Anda di halaman 1dari 7

Sabtu, 22 Oktober 2022

Bacaan: Lukas 13: 1-9


Rhema: Lukas 13: 2

Lukas 13: 2
Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada
dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?

Renungan:
Saya mengenal beberapa wanita yang mungkin dapat dikatakan dari kacamata awam ‘kurang
beruntung’. Satu teman saya ini perkawinannya kandas dan dua dari ketiga anak-anaknya
meninggal dalam kurun waktu beberapa tahun. Seorang yang lain, ditinggal pergi oleh suaminya
dan karena tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan ia mengalami pelecehan oleh tetangganya.
Yang mengagumkan bagi saya adalah kedua wanita ini melayani gereja dengan begitu bersungguh-
sungguh.

Ketika saya berkumpul dengan beberapa umat gereja yang saya kenal, mereka sempat
membicarakan kedua wanita ini. Ada yang positif dan tidak menghakimi, namun ada juga yang
serta merta mengatakan bahwa mungkin semua itu terjadi karena kesalahan di masa lalu yang
mereka perbuat di masa lalu. Jujur, saya sedih sekali mendengarkan pernyataan terakhir ini.

Dalam Lukas 13: 2 dan diulangi di Lukas 13: 4, Yesus menyatakan bahwa nasib buruk atau kejadian
yang buruk yang terjadi kepada seseorang tidak selalu berarti bahwa dosa orang itu lebih berat
daripada kita yang sehat dan memiliki kehidupan yang baik. Kita sebagai sesama mereka tidak
memiliki hak sedikitpun untuk memberikan penghakiman.

Di ayat 3 dan 5, Tuhan Yesus menyatakan bahwa sepanjang kita mau bertobat, kita tidak akan
mengalami atau binasa dengan cara seperti itu. Kita tidak tahu, apa yang terjadi dalam kehidupan
seseorang itu adalah rahasia Ilahi. Kita tidak berhak menghakimi dan merasa lebih suci. Barangkali
saat ini mereka semua itu sedang menjalani masa pertobatan dan hanya Tuhan yang mengetahui
dan berhak menilai. Kita sebagai sesama mereka, bisa saja bernasib seperti mereka. Kemurahan
Tuhan lah yang membuat hidup kita lebih baik. Oleh karenanya, kita harus selalu berusaha
memberikan dukungan dan mendoakan.

Doa:
Tuhan, Allah yang selalu penuh kasih ajarkan kepada kami untuk dapat selalu bersyukur
atas segala berkat kehidupanMu. Ajar kami untuk lebih rendah hati dan menyikapi
keadaan sesama kami dengan bijaksana. Tuhan sudah karuniakan kepada kemampuan
kami untuk mengampuni dan mengasihi sesama kami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara
kami. Amin.
Minggu, 23 Oktober 2022

Bacaan: Sirakh 35: 12-14, 16-18


Rhema: Sirakh 35: 13

Ayat 13:
Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-
Nya.

Renungan:
Dalam sebuah sinetron yang sekilas saya tonton di sebuah stasiun televisi, dikisahkan dua
orang anak yang berasal dari keluarga yang miskin dan yang kaya. Seperti cerita sinetron tv
yang sekarang ini marak, si miskin ini dikisahkan sebagai anak yang baik, sopan, dan tertib
sementara si kaya ini anak yang brangasan, sombong dan tidak sopan. Suatu saat, anak si
orang kaya ini membuat kegaduhan dan membuat si anak miskin celaka. Nasib pun
berpihak pada si miskin karena kemudian dikisahkan bahwa si kaya kehilangan harta
benda karena musibah dan sebaliknya si miskin bekerja keras dan menjadi orang yang
sukses.

Menurut saya cerita-cerita sinetron yang semacam ini begitu menyesatkan dan tidak
mendidik. Masyarakat diajarkan untuk mengkotak-kotakkan tipe manusia sedemikian rupa
sehingga hal ini menimbulkan perilaku manusia yang menyimpang dengan berpura-pura
dalam kondisi yang kurang baik. Orang-orang kemudian cenderung untuk mencari simpati
dan keberpihakan dari masyarakat luas ketika mereka mengalami masalah dengan bersikap
sebagai korban.

