DoakuKepada Mu
Bagian 117
Bagian 117
Edisi 7 s.d. 19 Maret 2022
Penulis:
~ Tim Banas DK
Editor:
~ Espe
Setting:
~ Desy
Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)
[Untuk lingkungan sendiri]
Tahun 2022
Kata Pengantar
FORMULIR PENULIS RH
Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………
___________________
(..……………………………………)
Doa: Tuhan, ketika kami mengalami kegagalan, jauhkan kami dari sikap
menyalahkan Engkau. Mampukan kami belajar berbesar hati,
bersyukur, dan berusaha dengan lebih sungguh, Amin.
Doa: Tuhan, kami menyadari bahwa waktu berlalu begitu cepat. Karena
itu, mampukan kami membiasakan diri mengisinya dengan
melakukan hal-hal yang baik dan berguna, Amin.
A pakah ada di antara kita yang suka menonton film? Adakah yang
pernah menonton film Happy Feet? Dalam film itu kita dapat
melihat kehidupan kawanan pinguin. Ternyata, mereka hanya bertelur
satu butir saja setiap musim. Selain itu, bukan ibu yang menjaga
telurnya, melainkan si ayah! Dengan menjepitkan telur di antara kedua
kakinya, telur mendapat panas dari lipatan lemak di sekitar perut si
ayah. Hal ini harus terus dilakukannya kira-kira 64 hari.
Kumpulan pinguin ayah yang sedang mengerami telurnya, hidup
bersama-sama berdekatan, agar tetap hangat. Sementara, si ibu akan
pergi mencari makan. Bila si ibu terlambat datang untuk memberi
makan anaknya yang baru menetas, anak itu akan diberi makan oleh si
ayah. Itu dilakukan dengan cara menggunakan makanan cadangan yang
diambil dari saluran pencernaan si ayah. Hal ini bisa mengakibatkan si
ayah kehilangan setengah dari bobot tubuhnya. Barulah setelah si ibu datang,
mereka akan bergantian pergi untuk mencari makan bagi si anak.
Kisah keluarga pinguin itu mengajarkan kasih yang
sesungguhnya. Si ayah rela berjuang mempertahankan telur di kakinya
selama 64 hari. Ia juga rela memberi makan anaknya dengan cadangan
dari perutnya. Padahal, akibatnya ia bisa kurus kering, bahkan mati.
Itulah pelajaran luar biasa. Di dunia manusia, kasih sering kali berhenti
sekadar angan-angan atau omongan indah. Ketika orang lain menderita,
banyak orang bersimpati dan merasa kasihan. Namun, mereka tidak
melakukan apa-apa. Padahal, sesungguhnya mereka bisa melakukan
sesuatu untuk membantunya. Mari, kasih itu kita jadikan nyata. Bukan
berhenti sekadar angan-angan atau kata-kata indah!
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka memuji diri. Mampukan kami
membiasakan diri rendah hati, mensyukuri berkat-Mu dan
bertekun melakukan berbagai hal dengan baik dan benar, Amin.
B urung angsa Kanada memiliki cara hidup luar biasa. Kawanan angsa
biasanya terbang dengan formasi V sebagai tanda adanya perubahan
musim. Bila salah satu anggota kelompok ini sakit atau terluka karena suatu
hal, ia tidak akan ditinggalkan sendirian. Dua angsa akan menemaninya
menuju daratan. Seekor diantaranya adalah pasangan angsa yang sakit itu.
(Sebab, sama seperti merpati, angsa hanya memiliki satu pasangan seumur
hidupnya). Sesampai di darat, keduanya akan menjaga angsa yang sakit itu. Itu
dilakukan hingga si sakit bisa terbang kembali atau hingga ia mati. Setelah itu,
kedua angsa itu akan menunggu sampai ada kelompok lain yang melintas.
Barulah kemudian mereka bergabung, lalu terbang bersama.
Seperti kawanan angsa itu, semestinya hidup kita diwarnai dengan
kepedulian dan kesetiaan. Namun, tidak bisa dimungkiri, rasa peduli dan
setia, kini sudah langka, sulit ditemukan. Banyak orang tidak peduli
kepada sesamanya. Juga banyak yang tidak setia. Selagi dalam
kegembiran, mereka tidak peduli pada orang lain. Juga, mereka tidak
setia kepada teman. Bahkan, mereka tidak setia kepada anggota
keluarganya. Mereka hanya peduli dan setia ketika sedang membutuhkan
bantuan. Atau, mereka setia ketika sedang diuntungkan.
Sekarang ini makin banyak orang cenderung mementingkan diri.
Justru karena itulah kita perlu menjadi pribadi yang berbeda dari
kecenderungan itu. Kita perlu belajar menjadi pribadi yang tidak egois.
Pribadi yang peduli dan setia kepada saudara dan sesama. Itulah awal
terciptanya kerukunan dalam masyarakat. Yang jelas, dimana ada
kerukunan dan kasih, di situlah berkat Tuhan tercurah!
Doa: Tuhan, Engkau ingin agar kami menjadi saluran berkat bagi
banyak orang. Maka, mampukan kami membiasakan diri memberi
dengan tulus, tanpa berharap akan menerima balasan, Amin.
“
G uru-guru di sekolah kita payah! Menjelang akhir pekan kok malah
kita harus mengerjakan banyak tugas. Kan kita butuh refreshing!
Memangnya mereka nggak ada yang paham perasaan siswa?” Begitulah
keluhan seorang murid menjelang akhir pekan tiba. Apakah kita juga
pernah merasakan seperti itu? Ketika menjelang akhir pekan, kita malah
harus mengerjakan banyak tugas sekolah? Bagaimana perasaan kita?
Mungkin kita kesal, sedih, dan kecewa.
Pertanyaannya, apakah kesal, sedih, dan kecewa itu karena para
guru memberi banyak tugas? Ataukah, itu karena kita suka menunda
pengerjaan tugas itu hingga akhir pekan? Banyak siswa suka mengeluh
ketika mendapatkan banyak tugas. Sebenarnya, masing-masing guru
memberikan tugas dalam waktu yang berlainan. Ada yang
memberikannya pada hari Senin, Selasa, dsb. Namun, banyak siswa suka
menunda pengerjaan tugas-tugas itu. Padahal, jika tugas-tugas itu segera
dikerjakan, ia bisa menikmati akhir pekan dengan baik.
Begitulah, banyak anak suka menunda pengerjaan tugas hari ini. Itu
berarti sengaja ia membuat diri sendiri lebih susah di kemudian hari.
Sadarilah, bahwa hari esok memiliki kesusahannya sendiri. Hari ini kita
memiliki waktu dan kesempatan. Maka, semestinya itu kita gunakan sebaik-
baiknya untuk mengerjakan tugas-tugas hari ini. Sebab, besok belum tentu
kita memiliki waktu luang. Mungkin jadwal sekolah tiba-tiba padat. Mungkin
pula keluarga kita memiliki keperluan mendadak. Maka, biasakan tidak
menunda pengerjaan tugas. Kerjakan apa pun yang bisa kita kerjakan hari ini.
Itulah hidup yang efektif sekaligus produktif! Mari, kita membiasakan diri
hidup efektif dan produktif.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka ikut-ikutan kebiasaan buruk
di sekitar kami. Mampukan kami menjalani kehidupan langka dan
mahal, yaitu: membiasakan hidup baik, Amin.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap dan tindakan penghinaan atas dasar
perbedaan ras, etnis, budaya, ekonomi, agama, politik, dsb. Mampukan
kami membiasakan diri memperlakukan siapapun dengan baik, apa
pun latar belakangnya, Amin.