Anda di halaman 1dari 17

LP3S

DoakuKepada Mu
Bagian 117

Edisi 7 s.d. 19 Maret 2022


Doaku KepadaMu
Renungan Harian Untuk SLTP dan SLTA

Bagian 117
Edisi 7 s.d. 19 Maret 2022

Penulis:
~ Tim Banas DK

Editor:
~ Espe

Setting:
~ Desy

Untuk berlangganan hubungi:


Novita, LP3S, Jl. Soekarno-Hatta 10, Telp. (0298) 326366
Salatiga 50731
E-mail: lp3ksinode@gmail.com
089523256830

Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)
[Untuk lingkungan sendiri]
Tahun 2022
Kata Pengantar

Kebanyakan orang berharap hidupnya bahagia. Menurut Aristoteles (384-322 SM)


kebahagiaan merupakan tujuan terakhir atau ultim. Hal-hal lain, itu sekadar
tujuan antara. Sesudah tujuan antara itu terwujud, akhirnya yang dituju adalah
kebahagiaan.
Lantas, bagaimana cara menggapai kebahagiaan? Menurut Epikuros (341-
270 SM) kebahagiaan didapat dengan cara menghindari rasa sakit dan memburu
kenikmatan. Inilah yang disebut hedonisme. Sedangkan menurut Aristoteles,
kebahagiaan diperoleh melalui pengembangan diri atau aktualisasi.
Lebih lanjut, menurut Aristoteles, memburu kenikmatan tak akan
membuahkan kebahagiaan. Itu sekadar menghasilkan kesenangan sesaat.
Selanjutnya, itu akan berujung pada ketidakbahagiaan. Mengapa? Karena
memburu kenikmatan membuat orang layaknya binatang. Ia jadi pemalas.
Sehingga, ia kerdil, tak berkembang. Karenanya ia tak bahagia.
Sebaliknya, melalui pengembangan diri, ia jadi bahagia. Sebab, ia makin
mengenal dirinya. Ia paham aneka potensi dirinya. Yaitu, kapasitas-kapasitas khas
yang bersifat potensial. Lantas, ia mengembangkannya. Sehingga, semua potensi
itu makin menjadi aneka kemampuan aktual. Itu semua bermanfaat bagi dirinya
sendiri, komunitas, dan masyarakatnya. Maka, hidupnya pun jadi bermakna.
Buku renungan ini dimaksudkan sebagai langkah sederhana untuk ikut
serta mengajak kaum muda tekun mengembangkan diri agar hidupnya bahagia.
Upaya itu diwujudkan melalui renungan harian yang berisi refleksi Kitab Suci.
Kiranya itu semua bisa menjadi salah satu media penyadaran tentang pentingnya
pengembangan diri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan rekan-rekan
yang terlibat dalam penyediaan naskah, penyiapan, dan pendistribusian buku
kecil ini. Jerih lelah mereka telah membuat buku ini sampai di hadapan pembaca.
Selamat menggunakan buku renungan harian ini. Kiranya Tuhan dimuliakan.

Salatiga, Februari 2022


Pengurus LP3S
MARI MENJADI PENULIS RENUNGAN !

Apakah Anda tertarik untuk menulis renungan? Kami mengundang


Anda untuk menjadi penulis naskah renungan untuk siswa.
Renungan yang dimuat akan mendapatkan HONORARIUM. Apabila
Anda berminat, silakan mengirimkan formulir di bawah ini bersama
satu contoh renungan. Selanjutnya, para penulis yang naskahnya
kami nilai laik, akan kami hubungi. Selamat bergabung dengan
kami.*)

FORMULIR PENULIS RH

Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………

…..………….…, ……….. 20….

___________________
(..……………………………………)

*) Bisa dikirim melalui e-mail, lp3ksinode@gmail.com


Senin, 7 Maret 2022
Bacaan: Mazmur 59:1-18
Nas: Mazmur 59:18

“Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau


bermazmur, sebab Allah adalah kota
bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.”

S eorang teman sering kali dikecewakan. Banyak kejadian dalam


hidupnya yang tidak sesuai dengan keinginannya. Salah satunya,
tentang nilai pelajaran di sekolah. Ia sudah berkali-kali tidak bisa
mendapatkan nilai di atas batas tuntas. Padahal, boleh dibilang ia sangat
rajin belajar. Ketika pelajaran berlangsung ia mendengarkan dengan
baik, mencatat dengan rinci, dan bertanya.
Sepulang sekolah, ia menyempatkan diri untuk istirahat sebentar.
Lalu, ia belajar lagi. Ia sangat rajin berdoa. Bahkan, ia kerap berpuasa
untuk mengokohkan niatnya. Namun, Tuhan seakan menutup mata atas
segala usaha dan upayanya itu. Ia gagal dan gagal lagi. Meskipun
demikian, ia selalu berkata: “Bukan salah Tuhan kalau nilaiku begini.
Mungkin, aku masih perlu berusaha lebih sungguh-sungguh lagi.” Ia
berbesar hati. Sehingga, akhirnya ia mendapat niai yang lebih tinggi
daripada teman lainnya.
Ketika banyak hal terjadi tidak sesuai dengan keinginan dan usaha
kita, apa yang kita lakukan? Banyak orang menjadi kecewa dan
menyalahkan Tuhan. Bahkan, banyak pula yang menjadi tidak percaya
kepada Tuhan! Namun, mari kita berkaca pada kisah pengalaman di atas.
Ketika menghadapi masa-masa sulit, berusahalah tetap berbesar hati.
Tetap percaya akan kebaikan Tuhan. Itu memang menyakitkan dan
terasa begitu lama. Namun, janganlah kita menyalahkan Tuhan. Tetaplah
bersyukur dan tekun berusaha. Pada saatnya, Tuhan akan memberikan
yang terbaik.

Doa: Tuhan, ketika kami mengalami kegagalan, jauhkan kami dari sikap
menyalahkan Engkau. Mampukan kami belajar berbesar hati,
bersyukur, dan berusaha dengan lebih sungguh, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 1


Selasa, 8 Maret 2022
Bacaan: Mazmur 90
Nas: Mzmur 90:4

“Sebab di mata-Mu seribu tahun sama


seperti hari kemarin, apabila berlalu,
atau seperti suatu giliran jaga di waktu
malam.”

U mumnya, kaum muda jarang atau bahkan tak pernah berpikir


tentang kematian. Kita merasa bahwa hidup ini masih akan
berlangsung berpuluh-puluh tahun. Akibatnya, banyak kaum muda tak
bersikap waspada. Mereka banyak menyia-nyiakan waktu. Padahal,
sebenarnya mereka dapat mengisi setiap waktu dengan kegiatan yang
bermakna. Selain menyia-nyiakan waktu, mereka sering melakukan
dosa. Sebab mereka berpikir, “Ah, masih ada hari esok untuk bertobat.”
Namun, kenyataannya belum tentu anak muda memiliki umur
panjang. Banyak anak muda yang tiba-tiba saja dipanggil kembali ke
hadirat Tuhan. Maka, selayaknya kita menyadari bahwa hidup ini
singkat. Sebuah ungkapan Jawa menyatakan: “urip mung mampir
ngombe. Hidup itu ibarat orang mampir minum. Artinya, hidup itu
sebentar saja. Musa, yang umurnya mencapai 120 tahun, pun
beranggapan bahwa hidup itu singkat. Hidup itu bagaikan rumput yang
tumbuh pada waktu pagi dan layu pada waktu petang. Karena itu, Musa
memohon kepada Tuhan agar bisa hidup bijaksana.
Ketika masih muda, ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Maka,
jangan sampai waktu yang ada kita gunakan untuk melakukan hal yang sia-sia.
Semestinya setiap waktu kita gunakan untuk melakukan hal-hal yang baik dan
berguna. Misalnya, kini kita masih bisa membantu orangtua, sekolah,
berorganisasi, berolah raga, beribadah, membantu tetangga, dsb. Maka,
lakukanlah itu sebaik-baiknya. Mintalah hikmat dan pertolongan Tuhan.
Sehingga, kita dimampukan untuk mengisi setiap waktu dengan hal-hal yang
berkenan bagi-Nya. Dengan demikian, hidup kita yang singkat ini, tidak sia-sia!

Doa: Tuhan, kami menyadari bahwa waktu berlalu begitu cepat. Karena
itu, mampukan kami membiasakan diri mengisinya dengan
melakukan hal-hal yang baik dan berguna, Amin.

Halaman 2 Doaku Kepada-Mu


Rabu, 9 Maret 2022
Bacaan: I Yohanes 3:11-18
Nas: I Yohanes 3:18

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi


bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, tetapi dengan perbuatan dan
dalam kebenaran.”

A pakah ada di antara kita yang suka menonton film? Adakah yang
pernah menonton film Happy Feet? Dalam film itu kita dapat
melihat kehidupan kawanan pinguin. Ternyata, mereka hanya bertelur
satu butir saja setiap musim. Selain itu, bukan ibu yang menjaga
telurnya, melainkan si ayah! Dengan menjepitkan telur di antara kedua
kakinya, telur mendapat panas dari lipatan lemak di sekitar perut si
ayah. Hal ini harus terus dilakukannya kira-kira 64 hari.
Kumpulan pinguin ayah yang sedang mengerami telurnya, hidup
bersama-sama berdekatan, agar tetap hangat. Sementara, si ibu akan
pergi mencari makan. Bila si ibu terlambat datang untuk memberi
makan anaknya yang baru menetas, anak itu akan diberi makan oleh si
ayah. Itu dilakukan dengan cara menggunakan makanan cadangan yang
diambil dari saluran pencernaan si ayah. Hal ini bisa mengakibatkan si
ayah kehilangan setengah dari bobot tubuhnya. Barulah setelah si ibu datang,
mereka akan bergantian pergi untuk mencari makan bagi si anak.
Kisah keluarga pinguin itu mengajarkan kasih yang
sesungguhnya. Si ayah rela berjuang mempertahankan telur di kakinya
selama 64 hari. Ia juga rela memberi makan anaknya dengan cadangan
dari perutnya. Padahal, akibatnya ia bisa kurus kering, bahkan mati.
Itulah pelajaran luar biasa. Di dunia manusia, kasih sering kali berhenti
sekadar angan-angan atau omongan indah. Ketika orang lain menderita,
banyak orang bersimpati dan merasa kasihan. Namun, mereka tidak
melakukan apa-apa. Padahal, sesungguhnya mereka bisa melakukan
sesuatu untuk membantunya. Mari, kasih itu kita jadikan nyata. Bukan
berhenti sekadar angan-angan atau kata-kata indah!

Doa : Tuhan, ketika orang lain membutuhkan pertolongan, kiranya kami


bukan hanya bersimpati dan merasa kasihan. Melainkan, berusaha
melakukan sesuatu untuk membantunya, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 3


Kamis, 10 Maret 2022
Bacaan: Rut 1:1-5
Nas: Rut 2:12

“TUHAN kiranya membalas


perbuatanmu itu dan kepadamu
kiranya dikaruniakan upahmu
sepenuhnya oleh TUHAN, yang di bawah
sayap-Nya engkau datang berlindung.”

D alam Alkitab, ada kisah menarik tentang Naomi. Ia hidup sebatang


kara di negri asing. Itu karena suami dan anak-anaknya telah lebih
dahulu meninggal. Jadilah ia seorang perempuan rentan: tanpa suami,
tanpa keturunan, dan orang asing. Ia tidak memiliki masa depan. Hari
tuanya suram. Meskipun demikian, ia menemukan tempat perlindungan
terbaik. Yaitu, perlindungan dari Tuhan. Lewat berbagai cara, Tuhan
senantiasa melindungi Naomi. Salah satunya, lewat Rut. Tuhan memakai
Rut untuk membantu Naomi. Sehingga, hari tuanya yang semula tampak
suram, berubah menjadi lebih baik.
Sebagaimana Naomi, mungkin kita juga menghadapi pencobaan,
penderitaan, dan kesukaran. Misalnya, orang tua kita sakit, mengalami
kerugian dalam usahanya. Atau, ada anggota keluarga kita yang terkena
musibah. Bila hal seperti itu terjadi, ingatlah pertolongan Tuhan. Ia selalu
siap menolong melalui berbagai cara yang tidak kita duga. Itu karena Ia
sangat mengasihi kita. Maka, berlindunglah kepada-Nya!
Itu seperti yang terjadi dalam sebuah gempa dahsyat tahun 2008
di sebuah daerah. Ketika itu, seorang ibu menjadi korban. Ia ditemukan
tergeletak. Ia medekap bayinya. Bayi itu ditemukan dalam kondisi hidup,
walau terluka. Di dalam genggaman sang ibu ditemukan handphone.
Di situ tertulis pesan: “Anakku, semoga kau selamat. Ingatlah, ibu selalu
mengasihimu.” Peristiwa ini membuat banyak orang menyadari
besarnya kasih ibu. Ia selalu melindungi anaknya. Terlebih lagi, Tuhan. Ia
selalu melindungi kita dengan berbagai cara.

Doa: Tuhan, terimakasih. Karena, Engkau senantiasa melindungi kami


dengan berbagai cara. Mampukan kami membiasakan diri
berlindung kepada-Mu, Amin.

Halaman 4 Doaku Kepada-Mu


Jumat, 11 Maret 2022
Bacaan: 2 Korintus 10 : 18
Nas: 2 Korintus 10 :18

“Sebab bukan orang yang memuji diri


yang tahan uji, melainkan orang yang
dipuji Tuhan.”

H ampir semua orang senang kalau mendapat pujian dari orang


lain. Baik mereka itu anak-anak, demikian pula kaum muda.
Semua akan senang kalau dipuji. Misalnya, ia dipuji karena
kepandaiannya, karena kecantikannya, karena suaranya yang bagus,
karena berprestasi di bidang seni, berprestasi di bidang olahraga, dll.
Sayangnya, ketika seseorang dipuji, ada kalanya menjadi lupa
diri. Karena dipuji, ada kalanya seseorang mejadi sombong. Ia merasa
dirinya lebih hebat daripada yang lain. Atau, ia menganggap orang lain
lebih rendah daripada dirinya. Dalam Kitab Suci, orang seperti itu
disebut “sudah memuji diri sendiri.” Jadi, bukan orang lain yang
memujinya karena berprestasi, melainkan ia memuji dirinya sendiri.
Kebiasaan membanggakan diri atau memuji diri sendiri bisa
membuat orang lupa diri. Orang yang lupa diri, biasanya
menjengkelkan. Sebab, ia haus pujian. Ia selalu saja minta dikagumi dan
dipuji. Namun, ia sendiri tak bersedia memuji orang lain. Biasanya,
orang macam itu tidak tahan uji. Ia mudah mengeluh dan putus asa
ketika menghadapi tantangan dan kesulitan.
Firman Tuhan dalam 2 Korintus 10: 18 mengatakan, “Sebab
bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang
dipuji Tuhan.” Agar bisa menjadi pribadi yang dipuji Tuhan, kita perlu
rendah hati. Orang yang rendah hati itu suka bersyukur. Ia juga suka
belajar dan berusaha. Ketika gagal, ia tak putus asa. Ketika berhasil, ia
tak sombong. Sebab, ia menyadari bahwa keberhasilannya bukan
semata karena perjuangannya. Melainkan, itu karena anugerah Tuhan.
Maka, ia memilih rendah hati, daripada memuji diri.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka memuji diri. Mampukan kami
membiasakan diri rendah hati, mensyukuri berkat-Mu dan
bertekun melakukan berbagai hal dengan baik dan benar, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 5


Sabtu, 12 Maret 2022
Bacaan: Imamat 25:35-43
Nas: Imamat 25:35

“Apabila saudaramu jatuh miskin,


sehingga tidak sanggup bertahan di
antaramu, maka engkau harus
menyokong dia... supaya ia dapat
hidup di antaramu.”

M asih sangat banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin.


Mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari. Di kota-kota, banyak lokasi-lokasi tertentu yang penduduknya
golongan kaum miskin. Biasanya, mereka tinggal di pinggiran sungai.
Hidup sesehari mereka sungguh ironis. Untuk mencukupi kebutuhan
makan dan minum saja, mereka mengalami kesulitan. Banyak dari
antara mereka bekerja sebagai pemulung. Ada pula yang berjualan jamu,
mengamen, atau menjadi asisten rumah tangga.
Jelaslah, mereka hidup berkekurangan. Mereka membutuhkan
bantuan. Itulah sebabnya ada beberapa universitas yang melibatkan
mereka dalam berbagai kegiatan kampus. Mengapa? Karena, hal itu
merupakan salah satu cara untuk membantu keuangan mereka. Dengan
terlibat dalam kegiatan tertentu, mereka mendapatkan honorarium. Itu
bisa menambah pendapatan mereka.
Ada juga kegiatan lain yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
membantu mereka. Entah itu dalam bentuk aksi sosial, pengobatan
gratis, dsb. Nah, apakah sekolah kita sudah ambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan semacam itu? Apakah kita juga sudah ambil bagian dalam kegiatan
tersebut? Jika sudah, mari kita tingkatkan lagi. Misalnya, kita melaksanakan-
nya dengan melibatkan lembaga lain. Sehingga, makin banyak pihak yang ikut
serta membantu mereka. Jika belum, mari kita belajar membantu mereka.
Sudah semestinya kita berbagi berkat, keberuntungan, dan kebahagian
dengan siapapun yang hidupnya berkekurangan.

Doa: Tuhan, kiranya kami tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri.


Mampukan kami membiasakan diri peduli untuk membantu
sesama yang berkekurangan, Amin.

Halaman 6 Doaku Kepada-Mu


Senin, 14 Maret 2022
Bacaan: Pengkotbah 10:1-20
Nas: Pengkotbah 10:1

“Lalat yang mati menyebabkan urapan dari


pembuat urapan berbau busuk; demikian
juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh
daripada hikmat dan kehormatan.”

K ini, banyak lingkungan pergaulan yang memrihatinkan.


Lingkungan semacam itu, menyebabkan banyak anak dan remaja
terseret dalam prilaku menyimpang. Contohnya, anak SD sudah berani
merokok dan minum-minum keras. Anak SMP sudah mengendara motor
berseliweran di jalanan raya. Anak-anak SLTA sudah mengkonsumsi narkoba,
dan melakukan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya. Begitulah,
remaja yang tidak berhati-hati, bisa ikut-ikutan pola pergaulan seperti itu.
Apalagi, remaja cenderung suka “coba-coba” dan “ikut-ikutan.”
Lewat bacaan hari ini, kita diingatkan agar bersikap bijaksana
dalam berinteraksi. Baik itu berinteraksi dengan teman-teman sekolah,
teman-teman di lingkungan rumah, kelompok minat, dsb. Hendaklah
kita pandai-pandai “memilih” pergaulan yang baik. Itu bukan berarti kita
harus memilih-milih teman. Atau, kita menjauhi mereka yang bukan
masuk kategori teman. Melainkan, kita perlu tau siapa saja yang layak
kita jadikan panutan dan siapa yang tidak. Jangan sampai kita
terpengaruh oleh pergaulan yang salah. Firman Tuhan berkata: “jangan
terpengaruh hal-hal bodoh.”
Ketika kita bergaul dengan siapa saja, hendaknya bisa menjaga
diri. Seandainya kita berada di lingkungan pergaulan yang salah, maka
sedapat mungkin berusaha memberi pengaruh positif. Bukan malah
sebaliknya, kita terkena pengaruh negatif! Karena itu, pandai-pandailah
memilih pergaulan. Juga, pandai-pandailah bergaul. Jangan mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang buruk. Sedapat mungkin hendaklah kita
memberi pengaruh baik dimana pun kita bergaul.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri berhati-hati dalam


berinteraksi dan bergaul. Sehingga, tidak terjerumus dalam sikap
dan perilaku yang bisa merusak hidup dan masa depan kami, Amin

Doaku Kepada-Mu Halaman 7


Selasa, 15 Maret 2022
Bacaan: Mazmur 133:1-3
Nas: Mazmur 133:1

“...sungguh, alangkah baiknya dan


indahnya, apabila saudara-saudara
diam bersama dengan rukun!”

B urung angsa Kanada memiliki cara hidup luar biasa. Kawanan angsa
biasanya terbang dengan formasi V sebagai tanda adanya perubahan
musim. Bila salah satu anggota kelompok ini sakit atau terluka karena suatu
hal, ia tidak akan ditinggalkan sendirian. Dua angsa akan menemaninya
menuju daratan. Seekor diantaranya adalah pasangan angsa yang sakit itu.
(Sebab, sama seperti merpati, angsa hanya memiliki satu pasangan seumur
hidupnya). Sesampai di darat, keduanya akan menjaga angsa yang sakit itu. Itu
dilakukan hingga si sakit bisa terbang kembali atau hingga ia mati. Setelah itu,
kedua angsa itu akan menunggu sampai ada kelompok lain yang melintas.
Barulah kemudian mereka bergabung, lalu terbang bersama.
Seperti kawanan angsa itu, semestinya hidup kita diwarnai dengan
kepedulian dan kesetiaan. Namun, tidak bisa dimungkiri, rasa peduli dan
setia, kini sudah langka, sulit ditemukan. Banyak orang tidak peduli
kepada sesamanya. Juga banyak yang tidak setia. Selagi dalam
kegembiran, mereka tidak peduli pada orang lain. Juga, mereka tidak
setia kepada teman. Bahkan, mereka tidak setia kepada anggota
keluarganya. Mereka hanya peduli dan setia ketika sedang membutuhkan
bantuan. Atau, mereka setia ketika sedang diuntungkan.
Sekarang ini makin banyak orang cenderung mementingkan diri.
Justru karena itulah kita perlu menjadi pribadi yang berbeda dari
kecenderungan itu. Kita perlu belajar menjadi pribadi yang tidak egois.
Pribadi yang peduli dan setia kepada saudara dan sesama. Itulah awal
terciptanya kerukunan dalam masyarakat. Yang jelas, dimana ada
kerukunan dan kasih, di situlah berkat Tuhan tercurah!

Doa: Tuhan, kini makin banyak orang cenderung mementingkan diri.


Jauhkan kami dari kecenderungan seperti itu. Mampukan kami
membiasakan diri belajar menjadi pribadi yang peduli dan setia
kepada saudara dan sesama, Amin.

Halaman 8 Doaku Kepada-Mu


Rabu, 16 Maret 2022
Bacaan: II Korintus 6:6-15
Nas: II Korintus 9:7

“Hendaklah masing-masing memberikan


menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih hati atau karena paksan, sebab Allah
mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita.”

A da seorang lelaki tua yang dermawan. Ia sering membagikan harta


bendanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Banyak panti
asuhan menjadi langganan kegiatan donasinya. Bisa dibilang, dia
seorang yang luar biasa baiknya!
Suatu ketika ia dirundung masalah. Ia membutuhkan pertolongan.
Namun, tak seorang pun membantunya. Beberapa orang hanya memberi
semangat. Namun, mereka tidak melakukan apa pun. Maka, ia menjadi
kecewa. Katanya dalam hati: “Aku sudah banyak berbuat baik. Tapi, tak
seorangpun membantuku. Tahu begini, kemarin aku tidak berbagi harta
kepada mereka.”
Berbuat baik bukanlah investasi! Jika berinvestasi, maka kita akan
melakukannya untuk mendapatkan keuntungan di kemudian hari.
Berbuat baik, itu adalah suatu pemberian cuma-cuma. Itu tidak perlu
dikembalikan. Maka, sikap orang dermawan di atas, keliru. Sebab, ketika
memberi, ia berharap kelak akan mendapat balasan setimpal. Akibatnya,
ketika tidak mendapat balasan setimpal, ia merasa kecewa.
Apakah kita juga terbiasa memberi dengan berharap akan
menerima balasan setimpal? Jika itu yang terjadi, jelas kita perlu
mengubah cara pandang. Hendakah kita memberi dengan tulus, tanpa
menuntut balasan. Ketika memberi, janganlah kita takut kekurangan.
Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita. Ia bahkan dapat memberi
lebih dari yang kita harapkan. Sebab, Tuhan ingin agar kita menjadi
saluran berkat bagi banyak orang.

Doa: Tuhan, Engkau ingin agar kami menjadi saluran berkat bagi
banyak orang. Maka, mampukan kami membiasakan diri memberi
dengan tulus, tanpa berharap akan menerima balasan, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 9


Kamis, 17 Maret 2022
Bacaan: Amsal 12:1-28
Nas: Amsal 12:27

“Orang malas tidak akan menangkap


buruannya, tetapi orang rajin akan
memperoleh harta yang berharga.”


G uru-guru di sekolah kita payah! Menjelang akhir pekan kok malah
kita harus mengerjakan banyak tugas. Kan kita butuh refreshing!
Memangnya mereka nggak ada yang paham perasaan siswa?” Begitulah
keluhan seorang murid menjelang akhir pekan tiba. Apakah kita juga
pernah merasakan seperti itu? Ketika menjelang akhir pekan, kita malah
harus mengerjakan banyak tugas sekolah? Bagaimana perasaan kita?
Mungkin kita kesal, sedih, dan kecewa.
Pertanyaannya, apakah kesal, sedih, dan kecewa itu karena para
guru memberi banyak tugas? Ataukah, itu karena kita suka menunda
pengerjaan tugas itu hingga akhir pekan? Banyak siswa suka mengeluh
ketika mendapatkan banyak tugas. Sebenarnya, masing-masing guru
memberikan tugas dalam waktu yang berlainan. Ada yang
memberikannya pada hari Senin, Selasa, dsb. Namun, banyak siswa suka
menunda pengerjaan tugas-tugas itu. Padahal, jika tugas-tugas itu segera
dikerjakan, ia bisa menikmati akhir pekan dengan baik.
Begitulah, banyak anak suka menunda pengerjaan tugas hari ini. Itu
berarti sengaja ia membuat diri sendiri lebih susah di kemudian hari.
Sadarilah, bahwa hari esok memiliki kesusahannya sendiri. Hari ini kita
memiliki waktu dan kesempatan. Maka, semestinya itu kita gunakan sebaik-
baiknya untuk mengerjakan tugas-tugas hari ini. Sebab, besok belum tentu
kita memiliki waktu luang. Mungkin jadwal sekolah tiba-tiba padat. Mungkin
pula keluarga kita memiliki keperluan mendadak. Maka, biasakan tidak
menunda pengerjaan tugas. Kerjakan apa pun yang bisa kita kerjakan hari ini.
Itulah hidup yang efektif sekaligus produktif! Mari, kita membiasakan diri
hidup efektif dan produktif.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri mengerjakan tugas yang


bisa dikerjakan hari ini. Sehingga, kami memiliki kebiasaan hidup
yang efektif sekaligus produktif, Amin.

Halaman 10 Doaku Kepada-Mu


Jumat, 18 Maret 2022
Bacaan: Roma 12:1-3
Nas: Roma 12:2

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan


dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, apa yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.”

