Filsafat (philosophy-Inggris/ Philosophia-Yunani) berasal dari kata Philos (cinta) atau Philia (persahabatan) dan Sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Menurut Plato, Filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya. Jadi, Filsafat adalah proses berfikir atau bernalar secara mendalam untuk menemukan kebijaksanaan dan mencari kebenaran.
2. Analisis karakteristik berfikir filsafat!
Filsafat merupakan aktivitas berikir, namun tidak semua aktivitas berfikir dikatakan berfilsafat. Hal tersebut dikarenakan berfilsafat memiliki karakteristik tertentu. Orang yang berfikir dapat dikatakan berfilsafat kalau pikirannya itu ditandai dengan beberapa karakteristik seperti, menggunakan metode yang umumnya yang dipakai oleh para filusuf, memiliki sistematika yang runtut, memiliki koheren yang saling berkaitan antar komponen, memiliki kaidah rasional, menyeluruh atau kemprihensif, mendalam sampai pada esensi dari suatu aspek, dan universal sampai menyentuh entitas total. Oleh karena itu, berfikir filsafat bukan hanya berfikir, namun juga bernalar yang logis, rasional, dan komprehensif.
3. Bedakan retorika dengan logika!
Retorika atau seni mengolah percakapan memiliki tiga tujuan utama yaitu pertama, untuk memperoleh kemenangan dalam perdebatan atau berargumentasi. Kedua, untuk mengembangkan seni dan keindahan bahasa sebagai media berkomunikasi dalam masyarakat. Ketiga, untuk menyatakan kebenaran dari suatu fakta atau realita. Sedangkan logika adalah ajaran yang mengarahkan seseorang berfikir ilmiah demi menghasilkan pemikiran atau hal baru. Logika juga sebagai pengendalian pikiran. Pikiran yang logis dapat menjadi pedoman bagi manusia untuk mengendalikan dirinya sehingga hidupnya berada dalam kondisi yang baik sesuai dengan tuntutan sosial dan norma-norma hukum.
4. Buktikan bahwa Cogito Ergo Sum membawa manusia mencapai pencerahan!
Abad Pencerahan ditandai dengan kemunculan serangkaian gagasan yang berfokus pada nilai kebahagiaan manusia, pencarian pengetahuan yang diperoleh melalui penalaran akal dan observasi dengan panca indra, dan cita-cita ideal seperti kebebasan, kemajuan, toleransi, persaudaraan, pemerintahan konstitusional, dan pemisahan gereja dengan Negara. Masa Pencerahan berakar pada gerakan intelektual dan ilmiah Eropa yang dikenal sebagai humanisme renaisans yang didahului oleh Revolusi Ilmiah dan karya-karya ilmiah yang salah satunya seperti yang dikemukanan oleh Cogito Ergo Sum. Pernyataan yang melegenda yang disampaikannya adalah `Saya bernalar, maka saya hidup`. Pernyataan tersebut mengandung bahwa hakekat manusia itu adalah pikirannya. Ketika seseorang memanfaatkan pikirannya untuk menghasilkan keputusan atau kebenaran, maka dia telah menjalankan fungsinya sebagai manusia.