Anda di halaman 1dari 4

BERBAGI

27 07 2011

Dalam kehidupan kita ada banyak kisah-kisah tentang pengalaman orang yang mau berbagi
dengan sesama. Salah satu contoh mengenai pengalaman berbagi itu dapat saya sampaikan
dalam kisah berikut ini.

Pada suatu hari seorang ibu membeli beberapa potong roti susu di sebuah toko roti. Sesudah
selesai berbelanja, ia melihat seorang gelandangan sedang duduk di teras toko itu. Gelandangan
itu nampak kusut wajahnya seperti orang yang sedang kelaparan. Oleh karena itu ia tergerak
hatinya untuk memberikan kepadanya satu potong roti susu. Begitu menerima roti dari ibu itu,
pria gelandangan itu wajahnya nampak berseri-seri dan tak henti-hentinya mengucapkan terima
kasih kepadanya. Ketika ibu itu telah meninggalkan gelandangan itu, kira-kira dalam jarak
sepuluh meter, ia menoleh ke belakang untuk melihat orang gelandangan yang diberinya roti.
Ketika dilihatnya, ternyata di sana ada gelandangan lain yang datang menemuinya. Gelandangan
yang hanya memiliki satu potong roti itu pun tidak segan-segan juga membagi rotinya untuk
temannya dan mereka berdua bisa makan sekalipun hanya dengan sepotong roti yang kecil saja.

Siapa pun yang membaca atau mendengar kisah seperti ini akan merasa terharu dan dapat
dengan mudah menangkap pesan yang mau disampaikan. Kisah ini bercerita mengenai
pengalaman berbagi dengan sesama. Ternyata semiskin apa pun diri kita, kita memiliki sesuatu
yang bisa kita bagikan kepada orang lain. Dari kisah seorang ibu dan gelandangan yang miskin
itu, berbagi bisa dibuat oleh siapa pun. Orang-orang yang secara material berkurang pun bisa
berbagi. Karena berbagi itu masalah hati yang rela dan murah, dan bukan soal kekayaan yang
dimilikinya. Orang yang kaya raya bila tidak murah hati dan rela memberi, tidak mungkin bisa
berbagi. Sebaliknya, orang yang kecukupan atau bahkan yang kekurangan secara material pun,
karena memiliki hati yang rela, akan merasa senang untuk berbagi.

Berbagi adalah jalan hidup bagi orang beriman untuk memperoleh kebahagiaan. Yesus sendiri
pernah berkata, “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35). Bagi Yesus
memberi adalah sebuah kebahagiaan. Apa yang disampaikan oleh Yesus itu bukan sebuah teori
melainkan sebuah kebenaran yang telah dihayatiNya sendiri. Seluruh hidup Yesus adalah
pemberian diri secara total. Santo Paulus melukiskan pemberian diri Yesus itu sebagai berikut:
“Ia (Yesus) yang walaupun dalam rupa Allah … telah mengosongkan diriNya sendiri dan
mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”
(Fil 2:6-8).
Searching for Bobby Fisher
27 07 2011

Judul diatas adalah judul sebuah film, Bobby Fisher adalah juara dunia catur pada jamannya,
beasal dari Rusia. Joshua Waitkzin adalah anak penggagum Bobby, yang senang bermain catur
dan menikmatinya sebagai seni. Ada percakapan menarik antara Josh dan Ibunya yang terngiang
dalam benak saya “Kamu mempunyai hati yang baik , dan itulah yang terpenting di dunia
ini”. Hati yang baik, terpenting. Joshua menikmati masa kecilnya, bersekolah, bermain bola,
memancing pada musim panas. Joshua mencintai teman-temannya. Mencintai lawan main
caturnya dan tidak merendahkan lawan-lawannya.

Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi. Beginilah
firman tuhan Allah, “Mintalah apa yang kau harapkan dari pada-Ku!”.

Salomo meminta “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara
untuk menghakimi umat-Mu dengan tepat, dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,
sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatmu yang sangat besar ini ?”

Mintalah hati yang baik karena itulah yang terpenting di dunia ini. Salomo terkenal
dengan nama Nabi Sulaiman dan dijuluki Raja Bijaksana juga meminta hati seperti itu kepada
Tuhan. Mintalah seakan anda sudah memilikinya. Mintalah agar mutiara terpendam dalam hati
anda semakin bersinar berkilauan. Maka mintalah dengan kata-kata begini “Aku meminta hati
yang semakin baik”.

Wu Ji Bi Fan
27 07 2011

“Terlalu banyak hal yang tidak baik”, kira – kira itulah arti dari Wu Ji Bi Fan yang dipelajari oleh
seorang anak dalam film “Karate Kid”. Wu Ji Bi Fan ini sejalan dengan filsafat hidup budaya
timur , budaya Cina yang dirumuskan dalam dua suku kata : Yin-Yang.

Yin-Yang dalam bacaan Injil dimunculkan Yesus melalui perumpamaan gandum dan ilalang. Ada
terang, ada gelap, ada kawan , ada musuh. Keseimbangan itu baik, tidak seimbang, terlalu
berlebih untuk yang satu dan kurang untuk yang lain, juga tidak baik.

Makanlah ketika lapar , berhentilah sebelum kenyang , itu juga sejalan dengan prinsip
Wu Ji Bi Fan, terlalu lapar tidak baik, terlalu kenyang tidak baik, terlalu cepat Virtus Stat in
Medio, “Kebijaksanaan itu berada di tengah-tengah”.
Prinsip keseimbangan, tidak berlebih, tidak kekurangan rasanya baik untuk menjadi
prinsip hidup anda, kebanyakan berdoa tidak baik , kurang berdoa tidak baik. Hiduplah seimbang
maka anda menuju kebijaksanaan.

Renungan Harian
Renungan Harian 27 Desember 2008

Sabtu, 27 Desember 2008

Bacaan I : 1Yoh 1:1-4


Bacaan Injil : Yoh 20:2-8
Renungan

Ketika Yesus sudah wafat, dimakamkan, dan kemudian bangkit dari antara orang mati, Rasul Yohanes
merupakan salah satu saksi mata, saksi iman, saksi pribadi tentang semua itu. Ia sungguh mengalami
hidup dan berkarya bersama dengan Yesus hingga Dia wafat dan bangkit dari antara orang mati.
Meskipun di satu sisi Yohanes sangat berdukacita dengan kematian dan kepergian Yesus dari dunia ini, di
sisi lain ia amat bahagia karena ia boleh menjadi saksi Yesus dan mewartakan-Nya kepada sesama.
Sampai di mana pun, ia tetap setia dan selalu menyatakan kepada dunia bahwa memang Yesus adalah
Putra Allah dan karena Dialah maka kita menjadi anak-anak Allah.

Pengalaman iman Yohanes begitu mendalam sehingga tulisan dan refleksinya amat mendalam dengan
memperlihatkan betapa dekat dan dalam hubungan dirinya dengan Yesus secara pribadi.

Kita pun diharapkan mempunyai relasi pribadi yang dalam dengan Yesus, dan itulah yang dapat kita
bagikan kepada orang lain. Marilah kita belajar meniru dan meneladani Yesus.

Ya Allah, jadikanlah aku seperti Santo Yohanes Rasul yang selalu setia di mana pun ia berada. Sampai
mati ia tetap setia dan itulah tanda bahwa ia amat beriman kepada-Mu. Amin.(mirifica.net)

Renungan Harian Orang Muda Katolik Rabu, 9 Septemer 2015


Bacaan I : Kolose 3:1-11

Bacaan Injil : Lukas 6:20-26


Seorang pemuda yang hidupnya selalu berada di kubangan dosa
ketidakmurnian kini mendapati dirinya bebas dari dosa tersebut. Bukan hanya
sekali ia jatuh, tapi berkali-kali. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose
memperingatkan kita akan kita yang dulu, dimana hidup kita penuh dengan noda
dosa dan kini sudah diangkat Kristus bersama kebangkitan Nya. Oleh sebab itu St.
Paulus meminta umat di Kolose (sekarang kita) untuk mempertahankan apa yang
sudah Kristus berikan kepada kita dan tidak kembali lagi ke dosa asal kita karena
itu sama dengan penyembahan berhala (bdk. Kol 3:5).

Dari surat St. Paulus dan injil mengatakan bahwa mengikuti Tuhan Yesus
tidak lah mudah. Akan ada cobaan-cobaan hawa nafsu dan keburukan-keburukan
yang berusaha memisahkan kita dengan Dia. Seperti, harta kekayaan, gadget,
keinginan bersosial media yang tak terbendung, pornografi, narkoba, dan hiburan-
hiburan yang tak sehat lainnya. Orang Katolik secara khusus pemuda Katolik
diminta untuk setia kepada panggilannya di zaman ini. Jangan terpengaruh dengan
kecantikan duniawi maka meninggalkan Kristus. Kita sudah ‘duduk di sebelah
kanan Allah’ maka carilah perkara-perkara yang diatas. Lalu apa itu perkara-
perkara yang diatas? Apakah kita harus meninggalkan perkara di bumi? TIDAK!
Perkara-perkara yang diatas maksudnya kita diminta membangun, memperbaiki,
dan mempertahankan hubungan yang baik dengan Allah, berusaha melakukan
apa yang di kehendaki Nya, serta tidak bersungut-sungut atas badai pencobaan.

Mari, sibukkan diri kita kepada perkara-perkara yang diatas, pastilah dosa-dosa
serta segala gangguan tersebut pergi dari hidup kita.

Anda mungkin juga menyukai