Anda di halaman 1dari 10

BENTUK-BENTUK PERUDUNGAN (BULLYING) ANTARA LAIN:

1. Melarang pelajar melewati jalur tertentu, nongkrong atau duduk di suatu lokasi yang biasa ditempati
oleh kelompok tertentu.
2. Menegur siswa lain karena penampilannya tak sesuai aturan dengan gaya bicara kasar.
3. Memperlakukan teman sekelas atau adik kelas layaknya ‘kacung’ yang bisa diperintah sekehendak hati.
4. Melakukan pemalakan, seperti minta ditraktir dengan cara memaksa dan mendadak.
6. Melakukan briefing ke adik kelas tanpa seizin sekolah
7. Meminta siswa lain melakukan tugas konyol, seperti nembak kakak kelas, ngobrol dengan tiang
bendera dll.
8. Berkata kasar, berteriak-teriak hingga memberikan hukuman fisik, seperti push up atau skot jump
melebihi batas kemampuan siswa.
9. Mencela, mencemooh dan mengolok-olok menggunakan nama orangtua.
10. Memberikan nama julukan yang merendahkan anak secara mental dan fisik. Misalnya, gembrot,
pesek dll.
11. Membicarakan, menggosipkan dan menjelek-jelekkan siswa lain di belakang.
12. Melarang siswa melakukan sesuatu yang berhak ia lakukan. Seperti, jajan di kantin X atau
mengikuti kelas pengembangan diri.
13. Mengancam akan melakukan sesuatu pada siswa lain , seperti melukai atau menyakiti secara fisik.
14. Mendorong, memukul, menampar, menjambak, menendang atau melempari seseorang
15. Ejekan yang kejam, berbicara seenaknya atau menjelek-jelekkan orang lain di belakang, menyebarkan
rumor yang memalukan, memasang ekspresi wajah atau gesture tubuh menghina dan mengucilkan
siswa dari kegiatan kelompoknya.
16. Berlaku tidak sopan yang mengarah pada kekerasan, mengancam, menghina berulang-ulang,
mempermalukan, mengucilkan, menyebarkan gambar atau video yang tidak benar dengan tujuan
menjatuhkan .
05 OKTOBER 22
MENINDAKLANJUTI PENYESALAN
Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai
dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan- Mu, ya TUHAN. (Mazmur 25:7)
Angga pulang dengan marah setelah ditegur pimpinannya. Di rumah ia memperlakukan istri dan anaknya dengan kasar
sehingga mereka pergi ke rumah mertua. Bukannya memperbaiki diri, Angga berjudi dan mabuk. Kondisi bukannya
membaik, melainkan justru memburuk karena ia menindaklanjuti penyesalannya dengan cara yang keliru.
Ada orang yang menghabiskan waktu dan energi untuk menyesali kesalahan yang sudah diperbuat. Padahal, ia sebetulnya
sudah tahu kalau tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Kisah Daud ketika jatuh dalam
dosa dan ditegur oleh nabi-Nya, selalu menjadi pengingat yang baik bagi kita.
Jika Daud terus-menerus menyesali diri karena sudah membunuh Uria dan berzinah dengan Batsyeba, ia tidak akan
menjadi raja yang diperkenan oleh Tuhan. Ia sadar dosa yang dilakukannya membuat Tuhan murka dan mendatangkan
banyak masalah, ia sadar itu tangggung jawabnya, ia menerima konsekuensi dosa yang dilakukannya. Daud mengakui
dosanya, memohon agar Tuhan tidak mengingat-ingat lagi pelanggarannya dan mengingat segala kasih setia-Nya.
Menyesal dan memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa kita itu sudah benar. Namun, jauh lebih berguna kalau kita
menindaklanjuti penyesalan dengan tidak lagi mengulangi perbuatan yang sama dan melakukan perbuatan yang berguna.
Jadikan kesalahan atau dosa pada masa lalu sebagai pembelajaran, agar kita sekarang dan nanti mengerjakan hal-hal yang
berguna dan berdampak positif.
RESPONS PENYESALAN YANG BENAR ADALAH
MEMOHON AMPUN KEPADA TUHAN DAN MEMPERBAIKI DIR

06 OKTOBER 22 PANGGILAN HIDUP KUDUS


Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. (1 Tesalonika 4:7)

Menurut ECPAT (organisasi yang bergerak melawan eksploitasi seksual komersial anak), sepanjang September 2016
sampai Februari 2017 ditemukan enam kasus pornografi dengan jumlah korban sebanyak 157 anak. Sebagian besar kasus
ini memanfaatkan internet, beroperasi di jaringan gelap (dark web) yang rumit dan anonim, yang melindungi para pelaku
secara maksimal.
Berhati-hatilah dalam mengakses informasi yang ada di media cetak, elektronik dan internet. Berlakulah bijak, tidak
mudah terpengaruh oleh informasi dan ajaran yang dapat melemahkan iman.
Sejak zaman gereja mula-mula, kedursilaan menjadi salah satu godaan kuat bagi gereja. Kedursilaan artinya berkelakuan
buruk, jahat, hidup sekehendak sendiri, tidak menaati perintah Tuhan. Rasul Paulus memberikan alasan sekuat mungkin
untuk memelihara moralitas jemaat dengan melandaskannya pada kehendak dan panggilan Allah serta sifat Roh Kudus
yang berdiam di dalam hati setiap orang percaya. Kehendak Allah menyatakan bahwa orang percaya harus hidup
melakukan apa yang kudus (hagiasmos).
Pada nas di atas dengan jelas dinyatakan bahwa Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar. Allah
tidak menghendaki kita melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran firman Tuhan dan dapat merusak moral,
misalnya pornografi atau pornoaksi. Kita dipanggil untuk melakukan apa yang kudus. Artinya kita harus hidup taat
kepada Allah, melakukan kehendak Allah dan melakukan perintah-Nya dengan baik.

