayi
menggunakan sulfonylurea pada pasien dengan risiko tinggi
hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan ginjal).
- Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin
fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (devirat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat
setelah pemberian secara oral dan disekresi secara cepat melalui
hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
2. Metformin
- Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati (gluconeogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di
jaringan perifer, metformin merupakan pilihan pertama pada
sebagian besar kasus DMT2. Dosis metformin diturunkan pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30 – 60
ml/menit/1,73m2). Metformin tidak boleh diberikan pada beberapa
keadaan seperti: GFR<30 mL/menit/1,73m2, adanya gangguan hati
berat, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, rejatan, PPOK, gagal
jantung [NYHA FC III-IB]). Efek sampinh yang mungkin berupa
halnya gejala dyspepsia.
- Tiazolidindion (TZD)
Tiazolidindion merupakan agonis dari peroxisome proliferator
activated receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti
yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion
meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan
pada pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan faal
hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara berkala.
Obat yang masuk dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
Terapi Kombinasi
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi
daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Umur
1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade
antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas
70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga, dll kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal
- Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal
- Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan
ditambah 40%
- Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus
ditambah 50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi,Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat/kekurusannya.
Berikut ini makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari :
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetic
- Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi resiko atau memperlambat progesi retinopati.
Tetapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati.
- Nefropati diabetic
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi risiko atay memperlambat progress inferopati.
Untuk penderita penyakit ginjal diabetic, menurunkan
asupan protein sampai di bawah 0.8 gram/kgBB/hari tidak
direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko
kardiovaskuler dan menurunkan GFR ginjal.
- Neuropati
o Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal
merupakan factor penting yang berisiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki yang meningkatkan risiko
amputasi.
o Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit
di malam hari.
o Setelah diagnose DMT2 ditegakkan, pada setiap
pasien perlu dilakukan skrinning untuk mendeteksi
adanya polineuropati distal yang simetris dengan
melakukan pemeriksaan neurologi sederhana
(menggunakan monofilament 10 gram).
Pemeriksaan ini kemudian diulang paling sedikit
setuap tahun.
o Pada keadaan polineuropati distal perlu dilakukan
perawatan kaki yang memadai untuk menurunkan
risiko terjadinya ulkus dan amputasi.
o Pemberian terapi antidepresan trisiklik, gabapentin
atau pregabalin dapat mengurangi rasa sakit.
o Semua penyandang Dm yang disertai neuropati
perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki
untuk mengurangi risiko ulkus kaku.
o Untuk pelaksanaan penyulit ini seringkali
diperlukan kerja sama dengan bidang/disiplin ilmu
lain.
BAB III
METODE MINI PROJECT
VI.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu,
diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer
dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya
oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan menjadi faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu,
promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan secara individual (seperti konseling) dibandingkan jika
dilakukan melalui pendekatan populasi.
VI.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
Di wilayah sekitar Puskesmas Kawangkoan perlu dilakukan promosi kesehatan
terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat
terhadap penyakit diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA