Anda di halaman 1dari 6

FALSAFAH REHABILITASI MEDIK

I. PENDAHULUAN
 Prevalensi kecacatan Indonesia adalah 39%, bila dibandingkan WHO yang adalah 7-
10%.
 Angka harapan hidup meningkat namun disertai disabilitas yang berat dan
penurunan fungsi, bahkan handicap.
 Dokter umum: deteksi dini kecacatan primer dan mencegah komplikasi atau
kecacatan sekunder.

II. SEJARAH PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI INDONESIA


 dr. Raden Soeharso seorang dokter lulusan FK UNAIR, berasal dari Surakarta (Solo).
 Pada 1951 sebagai ahli bedah menolong korban perang.
 Memiliki gagasan mendirikan Akademi Fisioterapi di Kota Surakarta dan Rehabilitasi
Centrum yang merupakan cikal bakal terbentuknya Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr.
Soeharso.
 dr. Raden Oemijono Moestari seorang dokter spesialis Neurologi-Psikiatri lulusan
FK UNAIR/ RSUD Dr. Soetomo tahun 1961, berasal dari kota Ngawi.
 Belajar di AS dalam bidang Rehabilitation Medicine di New York University di bawah
bimbingan Dr. Howard Rusk.
 Tahun 1966 di bawah pimpinan Prof. Dr. H.R.M. Soejonoes mendirikan Unit
Fisioterapi di Bagian Neurologi-Psikiatri RSUD Dr. Soetomo.

III. SEJARAH PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI (SpKFR)
 Pelayanan medis terhadap penyandang disabilitas berbeda dengan penderita tanpa
disabilitas:
 Lebih banyak memiliki masalah kesehatan lain.
 Memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mempertahankan tingkat
kesehatan.
 Menunjukkan onset penyakit kronik lebih awal.
 Mudah kehilangan fungsi sekunder.
 Membutuhkan pengobatan dan pelayanan kesehatan yang lebih kompleks
dan lebih lama.
 Membutuhkan peralatan adaptif.
 Sejak tahun 1980 sudah nampak kesulitan dalam tatalaksana penyandang disabilitas
sehingga AAP dan AAPM&R memberikan pernyataan bahwa physiatrist merupakan
primary care specialist bagi penyandang disabilitas.
 Strategi dan intervensi yang digunakan adalah untuk mencegah penurunan fungsi
atau disabilitas:
 Penggunaan alat protektif, korektif dan adaptif.
 Teknik konservasi energi.
 Posisi ergonomik.
 Penggunaan mekanisme biomekanika sistem muskuloskeletal yang tepat.
 Melalui bantuan World Rehabilitation Fund yang berpusat di New York, dr. Raden
Oemijono Moestari mengirim dokter-dokter dari RSUD Dr. Soetomo untuk
mengambil spesialisasi Rehabilitation Medicine/ Physical Medicine and
Rehabilitation di Manila, Filipina.
 Pada tahun 1987 disahkan oleh Pemerintah RI pendirian pusat Pendidikan Dokter
Spesialis Rehabilitasi Medik:
 Jakarta, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, FK UI.
 Semarang, RS Dr. Kariadi, FK UNDIP.
 Surabaya, RSUD Dr. Soetomo, FK UNAIR.
 Berkembangnya keadaan sekarang, maka ada dua pusat pendidikan baru:
 Bandung, RS Dr. Hasan Sadikin, FK UNPAD.
 Manado, RS Gunung Wenang, FK UNSRAT.