KITA DIPANGGIL UNTUK HIDUP KUDUS DAN MELAKUKAN


SEMUA PERINTAH TUHAN DENGAN BAIK

07 OKTOBER 22 MENGIKUTI PANGGILAN YESUS


Sesudah menarik perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Lukas
5:11)

Mengikuti juga berarti meninggalkan. Mengikuti berarti mengarahkan pandangan dan berjalan ke depan, dengan demikian
kita pun meninggalkan apa yang di belakang kita. Dan mengapa kita bersedia melakukannya, tentulah ada alasannya.
Yang pasti karena kita melihat kehidupan yang lebih baik dari kehidupan sekarang atau masa lalu.
Ketika Yesus berkata kepada bakal murid-murid-Nya, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”,
mereka pun menghela perahu-perahunya ke darat, lalu meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Sungguh tidak
mudah mengganti haluan hidup. Bagaimana bisa mereka meninggalkan pekerjaan yang telah bertahun-tahun dijalani dan
secepat itu terpikat kepada pribadi Yesus? Mukjizat yang dilakukan Yesus kepada mereka bisa jadi meyakinkan hati
mereka bahwa apa yang dikatakan-Nya adalah benar. Mereka yakin bahwa dengan mengikuti Yesus, apa yang akan
mereka dapatkan akan jauh lebih berharga daripada apa yang mereka tinggalkan. Dan keyakinan itu benar. Di kemudian
hari mereka telah ikut mengukir jalannya sejarah keselamatan dengan Injil yang mereka beritakan. Mereka benar-benar
menjadi seorang penjala manusia!
Mengikuti Yesus berarti bersedia menyatukan diri dengan-Nya, memahami visi-Nya dan bekerja bersama Dia agar
melalui kita, berita anugerah-Nya semakin terdengar. Ada berbagai panggilan Yesus untuk kita, namun setiap panggilan
itu mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan diri kita penjala manusia serta menyelesaikan pekerjaan-Nya.

MENGIKUTI PANGGILAN YESUS BERARTI KITA BERSEDIA BERJALAN DAN


BEKERJA BERSAMA DIA UNTUK MEMBERITAKAN KABAR BAIK BAGI SESAMA

10 OKTOBER 22 GODAAN GAWAI


“Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.” (1
Samuel 2:30b)

Seorang pengkhotbah geram menanggapi perilaku sebagian orang percaya yang asyik dengan gawainya ketika lagu-lagu
pujian sedang dinyanyikan atau khotbah sedang disampaikan. Ia lantas membandingkan dengan khidmatnya penganut
keyakinan lain ketika sedang beribadah. Sebaliknya, kita beribadah di rumah Allah, tetapi malah mengabaikan Allah.
Sungguh ironis!
Sikap seseorang saat beribadah menunjukkan dengan jelas seberapa dalam penghormatannya kepada Allah. Kita saja tidak
akan merasa nyaman ketika ada orang bersama dengan kita, seruangan atau duduk berhadapan ketika kita sedang
berbicara, tetapi ia justru lebih asyik dengan gawainya dan mengabaikan kita. Jika demikian, bukankah sudah selayaknya
Allah mendapatkan penghormatan, yang ditunjukkan lewat sikap orang percaya ketika ibadah sedang berlangsung? Allah
mengharapkan agar umat-Nya dapat menaruh hormat secara tepat kepada-Nya. Seperti ditegaskan dalam nas hari ini,
barangsiapa yang menghormati Allah, Allah akan menghormatinya juga, tetapi siapa yang menghina Dia, akan dipandang
rendah oleh-Nya.
Tak mudah memang menahan godaan untuk tidak memainkan gawai selama ibadah berlangsung. Saya sendiri akhirnya
memilih meninggalkan gawai di rumah setiap kali pergi beribadah supaya dapat lebih fokus menjalankan ibadah.
Bagaimana dengan sikap kita selama beribadah? Masihkah kita mengikutinya dengan khidmat, sebagai tanda
penghormatan kita kepada Allah, hamba Tuhan, dan saudara seiman kita?

KITA AKAN MENGHORMATI ALLAH DI MUKA UMUM


JIKA KITA MENGHORMATI DIA DI DALAM HATI

11 OKTOBER 22 BERCANDA KEJAM


Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan
berkata: "Aku hanya bersenda gurau." (Amsal 26:18-19)
Menyenangkan berada di tengah orang-orang yang memiliki rasa humor yang tinggi. Relasi menjadi akrab. Suasana
tegang mencair. Tugas berat terasa lebih ringan. Bahkan kritik pun dapat disampaikan tanpa melukai yang menjadi
sasaran teguran. Tentu saja, gurauan perlu didasarkan pada niat baik dan semangat saling menolong.
Namun, Amsal mengingatkan bahwa bergurau dapat menghancurkan orang lain. Dengan maksud menjerat orang lain, kita
mengeluarkan kata-kata yang seolah lucu. Dalam ayat nas, “memperdaya” dapat berarti tipu muslihat atau siasat untuk
menjatuhkan orang lain. Kita menemukan beberapa contoh dalam Alkitab. Yusuf dijuluki sebagai “tukang mimpi” oleh
kakak-kakaknya (Kej. 37:19). Elisa dipanggil sebagai “botak” (2Raj. 2:23). Peristiwa paling keji dialami oleh Yesus. Di
atas kayu salib, orang menertawakan-Nya dengan mengatakan, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak
dapat Ia selamatkan!” (Mat. 27:42). Julukan dan lontaran gurauan seperti itu sebenarnya adalah ejekan dan olok-olok yang
merendahkan. Mereka menggunakannya untuk menindas orang yang tampak tidak berdaya sembari menarik perhatian
orang kepada diri mereka.
Pada zaman internet ini, membuat dan menyebarkan gambar (meme) dan humor yang menyerang pribadi orang lain
seolah bukan perbuatan tercela. Padahal, ada banyak orang merasa terluka. Akibatnya, hubungan yang awalnya baik lalu
sulit dipulihkan. Hendaknya kita menyaring dulu dan bertanggung jawab atas apa yang kita katakan dan sebarkan.
KATA-KATA KITA HENDAKNYA PENUH KASIH DAN TIDAK HAMBAR,
AGAR DAPAT SENANTIASA MEMBANGUN ORANG LAIN

12 OKTOBER 22 MENANGANI TERLEBIH DAHULU


Firman Tuhan, “Bangkitlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari
Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa.” (Kisah Pr. Rasul 9:11)

Tuhan meminta Ananias pergi ke suatu alamat. “Mungkin di sana ada jemaat baru,” pikirnya. Betapa terkejutnya ia ketika
Tuhan berfirman: “Carilah … seorang … bernama Saulus” (ay. 11). Merasa keberatan, ia mengingatkan Tuhan akan
betapa berbahayanya orang itu bagi jemaat, termasuk juga bagi dirinya (ay. 13-14). Menemui Saulus bisa diibaratkan
masuk ke liang serigala.
Seperti Ananias, kita sering kali mengajukan protes kepada Tuhan ketika Dia meminta kita melakukan hal-hal yang tidak
masuk akal. Namun, Tuhan tidak sedang bersenda gurau! Terbukti, ketika Tuhan meminta Ananias untuk berangkat, Dia
sudah menangani Saulus terlebih dahulu. Beberapa hari sebelumnya, Tuhan menyinari Saulus dengan cahaya-Nya
sehingga matanya buta, tetapi hatinya berubah (ay. 3-9). Saat itu, Saulus justru sedang menantikan kedatangan Ananias
untuk kesembuhan matanya (ay. 12). Beruntung, Ananias tidak terlalu lama berdebat dengan Tuhan. Karena ketaatan
Ananias, Saulus (yang kemudian bernama Paulus) dapat menjadi orang yang giat melayani Tuhan.
Tuhan tidak pernah berniat mencelakakan anak-anak-Nya. Rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera yang
memberikan hari depan penuh harapan (Yer. 29:11). Namun, kadang-kadang kita memang tidak memahami keseluruhan
rancangan-Nya. Kita berkata, “Mustahil! Bukankah di sana banyak hambatan, penghalang dan hal-hal menakutkan
lainnya?” Tidak perlu takut, kita hanya perlu taat! Percayalah, “Tangan Yang Tak Terlihat” sudah menangani masalah itu
terlebih dahulu.

TIDAK SEPERTI MANUSIA YANG SERING LUPA AKAN TANGGUNG JAWABNYA,


TUHAN SELALU TAHU APA SAJA YANG PERLU DITANGANI-NYA

13 OKTOBER 22 MENGUJI ROH


Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah percaya kepada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal
dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (1 Yohanes 4:1)
Ada yang bilang jika dunia ini sudah semakin rasional. Berbagai hal yang tidak dapat ditangkap oleh indra dianggap tidak
mendapat tempat lagi di hati. Benarkah pendapat itu? Kenyataannya, begitu banyak orang percaya pada hal-hal yang
berbau mistik. Jika tersiar kabar ada “orang sakti”, ke sanalah orang-orang berbondong-bondong pergi. Hal-hal yang
dirasa aneh dan supranatural, nyatanya masih saja menjadi “makanan lezat” untuk dikonsumsi.
Yohanes mengingatkan bahwa ada beberapa orang telah menggunakan hal-hal mistis dengan tujuan menyesatkan hidup
orang-orang percaya. Yohanes menyebut oknum itu adalah nabi-nabi palsu yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan
maksud melemahkan iman dan menyesatkan. Para nabi palsu itu bahkan mampu menunjukkan berbagai mukjizat dalam
setiap “pelayanan” yang mereka lakukan. Namun peringatan Yohanes sangat jelas: jangan percaya akan setiap roh, tetapi
ujilah roh-roh itu! Apakah roh itu mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, atau malah tidak
mengakuinya. Dan ujian kedua, kenalilah buahnya agar dengan demikian kita bisa mengenal seperti apakah pohonnya
(Mat. 12:33).
Firman Tuhan mengingatkan kita akan banyaknya penyesat muncul di akhir zaman (2Yoh. 1:7). Mari belajar menjaga hati
agar tidak mudah terpesona pada berbagai mukjizat yang tampak di depan mata. Roh Kudus, Sang Penuntun, Dia
mengajar kita untuk bersabar, mengamati, dan menguji apakah ajaran-ajaran yang mereka beritakan itu sejalan dengan
firman Tuhan atau malah menentang-Nya.
SETIAP ROH YANG TIDAK MENGAKUI YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN,
ADALAH ROH-ROH PALSU YANG MENYESATKAN

14 OKTOBER 22 HATI YANG SUDAH DIBERSIHKAN


Karena itu, marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, karena hati kita
telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (Ibrani 10:22)
Hati merupakan organ vital yang berfungsi menawarkan dan menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon, mengatur
komposisi darah yang mengandung lemak, gula, protein dan zat lain. Begitu pentingnya fungsi hati bagi masa depan
kehidupan manusia. Karena itu, kita dianjurkan untuk menjaga dan merawatnya dengan baik. Untuk menjaga agar hati
kita sehat, para pakar kesehatan menyarankan agar kita rajin berolah raga dan memiliki pola hidup sehat.
Kita mengenal istilah sakit hati, patah hati. Ini mengacu pada pengalaman yang menyakitkan dan membuat hidup
seseorang menjadi pahit atau traumatis sehingga sulit untuk mengampuni dan melupakan.
Ketika datang kepada Tuhan melalui doa, puji-pujian dan persekutuan dengan saudara seiman, kita harus memiliki hati
yang rela. Kita harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan telah membersihkan hati kita dari segala sesuatu yang dapat
menghambat persekutuan kita dengan Tuhan.
Kita diingatkan bahwa Tuhan telah membersihkan hati nurani kita dengan air yang murni oleh penebusan Kristus. Melalui
kuasa Roh Kudus, kita telah dimurnikan dari segala macam kepahitan hati, iri, dengki, sifat pendendam atau tidak mau
mengampuni. Tuhan telah membersihkan serta menyucikan kita dari sesuatu yang dapat merusak persekutuan kita dengan
Dia. Marilah kita datang kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Hilangkan segala sesuatu yang
ada di dalam hati kita yang dapat merusak persekutuan kita dengan Tuhan.
OLEH KEMURAHAN TUHAN, TUBUH DAN HATI KITA
TELAH DIBERSIHKAN DARI SEGALA KEJAHATAN

17 OKTOBER 22 BERBALIK PADA KASIH-NYA


... berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang.... (Yoel 2:13)
Seorang anak meninggalkan rumah. Setelah cukup lama, ia menyadari kesalahannya dan mengabari ayahnya bahwa ia
hendak pulang. Tak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, ia berkata akan pulang ke rumah jika melihat sehelai sapu
tangan putih tergantung di pagar. Keesokan harinya dengan pikiran pesimis ia berjalan menuju rumahnya. Ternyata, tak
hanya ada satu, tetapi puluhan sapu tangan putih mengelilingi rumah itu.
Nabi Yoel menyerukan agar bangsa Israel berbalik kepada Allah dari dosa mereka. Ia berupaya meyakinkan setiap orang
bahwa tulah belalang yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan atau bencana alam semata, tetapi karena amarah Tuhan (Yl.
1:2). Ia mendesak agar bangsa itu tak hanya bertobat, tetapi bahkan memuji-muji Allah dengan sangkakala yang biasanya
digunakan sebagai tanda hari raya atau bulan baru (Mzm. 81:3). Menurutnya, pertobatan akan membuat murka Tuhan
padam dan segenap bangsa itu akan selamat. Tak hanya menyuruh bertobat, ia mengajak mereka kembali berbalik pada
kasih Allah.
Seruan Nabi Yoel kepada bangsanya dikarenakan ia mengenal karakter Allah yang sesungguhnya maha Pengasih dan
Penyayang. Hal itu masih relevan hingga kini. Saat kita menyadari dan menyesali dosa, kita selalu dapat berbalik kepada
Allah dengan segenap hati, berpuasa, menangis, mengaduh, mengoyakkan hati dan bukannya pakaian. Lebih dari ayah
yang menanti anaknya dengan sapu tangan putih, Allah yang baik itu senantiasa menunggu untuk membersihkan kita dari
dosa.

BERTOBATLAH, MENANGISLAH, PUJILAH ALLAH,


DAN KEMBALILAH MENJADI ANAK-NYA

18 OKTOBER 22BERBALIK PADA KASIH-NYA


... berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang.... (Yoel 2:13)

Seorang anak meninggalkan rumah. Setelah cukup lama, ia menyadari kesalahannya dan mengabari ayahnya bahwa ia
hendak pulang. Tak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, ia berkata akan pulang ke rumah jika melihat sehelai sapu
tangan putih tergantung di pagar. Keesokan harinya dengan pikiran pesimis ia berjalan menuju rumahnya. Ternyata, tak
hanya ada satu, tetapi puluhan sapu tangan putih mengelilingi rumah itu.
Nabi Yoel menyerukan agar bangsa Israel berbalik kepada Allah dari dosa mereka. Ia berupaya meyakinkan setiap orang
bahwa tulah belalang yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan atau bencana alam semata, tetapi karena amarah Tuhan (Yl.
1:2). Ia mendesak agar bangsa itu tak hanya bertobat, tetapi bahkan memuji-muji Allah dengan sangkakala yang biasanya
digunakan sebagai tanda hari raya atau bulan baru (Mzm. 81:3). Menurutnya, pertobatan akan membuat murka Tuhan
padam dan segenap bangsa itu akan selamat. Tak hanya menyuruh bertobat, ia mengajak mereka kembali berbalik pada
kasih Allah.
Seruan Nabi Yoel kepada bangsanya dikarenakan ia mengenal karakter Allah yang sesungguhnya maha Pengasih dan
Penyayang. Hal itu masih relevan hingga kini. Saat kita menyadari dan menyesali dosa, kita selalu dapat berbalik kepada
Allah dengan segenap hati, berpuasa, menangis, mengaduh, mengoyakkan hati dan bukannya pakaian. Lebih dari ayah
yang menanti anaknya dengan sapu tangan putih, Allah yang baik itu senantiasa menunggu untuk membersihkan kita dari
dosa.

BERTOBATLAH, MENANGISLAH, PUJILAH ALLAH,


DAN KEMBALILAH MENJADI ANAK-NYA

19 OKTOBER 22KETIKA MARA PULANG


Tetapi ia berkata kepada mereka: “Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah
melakukan banyak yang pahit kepadaku.” (Rut 1:20)

Sebut saja namanya Jack. Pria 35 tahun itu mengalami berbagai hal yang buruk dalam hidupnya. Kondisi itu akhirnya
menimbulkan akar pahit dalam dirinya, yang tampak jelas dari perkataan yang terlontar dari mulutnya. Setiap kali ada
perkara yang mirip dengan pengalaman pribadinya, Jack pun segera berkata-kata dengan ketus, tajam dan tak jarang
disertai amarah yang meluap. Jika diperbolehkan mengganti nama, mungkin Jack akan menambahkan “Mara” sebagai
nama tengahnya.
Kepahitan hidup juga sempat dialami oleh Naomi. Harapan untuk keluar dari kesulitan hidup sirna ketika suami dan
kedua anak lelakinya mati di sana. Dalam kondisi jiwa yang lelah, ia memutuskan untuk pulang ke Betlehem. Rasa
sakitnya seperti dikorek ketika orang-orang di sana berkata, “Naomikah itu?” (ay. 19). Namun, ia tidak melontarkan kata-
kata kasar atau meluapkan amarah. Ia meminta mereka menyebutnya Mara karena ia mengalami berbagai peristiwa pahit.
Syukurlah, Allah tak membiarkan Naomi terus terpuruk. Melalui pernikahan Rut dengan Boas, senyum Naomi pun
kembali mengembang. Terlebih dengan lahirnya Obed, cucunya, yang kelak menjadi kakek Daud (Rut 4:13-17).
Terkadang Allah mengizinkan umat-Nya mengalami perkara yang buruk, bahkan yang menyebabkan kepahitan hati.
Namun, keputusan kitalah yang menentukan apakah kita akan menjadi orang yang dikuasai kepahitan. Atau sebaliknya,
kita menerima dengan kerelaan, seraya meyakini bahwa rencana-Nya indah bagi kita, sekalipun kini kita belum
memahaminya.

HANYA ALLAH YANG MEMILIKI “OBAT”


UNTUK MENYEMBUHKAN KEPAHITAN HIDUP MANUSIA

20 OKTOBER 22HAMBA YANG BERUNTUNG


Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada- Nya untuk meminta,
supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. (Lukas 7:3)
Ketika Yesus memasuki Kapernaum, atas suruhan seorang perwira, beberapa tua-tua Yahudi datang menemui-Nya.
Mereka meminta Yesus datang ke rumah perwira itu karena seseorang sakit dan membutuhkan pertolongan-Nya. Siapa
yang sakit? Rupanya, yang sakit bukanlah orangtuanya, bukan istri atau anaknya, melainkan hambanya!
Betapa beruntungnya hamba perwira itu. Sekalipun bagi tuannya ia begitu berharga karena kesetiaan dan kerajinannya,
statusnya tetaplah seorang hamba. Luar biasanya, ketika hamba itu sakit, perwira itu mau repot-repot mengutus tua-tua
Yahudi untuk memanggil Yesus! Bahkan ketika Yesus tidak jauh dari rumahnya, sekali lagi perwira itu menyuruh
sahabat-sahabatnya datang kepada-Nya untuk mengatakan sepatah kata dan hambanya itu akan sembuh. Faktanya, hanya
demi kesembuhan seorang hamba, perwira itu bukan hanya mengutus orang-orang kepercayaannya, melainkan juga
mempertaruhkan imannya!
Seperti hamba perwira itu, kita pun orang yang beruntung! Mengapa? Dahulu kita adalah hamba dosa, tetapi melalui
pengorbanan Kristus, kita dimerdekakan dan kini menjadi hamba Allah. Sebagai Tuan, kebaikan Allah dalam kehidupan
kita sungguh tak terkira. Bayangkan saja, Yesus menyebut kita sahabat-sahabat-Nya (Yoh. 15:15)! Dan lagi, Allah
mengangkat kita sebagai anak, yang juga merupakan ahli waris Kerajaan Allah (Rm. 8:15-17). Sungguh anugerah yang
sangat indah!
ANUGERAH ALLAH MENGUBAH STATUS KITA DARI
HAMBA YANG HINA MENJADI ANAK KESAYANGAN-NYA

21 OKTOBER 22MENOLAK ANUGERAH


“Siapa saja yang mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan siapa saja yang menolak kamu, ia menolak Aku; dan
siapa saja yang menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” (Lukas 10:16)

Yohanes merupakan sosok pemberita kerajaan Allah yang besar dan baik. Namun, ia ditolak oleh orang seangkatannya.
Kemudian Yesus datang dan banyak melakukan mukjizat. Namun, orang-orang di Khorazim, Betsaida dan Kapernaum
juga menolak-Nya. Sungguh konyol. Mereka banyak menerima pengajaran yang baik, tetapi tidak berubah menjadi lebih
baik.
Manusia yang tumpul perasaannya tidak dapat diikat dengan hukum, tidak bisa ditakuti dengan ancaman, tidak bisa
dibangunkan dengan hal-hal yang mengagumkan, tidak terperangah dengan hal yang mengerikan, tidak bisa disadarkan
dengan bukti yang nyata. Mereka tidak mau mendengar Alkitab, akal budi, suara hati, pengalaman, juga pemeliharaan
Ilahi. Karena itu, Yesus mengecam mereka.
Faktanya memang kita sering tidak bisa melihat hal baik pada saat pembelajaran atau teguran dari Allah datang. Padahal,
Allah sudah melakukan banyak cara untuk menyentuh kita. Sama seperti mereka dalam teks Alkitab, perasaan kita juga
cenderung tumpul.
Orang yang mengecam pembawa kabar keselamatan dari Tuhan tidak akan mendapatkan berkat dari anugerah. Alih-alih
tersentuh atau terbangun, mereka malah mencari dukungan untuk berprasangka buruk terhadap firman-Nya dan
memfitnah si pembawa berita.
Kita perlu belajar menerima ajaran dan didikan-Nya; siapa pun yang dipakai Tuhan untuk menyampaikannya. Kiranya
hati dan perasaan kita dilembutkan sehingga kebenaran-Nya memerdekakan dan mengubah kita, menuntun kita hidup
dalam anugerah-Nya.

KITA PERLU BELAJAR MENDENGARKAN DAN MENYAMBUT KEBENARAN


TANPA MELIHAT SOSOK PRIBADI YANG MENYAMPAIKANNYA

24 OKTOBER 22 PALSU
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan
buah yang tidak baik.” (Matius 7:17)

Saat ini, hampir semua barang sudah dipalsukan. Barang bermerek ada KW-nya. Baju, sepatu, tas, aksesoris, smartphone,
lagu, film, sampai obat dan makanan, semua telah dipalsukan. Telur palsu dibuat dari sodium alginate, gelatin dan
pewarna kimia. Penjual udang segar palsu juga melakukan trik kotor dengan menambahkan gelatin dan jelly ke dalam
badan udang. Kulit udang memang asli, tapi dagingnya palsu. Semua barang palsu tersebut jelas-jelas merugikan
konsumen.
Untuk menunjukkan eksistensi diri, orang jaman sekarang melakoni gaya hidup hedonis. Budaya hidup kekinian seakan
menjadi sesuatu yang wajib dipamerkan. Rela menunggu berjam-jam agar bisa duduk-duduk di kafe mahal hanya untuk
membeli sepotong kue kecil dan minuman yang harganya selangit. Rela berutang hanya agar bisa bergaya dengan tas
mewah. Merasa dirinya sangat bergengsi ketika terlihat berada di tempat mewah yang sulit dijangkau masyarakat kelas
bawah. Langkah terasa melayang ketika mengenakan sepatu model terbaru dan menenteng tas mahal.
Hati-hatilah dengan segala bentuk kepalsuan. Mencari jati diri tidak perlu harus mendapat pengakuan dari pandangan
orang lain terhadap kita. Berusaha mendefinisikan citra diri agar diakui orang lain membuat kita menjadi tidak jujur pada
diri sendiri. Hiduplah dalam kejujuran, tak perlu menggadaikan kebenaran. Hidup dalam kepalsuan begitu menyiksa.
Jadilah diri sendiri, dan biarlah kehidupan kita menghasilkan buah yang selaras dengan identitas kita sebagai anak Allah.

TAK PERLU HIDUP DALAM KEPALSUAN. KITA DIUNDANG UNTUK MENGHASILKAN BUAH
YANG SELARAS DENGAN IDENTITAS KITA SEBAGAI ANAK ALLAH

25 OKTOBER 22 SUARA TUHAN DI BALIK BENCANA

Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka,
dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian. (Yoel 1:3)
Hampir setiap hari kita disuguhi berita bencana di layar kaca. Gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, gunung
meletus silih berganti menghiasi berita. Apakah bumi yang semakin tua? Atau ulah manusia semakin menggila
mengeksploitasi bumi demi uang? Atau Tuhan mulai bosan dengan tingkah polah kita? Semuanya hanya tanya dan
jawabnya terdengar sayup-sayup tak jelas. Apa makna terjadinya bencana bagi kita? Apa pula hikmah yang bisa kita petik
dari petaka yang terjadi?
Nubuat apa yang disampaikan nabi Yoel? Serbuan belalang yang mengerikan! Begitu mengerikan karena bencana sehebat
itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Di ayat 4 ada keterangan tentang empat jenis belalang yang muncul susul-menyusul:
belalang pindahan, belalang pengerip, belalang pelompat, dan belalang pelahap. Dapat kita perkirakan betapa besarnya
"pasukan" belalang ini. Seluruh dedaunan luluh lantak digunduli dan tanaman dibuat rata dengan tanah. Bagi masyarakat
agraris, bencana ini sangat mengerikan.
Kendati bukan berwujud hama belalang, negeri kita akhir-akhir ini tak sepi dari bencana. Seruan Yoel untuk bangun dan
meratap mengajak kita untuk memaknai bencana atau krisis dengan doa dan keprihatinan seraya bertanya, "Apa suara
Tuhan yang hendak diperdengarkan buat bangsa kita?" Kiranya kita belajar untuk peka mendengar suara Tuhan dari balik
bencana yang terjadi. Semoga kita juga diberi keberanian untuk mewartakan suara Tuhan agar bangsa ini dapat belajar
dari bencana dan bertobat dari dosa-dosanya.

