DoakuKepada Mu
Bagian 114
Bagian 114
Edisi 5 - 17 Juli 2021
Penulis:
~ Tim Banas DK
Editor:
~ Espe
Setting:
~ Desy
Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)
Tahun 2021
Kata Pengantar
Ravi Zacharias menulis sebuah buku menarik. Judulnya, The Grand Weaver:
How God Shapes Us Through the Events of Our Lives”. Kurang lebih, itu bisa
diterjemahkan “Sang Penenun Agung: Bagaimana Tuhan membentuk Kita
Melalui Beragam Peristiwa dalam Hidup Kita”.
Melalui buku itu, Ravi menandaskan bahwa Tuhan tidak tinggal diam.
Ia memiliki rencana yang indah dalam hidup kita. Untuk mewujudkan
rencananya itu, Ia bekerja layaknya seorang penenun. Tapi, Ia bukan
sembarang penenun. Ia Sang Penenun Agung. Penenun yang begitu hebat
dalam menenun kehidupan setiap orang. Ia menenunnya dengan
menggunakan semua peristiwa dalam hidup kita.
Yang menarik, Ia tidak bekerja sendirian. Melainkan, Ia melibatkan
semua orang untuk ikut berperan serta. Karena itu, kita tak boleh menjalani
hidup sesuka hati. Sebab, berbagai hal yang kita lakukan, itu bisa menjadi
bagian dari karya Sang Penenun Agung itu. Baik itu karya-Nya untuk diri kita,
maupun untuk orang lain.
Buku renungan ini mengajak pembaca, khususnya kaum muda, untuk
menyadari karya Sang Penenun Agung itu. Baik itu melalui pengalaman diri
sendiri maupun pengalaman orang lain. Baik itu pengalaman kekinian
maupun masa lampau. Baik itu pengalaman jasmani maupun rohani. Itu
semua direfleksikan dalam terang Alkitab. Jadi, buku kecil ini mengajak
pembaca untuk membiasakan diri merenungkan kehidupan sesehari sebagai
kesempatan ikut serta bekerja bersama Sang Penenun Agung. Melalui hal itu,
kiranya kaum muda terbantu dalam tumbuh kembang menjadi pribadi yang
tidak sembarangan dalam menjalani hidup.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan rekan-rekan
yang telah terlibat dalam penyediaan naskah, penyiapan dan pendistribusian
buku renungan ini. Jerih lelah merekalah yang membuat buku kecil ini bisa
sampai di hadapan pembaca. Selamat menggunakan buku ini. Kiranya nama
Tuhan dimuliakan. Selamat menaati protokol kesehatan. Salam sehat dan
semangat!
FORMULIR PENULIS RH
Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………
___________________
(..……………………………………)
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka memanfaatkan dan menindas
orang lain. Mampukan kami membiasakan diri berusaha belajar
menjadi shabat dan penolong bagi sesama, Amin.
K ita mengenal kisah tentang nabi Yunus. Pada bagian akhir kisah
tersebut, diceritakan bahwa Yunus kesal kepada Tuhan. Itu karena
Tuhan tidak bersedia menghukum kota Niniwe. Maka, Yunus menyingkir
jauh dari kota itu. Tuhan tahu apa yang berkecamuk dalam hati Yunus.
Karenanya, Tuhan menumbuhkan pohon jarak di dekat pondok Yunus.
Pohon jarak itu sanggup menaungi Yunus dari terik matahari. Yunus
bersuka cita atas pohon jarak itu.
Namun, esok paginya pohon jarak itu layu, karena dimakan ulat.
Yunus pun marah. Pada saat ia marah, Tuhan menegurnya. Tuhan
bersabda, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” “Engkau
sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak
berjerih payah...Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota
yang besar itu...?
Melalui teguran itu Tuhan ingin menyadarkan Yunus: Sebagaimana
Yunus sayang kepada pohon jarak, demikian pula Tuhan sayang kepada
penduduk kota Niniwe. Karena itu, tidaklah pantas bila Yunus
menghendaki agar Tuhan membenci dan membinasakan Niniwe.
Dalam kehidupan sesehari, tak jarang kita bersikap seperti Yunus.
Kita marah dan kesal ketika Tuhan tidak menghukum orang yang jelas-
jelas bersalah. Kita merasa tak rela bila ada orang yang belum mendapat
hukuman, tapi sudah bertobat dan menjadi baik kembali. Kisah Yunus
mengingatkan kita. Mestinya, kita bersuka cita ketika ada orang yang
bertobat dan menjadi baik kembali. Bukannya kita malah marah dan
menuntut pembalasan.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka menghukum orang yang
bersalah. Melainkan, mampukan kami membiasakan diri berusaha
membantu mereka bertobat dan menjadi baik kembali, Amin.
Doa: Tuhan, kami ingin menjadi remaja yang menghargai segala kasih
sayang, perhatian dan jerih payah orang tua kami. Maka, mampukan
kami membiasakan diri menjalani masa muda secara positif, Amin
S alah satu slogan gerakan reformasi 1998 yang sangat terkenal adalah
“Berantas kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).” Mengapa KKN harus
diberantas? Karena KKN mengakibatkan negara kita tidak maju. KKN
mengakibatkan bangsa kita terbelakang dan dilecehkan oleh masyarakat
internasional. KKN juga mengakibatkan berjuta-juta rakyat menderita.