S ebuah majalah memuat artikel tentang kartu natal termahal di


dunia. Kartu itu dijual di pasar lelang Devizes, Wiltshire, Inggris.
Kartu natal tersebut terjual seharga 20.000 pundsterling atau senilai
lebih dari Rp 260 juta rupiah. Kartu natal itu berwarna, asli buatan
tangan seorang ilustrator ternama, John C. Horsley. Kartu itu pernah
dikirim oleh Sir Henry Cole untuk neneknya pada tahun 1843.
Mengapa kartu natal itu dapat dihargai begitu mahal? Karena
kartu itu termasuk sangat langka. Kartu natal itu satu-satunya milik
bangsawan yang masih tersisa di abad ini. Andai saja ada banyak kartu
natal seperti itu, pastilah harganya tidak akan semahal itu. Begitulah kira
-kira gambaran nilai dari sesuatu yang langka.
Di tengah kondisi dunia yang kacau seperti sekarang ini, banyak orang
merindukan hadirnya sosok-sosok langka. Yaitu, pribadi yang cara hidupnya
masih memegang prinsip kebaikan. Mereka juga merindukan agar makin
banyak orang mau menjadi sosok-sosok langka itu. Bagaimana contohnya?
Misalnya, begini: Di lingkungan sekitar kita, banyak orang
cenderung bergaya hidup sesuka hati. Maka, semestinya kita berusaha
menjauh dari gaya hidup seperti itu. Di lingkungan sekitar kita, banyak
remaja suka menghabiskan waktu dengan bermain HP. Mereka juga
suka mengakses website berisi hoaks atau cerita dan tayangan tak
senonoh. Maka, sebaiknya kita tak ikut-ikutan kebiasaan itu. Ingatlah:
berani hidup baik itu langka dan mahal!

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka ikut-ikutan kebiasaan buruk
di sekitar kami. Mampukan kami menjalani kehidupan langka dan
mahal, yaitu: membiasakan hidup baik, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 11


Sabtu, 19 Maret 2022
Bacaan: Kejadian 1:26-27
Nas: Kejadian 1:27

“Maka Allah menciptakan manusia itu


menurut gambar-Nya menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka.”

T ahun 2012, Manchester United pernah bertanding melawan


Manchester City. Ketika itu terjadi hal cukup mengejutkan. Mario
Balotelli baru saja memasukkan gol ke gawang Manchester United pada
menit ke 22:14. Ia lantas menunjukan tulisan yang tertera di kaos
dalamnya. Di situ tertera tulisan “why always me?” Ternyata kata-kata
itu menunjukan isi hati Balotelli. Sebab, sejak lama ia merasakan
rasisme. Ia ingin menunjukan bahwa meskipun menjadi korban rasisme,
tapi mampu berprestasi dan tampil cemerlang.
Kata rasisme digunakan secara umum pada tahun 1930-an. Namun,
sebenarnya rasisme telah dipraktikkan jauh sebelum itu. Pengertian rasisme
bisa sangat luas. Itu mencakup tribalisme, xenofobia, keangkuhan,
prasangka, permusuhan dan perasaan negatif terhadap kelompok etnis,
ras, agama atau bangsa lain. Secara ekstrem, rasisme bisa merupakan
upaya penghancuran kelompok lain yang dianggap berbeda. Pada
umumnya, rasisme adalah tindakan penghinaan atas dasar perbedaan
ras, etnis, budaya, ekonomi, agama, politik, dsb. Itu dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap mereka yang berbeda dengannya.
Tuhan sangat menentang perilaku rasisme. Itu karena Tuhan telah
menciptakan semua manusia segambar dan serupa dengan Dia. Tuhan
juga telah menciptakan manusia baik adanya. Entah itu kita yang:
berkulit hitam ataupun putih, tinggi ataupun pendek, kaya ataupun
miskin. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang amat berharga. Maka,
janganlah kita mempraktikkan rasisme!

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap dan tindakan penghinaan atas dasar
perbedaan ras, etnis, budaya, ekonomi, agama, politik, dsb. Mampukan
kami membiasakan diri memperlakukan siapapun dengan baik, apa
pun latar belakangnya, Amin.

Halaman 12 Doaku Kepada-Mu


Doaku Kepada-Mu Halaman 13

Anda mungkin juga menyukai