KITA INI MAKHLUK PEMBELAJAR, JADI BISA BELAJAR


DARI APA SAJA BAHKAN DARI BENCANA SEKALIPUN

25 OKTOBER 22 HIDUP DALAM DONGENG


Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Timotius 4:4)

Belum lama ini muncul agama baru bernama “Way of the Future,” yang menjadikan kecerdasan buatan sebagai figur
Tuhan. Peristiwa ini membuktikan bahwa pada akhir zaman ini manusia rentan terbuai oleh dongeng, yakni semua hal
yang sesuai dengan keinginan telinga tanpa peduli akan kebenaran. Contohnya, manusia dapat menikah dengan robot.
Robot dapat diprogram untuk mengiyakan semua keinginan kita tanpa peduli akan esensi kebenarannya. Mengerikan,
bukan?
Ayat hari ini mencatat, manusia akan mencari segala sesuatu yang dapat memuaskan mata dan telinga mereka tanpa
memandang apakah hal itu benar atau tidak. Lantas, apa yang harus kita lakukan terhadap serbuan kemajuan teknologi
yang tidak terhindarkan ini?
Syukurlah firman Tuhan telah memberikan jalan keluarnya (ay. 2-3). Firman Tuhan dapat dijadikan pegangan dan
petunjuk bagi orang beriman sejak saat ditulis sampai pada akhir zaman. Kita harus siap sedia. Artinya, kita harus sudah
memiliki dasar firman yang teguh sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran.
Kita harus menguasai diri kita dalam segala hal. Kita menyatakan apa yang salah dan menasihati mereka yang keluar dari
koridor kebenaran dengan sabar. Dan, kita menunaikan tugas pelayanan, yakni memberitakan kebenaran firman-Nya.
Dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan dimampukan untuk tetap berpegang dalam kebenaran firman Tuhan di tengah
dunia yang terbuai dalam dongeng.

FIRMAN TUHAN ADALAH KEBENARAN YANG SENANTIASA RELEVAN


UNTUK MENANGKIS DONGENG DAN KEPALSUAN DARI ZAMAN KE ZAMAN

26 OKTOBER 22
MARTA YANG TAK TENANG
Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal.” (Lukas 10:41)
Dalam nasihat kepada jemaat, seorang pendeta menyoroti kurangnya kesabaran umat Tuhan untuk berdiam diri di dalam
hadirat-Nya. Mereka dapat duduk dengan tenang selama berjam-jam untuk melakukan kegiatan lain, tetapi tak tahan
berdiam selama 15 menit saja untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. “Seandainya lebih banyak orang Kristen
bertahan sedikit lebih lama dalam hadirat-Nya, niscaya mereka akan menerima tuntunan Tuhan lebih lagi melalui firman-
Nya,” katanya.

Alkitab menuliskan bahwa Marta memiliki seorang saudara bernama Maria, yang juga duduk di dekat kaki Yesus dan
mendengarkan perkataan-Nya (ay. 39). Melalui keterangan ini, kita mengerti bahwa awalnya Marta juga duduk di dekat
Yesus, tetapi tak lama. Keinginan untuk menjamu Yesus nampaknya lebih kuat daripada untuk mendengarkan Yesus
berbicara sehingga ia pun meninggalkan Maria. Yesus menegurnya ketika Marta protes kepada Yesus (ay. 41). Bagi
Yesus, saat itu Maria telah mengambil sikap yang tepat dengan berada di dekat-Nya. Hal yang sebenarnya diharapkan-
Nya juga pada diri Marta. Bukankah lain waktu ada kesempatan bagi Marta untuk melayani Dia?
Berapa banyak orang percaya bersikap seperti Marta, yang kurang peka merespons keinginan Yesus, agar mereka duduk
diam mendengarkan sabda-Nya? Melayani Tuhan memang dapat menyenangkan hati-Nya, tetapi hal itu dapat
menyebalkan hati-Nya ketika Dia sedang menginginkan kita mendengarkan perkataan-Nya.
DUDUK MENDENGARKAN SABDA-NYA JUGA
MERUPAKAN TINDAKAN PELAYANAN KEPADA-NYA