Tuhan tidak demikian. Ia tidak memihak. Ia sungguh adil. Namun Tuhan amat sangat
berkenan mendengarkan jeritan kita ketika kita berada dalam situasi yang tertindas dan
diperlakukan tidak adil. Tuhan mampu melihat segala sisi sikap dan tingkah laku kita. Hal
itulah mengapa Ia mampu seadil-adilnya dalam membela perkara-perkara kita asalkan kita
hidup benar dan memohon penyertaanNya.

Doa:
Ya Tuhan, Bapa yang penuh dengan Kasih. Kami bersyukur untuk segala kebaikanMu.
Kami percaya bahwa Engkau mendengarkan doa setiap kami. Kiranya berkatMu atas kami
selalu memampukan kami untuk senantiasa mengandalkan Engkau. Demi Kristus Tuhan
dan Pengantara kami, Amin.
Senin, 24 Oktober 2022

Bacaan: Lukas 13: 10-17


Rhema: Lukas 13: 15

Ayat 15:
Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di
antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan
membawanya ke tempat minuman?

Renungan:
Tidak mengherankan ketika Bunda Teresa menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Beliau menerima
penghargaan “atas nama orang yang lapar dan tidak diperhatikan di seluruh masyarakat.” Mereka
adalah orang-orang yang ia layani dalam hidupnya.

Yesus mencontohkan bagaimana merawat dan mengasihi mereka yang terpinggirkan, apa pun
keadaannya. Tidak seperti para pemimpin agama yang lebih menghormati hukum Sabat daripada
orang sakit, ketika Yesus melihat seorang wanita sakit di bait, Ia tergerak oleh belas kasihan. Ia
memanggilnya kepada-Nya dan berkata bahwa dia telah sembuh. Dengan menyentuhnya, Ia
membuat marah pemimpin agama karena itu hari Sabat. Yesus, Tuhan yang lebih berkuasa dari hari
Sabat, dengan belas kasih memilih untuk menyembuhkan wanita itu—seseorang yang telah
menghadapi ketidaknyamanan dan penghinaan selama18 tahun.

Seberapa sering kita melihat seseorang tidak layak mendapatkan belas kasih kita. Seseorang yang
‘meminta’ sepanjang kita mengenal mereka dan justru tidak ‘menganggap’ kita. Mungkin kita juga
pernah mengalami penolakan karena tidak memenuhi standar orang lain.

Bagaimanapun, kiranya Tuhan memampukan kita agar kita tidak seperti elite agama yang lebih
mementingkan hal-hal lain daripada sesama manusia. Sebaliknya, mari kita ikuti teladan Yesus dan
perlakukan orang lain dengan belas kasih dan cinta.

Doa:
Tuhan, mampukanlah kami untuk terus menerus mengusahakan agar kami mampu hidup
dengan baik, bekerja dengan bersungguh-sungguh dan melayani sesama kami. Jadikanlah
FirmanMu pelita kehidupan kami yang menunjukkan jalan kehidupan kami yang Engkau
kehendaki. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Selasa, 25 Oktober 2022

Bacaan: Lukas 13: 18-21


Rhema: Lukas 13: 21

Ayat 21
Ia seumpama ragi 2 yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga
sukat sampai khamir seluruhnya. l "

Renungan:
Yesus menggunakan cerita ini sebagai objek pelajaran untuk menggambarkan kerajaan
surga. Seorang wanita mengambil ragi dan mencampurnya menjadi adonan. Akhirnya,
seluruh adonan beragi. Apa artinya?

Pertama, penting untuk mendefinisikan “kerajaan surga.” Dengan ini, Yesus mengacu pada
wilayah kekuasaan-Nya sebagai Mesias. Di zaman sekarang, kerajaan surga bersifat rohani,
ada di dalam hati orang-orang percaya (Lukas 17:21). Kelak, kerajaan itu akan terwujud
secara fisik, ketika Tuhan Yesus menegakkan takhta-Nya di bumi ini (Wahyu 11:15).

