Anda di halaman 1dari 2

Bacalah 1 Korintus 15:33, Lukas 1:9, 2:24, Kisah Para Rasul 6:14.

Makna apa yang terdapat pada ayat-


ayat tersebut ?

1. “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1
korintus 15:33).
Ayat yang sangat singkat tapi memiliki makna yang sangat mendalam untuk dipahami
dan dilakuka. Menurut KBBI sesat adalah tidak melalui jalan yang benar, dalam hal ini
kita pasti tidak ingin sampai ke tujuan yang tidak kita inginkan maka dari itu ayat
tersebut mengajarkan agar kita tidak menuju jalan yang salah. Misalnya dalam pergaulan
anak muda zaman sekarang yang menganggap enteng hal-hal yang dilarang dalam
alkitab. Pergaulan adalah salah satu yang bisa membuat kita sesat jika salah memilih
pergaulan. Saya ingin menceritakan pengalaman pribadi, saya pernah memiliki teman
yang awalnya saya tidak tau jika dia menggunakan obat-obatan terlarang dan pada suatu
malam saya diajak untuk berkumpul. Yang saya tidak tau adalah mereka berencana
menggunakannya malam itu, pada saat mereka mengajak saya untuk mencobanya saya
tidak berani dan tidak ada niat untuk mencoba dan selanjutnya saya menjauhinya. Dari
hal itu saya paham bahwa pergaulan yang salah bisa merusak kebaikan kita dan jika saya
tidak menjauhinya mungkin saya tidak akan memulai untuk kuliah saat ini dan hanya
melakukan hidup yang penuh dengan dosa.

2. “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas,
dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.”
(Lukas 1:9)
“dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum
Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur  atau dua ekor anak burung merpati.” (Lukas 2:24).
Kita kadang-kadang bertemu dengan teman kita yang sedang menghadapi penderitaan
yang begitu berat dan menyesakkan. Mereka terpukul karena harus menghadapi penyakit
yang tidak dapat disembuhkan. Mereka sudah berusah ke mana pun untuk pengobatan
tetapi hasilnya nol. Semuanya sudah habis; bukan hanya harta tapi juga harapan. Mereka
menghadapi situasi batas. Situasi yang sulit dihadapi dan diatasi tanpa campur tangan
Allah. Di saat situasi menghimpit semacam ini, kata-kata Bunda Maria cukup
memenangkan dan meneguhkan; “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataan-Mu itu.” Itulah sikap iman yang penuh harapan.sikap yang
didasari oleh rasa percaya yang mendalam pada kerahiman Allah. Percaya sungguh
bahwa Allah bukanlah Allah yang dingin dan tidak pernah mau peduli dengan beban
hidup kita. Allah adalah Bapa kita. Kalau Dia itu Bapa, pasti tidak akan tega melihat
anak-Nya terlantar dan teraniaya. Kepercayaan seperti inilah yang akan menghadirkan
sepercik harapan akan kebaikan, sehingga hidup dirasakan menjadi lebih ringan.

3. ”sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan
merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada
kita.” (Kisah Para Rasul 6:14)
Ada pepatah jawa: "Jujur Ajur", artinya orang yang jujur akan tertimpa kehancuran atau
hal-hal yang buruk. Pepatah ini ada benarnya. Karena orang yang baik, jujur, dan
berintegritas sering kali dibenci dan difitnah oleh orang fasik.
Kisah Stefanus merupakan contoh nyata. Ia dikenal sebagai orang saleh yang dipenuhi
Roh Kudus dan memiliki karunia untuk melakukan mukjizat. Stefanus bukan hanya
melakukan banyak tanda ajaib, tetapi juga sangat berhikmat. Hal ini tampak saat Stefanus
berdebat dengan beberapa anggota jemaat Libertini, orang Yahudi dari Kilikia dan Asia
(9). Dalam debat tersebut, mereka kalah berargumen dengan Stefanus (10). Untuk
menutupi rasa marah dan malu, mereka menyebar hasutan dan fitnahan di antara jemaat
bahwa Stefanus telah menghujat Musa dan Allah (11). Bersama dengan para tua-tua dan
ahli taurat, mereka menuding Stefanus telah melakukan penodaan agama. Itu sebabnya
Stefanus diseret ke Mahkamah Agama untuk diadili (12).
Dalam pengadilan agama, tuduhan kepada Stefanus bertambah berat. Ia dituduh bukan
hanya menghujat Musa dan Allah, tetapi juga menghina kewibawaan Bait Allah dan
Hukum Taurat (14). Sempurnalah sudah rekayasa mereka yang sangat jahat dan keji itu
demi membinasakan Stefanus.
Apakah reaksi Stefanus saat mendengar semua tuduhan palsu yang dilontarkan orang-
orang yang memusuhinya? Ia mengambil sikap diam. Tidak ada sepatah kata pun yang
terlontar dari mulutnya untuk membela diri. Hatinya sangat damai dan tentram. Tidak ada
ketakutan dan kekhawatiran tampak di wajahnya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada
Yesus yang diimaninya. Tatapan matanya memancarkan ketulusan dan kejernihan
hatinya. Wajahnya seperti wajah seorang malaikat.(15).
Bagaimana dengan kita saat difitnah orang? Apakah respons kita? Marah, panik, takut,
atau gelisah? Marilah kita belajar dari Stefanus untuk tetap tenang dalam kondisi apa pun
dan menyerahkan semuanya kepada rahmat Allah. Stefanus agaknya tahu bahwa pasrah
merupakan sikap terbaik.

Sumber :
https://www.mirifica.net/2014/12/18/renungan-harian-jumat-19-desember-2014/
http://renungan.stefanussusanto.org/2018/05/e-sh-1-juni-kisah-para-rasul-68-15.html

Anda mungkin juga menyukai