27 OKTOBER 22 PERTANYAAN TUHAN


“Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” (Markus 10:51a)
Tuhan Yesus bertanya kepada Bartimeus, seorang pengemis buta di Yerikho, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku
perbuat bagimu?” Mengapa Tuhan yang Mahatahu masih juga bertanya? Ketika Bartimeus berseru, “Yesus, Anak Daud,
kasihanilah aku!” Yesus tahu kebutuhan di balik seruan itu, tetapi Ia bersikap sangat manusiawi: bertanya.
Bertanya adalah cara mudah mengetahui sesuatu, cara sederhana mendapat penjelasan tentang apa yang ingin kita ketahui.
Ketika Tuhan bertanya, Dia tidak sekadar menginginkan penjelasan, tetapi juga “memanusiakan” Bartimeus. Inilah
kearifan yang kita sering abaikan. Kita merasa tahu tanpa harus bertanya, bahkan gemar menjawab sendiri pertanyaan
yang kita ajukan. Kita sering “memahami” harapan orang lain tanpa pernah mendengar harapan yang sebenarnya. Kita
sering merumuskan kebutuhan orang lain tanpa tahu pasti apa yang dibutuhkan. Yesus tidak bersikap demikian. Dia
bertanya, dan Bartimeus menjawab, “Rabuni, aku ingin dapat melihat!” Ternyata bukan sedekah yang diminta Bartimeus,
melainkan kuasa Tuhan memulihkan penglihatannya. Saat itu juga ia disembuhkan-Nya.
Ketika Yesus bertanya tentang kebutuhan Bartimeus, sebenarnya Dia sedang memulihkan harkat kemanusiaan Bartimeus.
Bukan hanya menyembuhkan matanya secara fisik, melainkan memulihkan dirinya sebagai manusia yang berani
mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya. Seperti Yesus, kita dapat berbuat lebih bijak dengan bertanya dan
membuka hati untuk mendengarkan harapan atau keinginan orang lain. Semoga.

KESEDIAAN UNTUK BERTANYA SECARA TULUS ADALAH LANGKAH


SEDERHANA UNTUK MENGHARGAI DAN MEMANUSIAKAN SESAMA

28 OKTOBER 22 MEMPERTAHANKAN KENYAMANAN


“Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya
mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah
yang matang.” (Lukas 8:14)
Ada diskusi menarik setelah beberapa tahun saya bekerja di sebuah instansi. Waktu itu gaji kami baru saja dinaikkan.
Standar penghasilan kami memang tidak sebesar mereka yang bekerja di instansi lain, apalagi dibanding di perusahaan.
Tak heran, ketidakpuasan pun merebak. Tetapi seorang teman berujar, setengah menertawakan dirinya, bahwa dulu
tatkala gaji masih kecil, dirinya merasa cukup. Setelah gaji dinaikkan, dia justru merasa tidak cukup. Harus saya akui,
yang dia katakan benar adanya. Naiknya penghasilan ada kalanya justru bisa memperbesar perasaan tidak puas.
Ketika hidup terasa semakin nyaman, kita pun berusaha mempertahankan kenikmatan itu. Tuntutan kita bahkan justru
semakin meningkat. Munculnya kekhawatiran menjadi pertanda ketidakrelaan kita kehilangan kenyamanan yang telah
kita raih. Masalahnya, rasa khawatir lalu menggerogoti hidup rohani kita. Yesus menggambarkan kekhawatiran dan
kenikmatan hidup itu bagaikan tanah yang dipenuhi semak duri. Firman Tuhan tidak lagi menyegarkan jiwa karena tidak
mampu bertumbuh subur.
Kesejahteraan jiwa seharusnya kita utamakan. Caranya adalah dengan membaca, merenungkan, dan hidup di dalam
firman setiap saat (Mzm. 1:2-3). Namun kita sering berpikir terbalik. Kita menyibukkan diri sedemikian rupa untuk
mengejar penghasilan tambahan. Akibatnya, kita kelelahan dan dipenuhi kecemasan. Saatnya kita kembali mengutamakan
firman Tuhan. Agar kita memperoleh kepuasan hidup yang sejati.
MARI KITA MENGEJAR KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA,
SEMBARI MEMPERSILAKAN TUHAN MENGURUS SISANYA.—Matius 6:33

31 OKTOBER 22
MENGHADAPI TRAUMA
“Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN: anak-anak akan kembali ke daerah mereka.”
(Yeremia 31:17)

Pada bulan-bulan Juni 2006-Juni 2007 adik saya, yang bekerja di Badan Pertanahan Nasional (BPN), mendapat tugas
khusus di Aceh. Tugasnya mengembalikan batas tanah milik warga yang terkena tsunami. Saat itu trauma akan tsunami
masih kuat: air yang tiba-tiba datang menghantam rumah penduduk, menggulung dan memutarbalikkan kehidupan dalam
sekejap.
Trauma bercokol di benak seseorang karena peristiwa tragis yang terus dikenang. Tak ada seorang pun yang pernah
mengundang kemalangan, bencana, atau musibah hadir dalam hidupnya—tapi dari situlah trauma berasal. Trauma seperti
mimpi buruk: tak diduga datang, tapi terus membayangi kita.
Setelah bangsa Israel dibuang, nabi Yeremia mengenang kejayaan masa lalu bangsa itu. Bila kita membaca kitab Yeremia
dari awal hingga akhir, kita pun akan tahu, bahwa Yeremia dilanda ketakutan dan sering meratap. Namun, di balik
ketakutan dan kengerian yang ia tuliskan, ia percaya adanya hari depan yang baik bagi Israel—“Sesungguhnya, waktunya
akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa kota itu akan dibangun kembali bagi TUHAN...” (ay. 38).
Kehidupan terus bergulir. Seseorang yang merasakan trauma saat mengenang masa lalunya, bisa bangkit dan merasakan
sukacita saat memandang masa depannya. Keadaan kita hari ini adalah proyeksi dari masa lalu kita; dan keadaan hari
depan semestinya merupakan proyeksi dari hari ini, bukan melulu masa lalu. Berbeda bukan, bila hari ini kita
memercayakan hidup kita pada janji dan penyertaan Tuhan?

MASA DEPAN YANG GEMILANG SUNGGUH ADA. KITA PERLU MENATA HATI
SAAT INI DENGAN MENGAMPUNI DAN MELUPAKAN MASA LALU

Anda mungkin juga menyukai