Dalam Perumpamaan tentang Ragi, kita belajar beberapa hal tentang cara kerja kerajaan di
zaman kita sekarang.

Sifat ragi adalah untuk tumbuh dan mengubah apa pun yang bersentuhan. Ketika kita
menerima Kristus, kasih karunia-Nya tumbuh di dalam hati kita dan mengubah kita dari
dalam ke luar. Ketika Injil mengubah kehidupan, Injil memberikan pengaruh yang meluas
di dunia pada umumnya. Saat kita “mencerminkan kemuliaan Tuhan, [kita] sedang
diubahkan menjadi serupa dengan-Nya dengan kemuliaan yang terus bertambah, yang
berasal dari Tuhan, yang adalah Roh” (2 Korintus 3:18).

Selain itu, meskipun kerajaan Allah bekerja tanpa terlihat, pengaruhnya nyata bagi semua
orang. Ragi melakukan tugasnya secara perlahan, diam-diam dan diam-diam, tetapi tidak
ada yang bisa menyangkal pengaruhnya terhadap roti. Hal yang sama berlaku untuk
pekerjaan kasih karunia di dalam hati kita.

Ragi berupa butiran-butiran kecil yang hanya dengan sedikit saja dapat membuat suatu
adonan mengembang. Kerajaan Allah di dunia juga demikian. Kerajaan Allah mungkin
memiliki awal yang kecil, tetapi akan meningkat. Dengan cara yang sama, wilayah
kekuasaan Yesus dimulai dengan dua belas orang rasul, tetapi telah menyebar ke seluruh
dunia.

Kita adalah bagian ‘ragi’ yang dipersiapkan Allah untuk mengembangkan Kerajaan Allah di
dunia. Tentunya kita semua mempunyai cara yang berbeda dalam ‘menyentuh’ kehidupan
dunia, namun kita harus selalu tumbuh dan membawa pengaruh ‘Karunia Allah’ di sekitar
kita.

Doa:
Tuhan yang baik dan penuh dengan kuasa. Mampukanlah kami untuk selalu mendekatkan
diri kami kepadaMU dan mempercayai perkataan FirmanMu yang akan tergenapi dalam
hidup kami. Ajar kami untuk taat dan setia menyebarkan cinta kasih dan damai sejahtera
Allah kepada orang lain. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami, Amin.
Rabu, 26 Oktober 2022

Bacaan: Lukas 13: 20-30


Rhema: Lukas 13: 30

Ayat 30
Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada
orang yang terdahulu 2 yang akan menjadi orang yang terakhir. s "

Renungan:
Bacaan di atas menyatakan Yesus adalah jalan untuk memasuki Kerajaan Allah. Dia
mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita dan membantu kita
memasuki pintu yang sempit untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Untuk memasuki pintu yang sempit itu kita harus berusaha keras untuk memasukinya
dengan cara menanggung pergumulan hidup dalam hal godaan hanya untuk menjalani
hidup yang mudah. Dalam hidup ada saat-saat kita merasa sulit untuk hidup, kita berjuang
sepanjang waktu, kadang-kadang kita berada dalam begitu banyak penderitaan dan di
situlah godaan masuk.

Yesus adalah satu-satunya jalan melalui pintu yang sempit, firman-Nya adalah apa yang
kita butuhkan sebagai panduan tentang bagaimana kita dapat mengikuti pergumulan itu.

Dalam ayat ke-30 dikatakan “Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi
orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir. "
Di sini Allah menyatakan bahwa dalam menghadapi segala godaan untuk berbuat dosa, Tuhan ingin
kita selalu setia kepada Dia. Tuhan menghargai orang-orang yang setia sampai akhir. Tidak
masalah apakah sebelumnya ia adalah manusia berdosa dengan cacat cela. Asalkan ia datang
kepada Yesus dan memohon ampunanNya dan ia dapat menjadi orang terakhir yang pertama.

Doa:
Tuhan yang baik dan penuh dengan kuasa. Ajar kami untuk taat dan setia pada kasihMu.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami, Amin.