IV. FALSAFAH REHABILITASI MEDIK


 Definisi menurut American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation
(AAPMR):
 Physical medicine and rehabilitation is a branch of medicine concerning with.
 The comprehensive management of disabilities arising from disease or injury
of.
 The neuro-muskulo-skeletal, cardio-respiratory systems and psycho-socio-
vocational disruptions concomitant with them.
 Definisi menurut American Board of Physical Medicine and Rehabilitation (ABPMR):
 Physical medicine and rehabilitation (PM&R), also referred to as physiatrist, is
a medical specialty concerned with.
 Diagnosis, evaluation and management of persons of all ages.
 With physical and/ or cognitive impairment and disability.
 This specialty involves:
o Diagnosis and treatment of patients with painful or functionally limiring
conditions.
o Management of comorbidities and co-impairments.
o Diagnostic and therapeutic injection procedures.
o Electrodiagnostic medicine.
o Emphasis on prevention of complications of disability from secondary
conditions.
 Jenis disabilitas:
 Disabilitas primer.
o Konsekuensi dari penyakit atau kondisi.
 Disabilitas sekunder.
o Tidak ada pada onset dari disabilitas primer.
o Muncul pada periode berikutnya.
 Etiologi disabilitas sekunder:
 Agent.
o Gaya berlebihan  gravitasi  ulkus dekubitus.
o Tidak ada gaya  ≠gravitasi  atrofi.
 Host.
o Usia lanjut.
o Sosioekonomi.
o Jenis pekerjaan.
o Tingkat intelegensi & pendidikan.
o Latar belakang kultural.
 Environment.
o Posisi  posisi yang salah pada pasien dengan hemiplegia 
kontraktur.
o Keluarga.
o Pengetahuan tenaga medis yang menangani.
 Pelayanan rehabilitasi medik:
 Promotif
o Promosi kesehatan pola hidup yang benar.
 Preventif
o Pencegahan tingkat I/ primer.
1. Pemberian vaksin untuk mencegah penyakit.
o Pencegahan tingkat II/ sekunder.
1. Deteksi dini cacat primer.
2. Pencegahan cacat primer menjadi cacat sekunder.
3. Terapi luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur pada pasien
stroke sequale.
o Pencegahan tingkat III/ tersier.
1. Mencegah kecacatan yang berat menjadi lebih berat lagi.
2. Meningkatkan tingkat kemandirian seoptimal mungkin, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
3. Pemberian ortesa protesa sehingga penderita dapat ambulasi
sendiri.
 Kuratif
o Intevensi medik, keterapian fisik dan upaya rehabilitatif untuk
mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi.
 Tim multidisipliner:
 Fisioterapis.
 Terapis okupasional.
 Terapis wicara.
 Ahli pembuat ortesa dan protesa.
 Psikolog.
 Perawat.
 Pekerja sosial medis.
iPass Rehab Medik

 Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Dunia


 Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR) Indonesia
 Batasan Hendaya, Disabilitas & Kecacatan (WHO 1980)
 Hendaya (impairment).
 Disabilitas (disability).
 Kecacatan (handicap).
 Batasan Baru WHO 1997
 Filosofi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
 Meningkatkan kemampuan fungsional seseorang.
 Sesuai dengan potensi yang dimiliki.
 Untuk mempertahankan dan/ atau meningkatkan kualitas hidup.
 Dengan cara mencegah atau mengurangi.
 Hendaya, disabilitas dan kecacatan semaksimal mungkin.
 Aktifitas dan Partisipasi
 Difabel
 Definisi.
 UU NRI No. 4 1997/ PP RI no. 431998
1. Kelainan fisik atau mental.
2. Rintangan dan hambatan.
3. Melakukan kegiatan secara selayaknya.
 Patologi  Hendaya  Disabilitas  Kecacatan.
 Tim Layanan Rehabilitasi Medik
 Upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pendekatan medis,
psikososial, edukasional dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional
seoptimal mungkin.
 Layanan menyeluruh (komprehensif) dalam layanan rawat jalan, rawat inap dan
layanan tambahan (seperti home care).
 Pendekatan kerjasama tim multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin.
 Struktur Organisasi Layanan Rehabilitasi Medik
 Tata Laksana Rehabilitasi Medik
 Tim
1. Dokter spesialis kedokteran 10. dll.
fisik dan rehabilitasi.
2. Perawat rehabilitasi medik.
3. Fisioterapis.
4. Terapis okupasi.
5. Terapis wicara.
6. Ortosis-prostesis.
7. Psikolog.
8. Petugas sosial medik.
9. Rohaniawan.
 Pelayanan rehabilitasi medik:
1. Strata I (klinik rehabilitasi, puskesmas, RS tipe D dan C).
2. Strata II (RS tipe C dan B non-pendidikan).
3. Strata IIIA (RS tipe B pendidikan dan A).

Anda mungkin juga menyukai