Anda di halaman 1dari 2

13/ BS/ GKPI Jemaat Khusus Saroha Doloksanggul

BAHAN SERMON KHOTBAH PARTANGIANGAN SEKTOR


Minggu : 15 Setelah Trinitatis (17 September 2023)
Epistel : Kejadian 50 : 15 - 21
Tema : "Janganlah Engkau Menghakimi"

I. Pendahuluan
 Kisah tentang Yusuf di dalam perikop Kejadian 50 : 15 - 21 ini merupakan salah satu
kisah yang sangat menyentuh hati setiap orang. Kerendahan hati dan sifat mau
memaafkan dari Yusuf terhadap saudara-saudaranya yang telah berkelakuan jahat
terhadap dirinya sesungguhnya menjadi bukti bahwa nilai-nilai kehidupan yang benar
itu sudah ada dalam diri manusia, tinggal bagaimana manusia dapat
mengembangkannya dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Sifat pemaaf juga merupakan gambaran dari sifat Allah Bapa yang kita sembah.
Sebagaimana Allah yang memiliki kasih yang tak berkesudahan demikianlah juga
bahwa pengampunannya selalu terbuka bagi orang-orang yang berdosa yang mau
menyesali setiap pelanggaran dan dosa yang dia perbuat. Di dalam Kitab Kejadian ini,
kita akan temukan bagaimana sifat pemaaf dan pengampun ini dapat menyelamatkan
banyak orang dari jurang penderitaan dan membimbing orang banyak untuk dapat
menikmati indahnya persekutuan dan kehidupan yang lebih baik.

II. Penjelasannya
1. Memaafkan saudara berarti memberi hidup bagi dia.
Frere Roger atau sering dipanggil Bruder Roger adalah seorang pendiri komunitas
1
Taize yang terletak di Prancis. Komunitas Taize ini hidup dalam doa dan meditasi, dan
penekanannya mengajak setiap orang untuk bersatu di dalam perdamaian (rekonsilisasi) dan
kasih. Ia menyampaikan sebuah statement yang sangat indah demikianlah bunyinya "Untuk
menjadi seorang Kristen, kita memang harus menjadi seorang Kristus bagi orang lain".
Ungkapan Roger ini juga menjadi inspirasi bagi Mother Theresa seorang Biarawati yang
pernah membaktikan hidupnya untuk melayani orang-orang miskin dan sakit di Kalkuta, India.
Ungkapan Roger ini sangat menginspiratif, bahkan kembali menguji kesungguhan hati dari
pribadi kita masing-masing bahwa kita dihimbau untuk menjadi "Kristus" bagi orang lain. Di
dalam surat Galatia 2:20 dikatakan "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang
hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di
dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku". Itu berarti jika kita hidup saat ini, maka Kristuslah yang
hidup didalam kita dalam kehendak dan kemauan kita yang berpusat padanya.
Yusuf adalah seorang anak yang paling bungsu diantara saudara-saudaranya telah
mengalami ketidakadilan oleh karena kecemburuan dari saudara-saudaranya terhadapnya.
Yusuf dijual kepada orang asing itu berarti bahwa secara tidak langsung Yusuf sudah
dikucilkan dan tidak dianggap lagi oleh saudara-saudaranya. Yusuf yang merupakan anak
kesayangan ayahnya Yakub harus hidup sebagai seorang budak yang mengabdi kepada
tuannya. Di dalam kenyataan bahwa ia sudah dicampakkan oleh orang-orang yang paling dia
sayangi dan paling dia hormati, Yusuf mengalami pergumulan berat oleh karenanya. Namun,
dibalik peristiwa yang telah terjadi bagi Yusuf, justru Yusuf tidak menyimpan dendam
sedikitpun terhadap saudara-saudaranya. Bahkan ketika tibalah bagi Yusuf mengetahui ada
kesempatan baginya untuk berjumpa dengan saudara-saudaranya itu, justru Yusuf merasa iba
dan merasa sedih melihat keadaan saudara-saudaranya itu (lih. Kej. 45:1-4). Yusuf tidak
membalaskan kejahatan yang dilakukan oleh saudaranya terhadapnya, justru Yusuf mau
1
Communaute de Taize atau Komunitas Taize merupakan persekutuan yang didirikan oleh Frere Roger atau Bruder Roger
beserta saudara yang lain yang berprofesi sebagai pendeta, pastor, dokter, musikus, seniman, ahli bahasa, ahli pertanian,
psikolog, insinyur, tukang keramik. Mereka hidup dalam persaudaraan yang diliputi oleh suasana sukacita, hidup
sederhana dan murah hati. Mereka mengabdikan diri untuk hidup selibat (tidak menikah) sampai akhir hidupnya untuk
merefleksikan kasih Yesus bagi saudara-saudara yang miskin dan papa, korban peperangan yatim dan piatu dan
sebagainya. Ritme hidup mereka hidup bertumpu pada doa dan meditasi, ibadah pagi, siang , dan malam.