Bacaan hari ini juga bicara tentang KKN. Rupanya, praktik korupsi
telah ada pada zaman Yosua. Itu tampak dari apa yang dilakukan oleh Akhan
bin Karmi, dari suku Yehuda. Ketika itu, ia melihat hasil rampasan perang dari
kota Yeriko yang begitu banyak. Hatinya tergerak untuk memiliki sebagian
dari harta rampasan itu. Ia pun mengambil barang-barang itu. Padahal,
sebenarnya itu dikhususkan untuk keperluan lain yang lebih penting.
Akibatnya sungguh fatal. Tidak hanya fatal bagi dia sendiri, tapi
juga bagi bangsanya. Terbukti, bangsanya kalah ketika bangsanya
menyerang kota Ai. Padahal, kekuatan kota Ai jauh di bawah Yerikho. Itu
karena Tuhan tidak berkenan atas perbuatan Akhan yang tidak jujur itu.
Kisah Para Rasul juga mencatat tentang akibat fatal dari ketidakjujuran.
Itu bisa kita lihat dalam kisah Ananias dan Safira. Mereka tiba-tiba
meninggal karena menggelapkan hasil penjualan tanah.
Kisah-kisah tragis itu dicatat Kitab Suci untuk mengingatkan kita.
Yaitu, agar kita berupaya bersikap jujur dalam segala hal. Sebab,
ketidakjujuran itu buruk. Lagi pula, cepat atau lambat, ketidakjujuran
akan berakibat fatal. Contohnya adalah kisah kekalahan Yerikho serta
matinya Ananias dan Safira. Sebaliknya, kejujuran akan membuahkan
kebaikan hidup. Baik itu bagi diri kita maupun orang lain.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari godaan untuk tidak jujur. Mampukan
kami membiasakan diri berupaya dengan sungguh-sungguh hidup
jujur dalam segala hal. Sehingga, itu membuahkan kebaikan bagi
kami dan orang lain, Amin.
B anyak teori tentang terjadinya alam semesta dan tata surya. Salah
satu teori menyatakandemikian: Bahwa alam semesta terbentuk
karena adanya bola api raksasa yang berpijar dan memiliki lidah-lidah
api. Karena peristiwa alam, bagian dari bola api itu ada yang terlepas.
Lalu, itu membentuk suatu sistem dalam alam semesta ini. Itulah yang
disebut tata surya.
Apa pun teori yang dikembangkan para ahli, itu semua belum
menjawab secara tuntas begaimana alam semesta ini terbentuk.
Terjadinya alam semesta, masih merupakan misteri yang penuh
ketidakpastian. Sampai saat ini banyak ahli berusaha mencari jawabnya.
Mereka berusaha membuktikan kebenaran teorinya masing-masing.
Dalam Kitab Suci tidak dijelaskan bagaimana Tuhan menciptakan
sistem tata surya dan alam semesta ini. Yang jelas, menurut kesaksian
Kitab Suci, Tuhan adalah satu-satunya pencipta alam semesta. Tentang
bagaimana cara Tuhan menciptakan, itu merupakan rahasia Tuhan
sendiri. Itu adalah misteri. Misteri itu tak akan kunjung terselami.
Seperti para ilmuwan, umat beriman pun kagum dan bertanya-
tanya tentang alam semesta. Bedanya, kekaguman terhadap alam
semesta membuat sejumlah ilmuwan tidak memercayai adanya Tuhan.
Sebaliknya, kekaguman kepada alam semesta membuat umat beriman
justru makin meyakini bahwa alam semesta adalah karunia yang baik
dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan alam semesta.
F irman Tuhan hari ini mengungkapkan sikap hidup Raja Daud. Kita
mengetahui bahwa Daud adalah raja yang rajin merenung. Ia tak
pernah lupa memuliakan Tuhan. Ia senantiasa merasa bahagia dan
bersyukur, karena Tuhan selalu mengasihinya. Ia merasa, bahwa kasih
Tuhan itu selalu menyertai kehidupannya. Baik itu dalam susah maupun
senang, dalam sakit maupun sehat.
Dapatkah kita seperti Raja Daud, merasakan bahwa Tuhan selalu
mengasihi kita? Semestinya kita bisa merasakan hal itu. Sebab, kasih Tuhan
selalu dicurahkan bagi siapa saja. Kasih-Nya itu tidak hanya bagi Raja Daud.
Tetapi, kasih-Nya itu juga bagi kita. Bahkan, Tuhan pun mengasihi orang-
orang jahat. Kasih Tuhan sangatlah besar. Kasih-Nya bagi semua orang.
Tetapi, boleh jadi ada diantara kita yang tak merasakan kasih
Tuhan itu. Kalau hal itu terjadi, tentu bukan karena Tuhan tak mengasihi
kita. Tetapi, karena kita kurang peduli terhadap kasih Tuhan. Jika
demikian, cobalah kita merenung dan bertanya: Bukankah kita masih
memiliki hidup? Bukankah kita bisa sekolah? Bukankah kita masih bisa
makan? Begitulah, masih banyak lagi kebaikan yang kita terima. Itu
semua wujud kasih Tuhan. Jadi sesungguhnya ada banyak alasan bagi
kita untuk bersyukur kepada-Nya.
Karena itu, semestinya kita bisa bersyukur kepada-Nya. Seperti
halnya Raja Daud, marilah kita ungkapkan rasa syukur itu dalam doa,
pujian dan berbagai perbuatan positif. Itu kita lakukan setiap hari, setiap
saat. Dengan cara seperti itu, hidup kita akan terasa indah dan bahagia.
Doa: Tuhan, kasih-Mu amat besar. Oleh kasih-Mu itulah, kami hidup dan
berkarya. Maka, mampukan kami membiasakan diri belajar untuk
merenungkan, merasakan dan bersyukur atas semuanya itu, seperti
Raja Daud, Amin.