Kamis, 27 Oktober 2022


Bacaan: Efesus 6: 10-20
Rhema: Efesus 6: 16

Ayat 16:
dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan
dapat memadamkan semua panah api dari si jahat

Renungan:
Seorang murid saya kelas 3 SD bernama Jovan, suatu hari datang dengan jaket tebal
dan menolak untuk melepaskan. Saya membiarkan sampai waktu istirahat tiba dan
saya bertanya mengapa ia mengenakan jaket setebal itu.

Jovan mengatakan bahwa ada seorang teman yang suka sekali mencubitnya.
Menurut teman ini, ia gemas kepadanya sehingga ia tidak bisa marah. Namun
karena ia merasa terganggu, ia tidak dapat berbuat apapun kecuali berusaha
bertahan dengan meakai jaket tebal itu.

Bagi Jovan, jaket tebal itu adalah perisai agar ia tidak marah dan memukul
temannya. Demikian juga dengan kita, seringkali kita mengalami ‘cubitan-cubitan’
godaan yang kecil yang kadang-kadang tanpa terasa kita dapat secara reaktif
melakukan sesuatu yang merugikan kita sendiri.

Itulah mengapa, Paulus mengatakan kepada kita agar kita memakai perisai iman
dalam segala keadaan. Kita tidak pernah tahu kapan ‘cubitan’ itu datang, seringkali
kita sulit merasakan dan tahu-tahu kita sudah di ambang berbuat dosa dengan
melepaskan amarah dan sebagainya.

Perisai iman yang saya miliki adalah doa, terutama doa Rosario yang saya rasakan
sangat besar pengaruhnya bagi saya. Begitu banyak situasi yang kemudian mereda
karena doa ini. Setiap kita pasti memiliki perisai iman masing-masing dan bagi saya
itu adalah doa terutama doa Rosario.

Doa:
Bapa, Terima kasih Tuhan untuk kasihMu yang sedemikian besar yang kami boleh rasakan
dalam karya dan berkat keselamatan dariMu. Terpujilah namaMU, Bapa. Biarlah seluruh
isi dunia memuliakan namaMu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami, Amin.

Jumat, 28 Oktober 2022


Bacaan: Efesus 2: 19-22
Rhema: Efesus 2; 17

Ayat 17:
Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan
damai sejahtera kepada mereka yang "dekat”

Renungan:
Seorang pengungsi muda Afrika yang bernama Steven adalah seorang pria tanpa
negara. Dia pikir dia mungkin lahir di Mozambik atau Zimbabwe. Tapi dia tidak
pernah tahu ayahnya dan kehilangan ibunya. Dia melarikan diri dari perang
saudara, bepergian dari satu negara ke negara lain sebagai pedagang kaki lima.
Tanpa identitas dan tidak dapat membuktikan tempat lahirnya, Steven berjalan ke
kantor polisi Inggris, meminta untuk ditangkap. Penjara bagi Steven tampak lebih
baik daripada mencoba eksis di jalanan tanpa hak dan manfaat kewarganegaraan.

Di dunia ini, keadaan tidak memiliki status adalah sulit karena segala sesuatu sangat
terkait. Semua data tentang kita sangat terkait dengan data yang lain seperti no.
handphone dan sebagainya. Bayangkan bila kita tidak mempunyai status
kewarganegaraan seperti Steven maka kita akan seperti seseorang yang tidak nyata
di dunia ini.

Beruntunglah bahwa kabar damai sejahtera diperuntukkan bagi siapapun dan


bahkan tidak memerlukan status. Paulus mengatakan Ia datang dan memberitakan

damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "deka t.
Dari sudut bumi manapun, kita selalu mempunyai akses damai sejahtera dari Tuhan, siapapun kita
bagaimanapun kita dan dari manapun kita.

Semoga Allah membantu kita untuk hidup dalam keamanan—untuk mengetahui


setiap hari rasa memiliki yang kita miliki sebagai anggota keluarga-Nya adalah
melalui iman kepada Yesus Kristus dan untuk memahami hak dan manfaat memiliki
rumah kita di dalam Dia.

Doa:
Tuhan, Bapa yang baik. Ajar kami untuk selalu dapat menjadi saluran damai sejahtera.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Anda mungkin juga menyukai