1|Page
13/ BS/ GKPI Jemaat Khusus Saroha Doloksanggul
mengampuni dan memaafkan saudaranya bahkan memberi kehidupan bagi saudara-saudaranya
yang hidup dalam kemiskinan oleh karena bencana kelaparan yang terjadi dikampung saudara-
saudaranya.
Rasul Paulus menuliskan dalam Roma 12:17-18 demikian bunyinya "Janganlah
membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang. Sedapat-
dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua
orang". Hal itu juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Yesus dalam Matius 5:38-40
yang bunyinya demikian "kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan
kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga
jubahmu". Tentu saja firman Allah menghendaki agar sifat pemaaf dan pengampun menjadi
gaya hidup orang Kristen. Apa yang diterapkan oleh Yusuf menjadi contoh hidup yang benar
bagi kita, hanya dengan memaafkan saudaramulah maka kita akan menyelamatkan mereka dan
memberi jalan kehidupan yang layak bagi mereka, sama seperti Kristus yang telah memaafkan
kita dan juga memberi kehidupan yang lebih layak bagi kita sebagai "anak-anak Allah".

2. Rancangan jahat yang ditujukan kepada kita dapat Allah ubah menjadi kesempatan bagi
kita untuk mengalami perubahan hidup.
Di dalam ayat 20 di dalam perikop diatas ini, dikatakan bahwa Allah telah
mendatangkan kebaikan dari rancangan jahat yang ditujukan kepada Yusuf, kecemburuan
saudara-saudaranya terhadap Yusuf, fitnah atau tuduhan palsu yang disampaikan oleh isteri
Potifar, dan juga tujuh tahun bencana kelaparan yang melanda tanah Mesir. Pengalaman-
pengalaman dalam kehidupan Yusuf mengajarkannya bahwa Allah mendatangkan kebaikan
dari kejahatan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Sesungguhnya melalui kesaksian
hidup Yusuf kita belajar untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi
dalam kehidupan kita. Jangan terlalu cepat untuk menghakimi diri sendiri maupun orang lain.
Sebab kita harus percaya bahwa segala sesuatu terjadi dalam maksud dan rencana Tuhan.
Pentinglah bagi kita untuk selalu menekuni setiap peristiwa yang kita alami, entah itu hal-hal
yang pahit sekalipun. Tidak mungkin pergumulan dan tantangan hidup menghampiri kita tanpa
kita tahu bahwa kita akan dimampukan oleh Tuhan untuk menghadapinya. Di dalam 1
Korintus 10:13 dikatakan "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-
pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia
tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya". Karena itu
percayalah dan tekunlah di dalam Tuhan. Hadapilah sesulit apapun keadaan yang sedang kita
hadapi saat ini atau yang mungkin akan kita hadapi suatu saat nanti. Satu hal yang pasti yang
perlu kita yakini bahwa Tuhan selalu berinisiatif untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-
orang yang dikasihi-Nya (bnd. Rm. 8:28, Yer. 29:11).

III. Relevansinya
Sesuai dengan tema diatas "Janganlah engkau menghakimi", maka perlu untuk kita
mengerti bahwa tugas kita sebagai orang yang percaya adalah untuk memaafkan dan hidup
dalam pengampunan-Nya. Sebagai orang Kristen kita harus menjadi saksi Kristus yang taat
hanya kepada Kristus dan mau melakukan apa pun sesuai ajaran-Nya. Janganlah cepat untuk
menghakimi, tetapi hiduplah dalam kesabaran untuk menanti penyataan Tuhan dalam
kehidupan kita ini. Apakah kita percaya kepada Allah untuk dengan sabar menanti Dia
mendatangkan kebaikan dari berbagai situasi buruk yang kita alami? Kita harus percaya pada-
Nya karena sama seperti Yusuf, maka Allah pun dapat menyingkirkan maksud jahat yang
ditujukan pada kita dengan mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan maksud-Nya. Oleh
karena itulah, bertekunlah di dalam Dia. Amin.

Ditulis Oleh:
Pdt. Josua P. Hasibuan, S.Th

2|Page

Anda mungkin juga menyukai