Anda di halaman 1dari 17

Hening Sejenak

Renungan Harian Untuk Sekolah Dasar

Bagian 122
Edisi 15 s.d. 27 Mei 2023

Penulis:
~ Tim Banas HS

Editor:
~ Espe

Setting:
~ Desy

Untuk berlangganan hubungi:


Novita, LP3S, Jl. Soekarno-Hatta 10, Telp. (0298) 326366
Salatiga 50731
E-mail: lp3ksinode@gmail.com
089523256830

Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)
[Untuk lingkungan sendiri]
Tahun 2023
Kata Pengantar

Di atas pintu gerbang utama sebuah sekolah, ada tulisan bijak demikian,
“Hati-hati dengan pikiranmu, itu akan menjadi kata-katamu. Hati-hati
dengan kata-katamu, itu akan menjadi perilakumu. Hati-hati dengan
perilakumu, itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu,
itu akan menjadi karaktermu. Hati-hati dengan karaktermu, itu akan
menjadi nasibmu” (Lickona, 2004:3-4).
Tulisan bijak itu menandaskan tentang betapa pentingnya
mengembangkan karakter baik. Sejatinya, hal itu sudah diakui sejak zaman
Yunani Kuno. Heraclitus misalnya, menyatakan bahwa karakter akan
membentuk nasib seseorang. Lalu, itu akan membentuk nasib sebuah
masyarakat. Maka kata Cicero “Dalam karakter warga negara, terletaklah
kesejahteraan sebuah bangsa.”
Pada zaman modern pun, hal itu tetap diakui. Ralph Waldo Emerson,
seorang pengajar Harvard University, menyatakan, “ Karakter lebih tinggi
nilainya daripada intelektualitas.” Ini bukan berarti bahwa intelektualitas
tidak penting. Melainkan, bahwa intelektualitas itu amat penting. Dan,
karakter, jauh lebih penting daripada intelektualitas.
Maka, wajar manakala Frank Pittman, seorang pakar psikiatri,
menyatakan, “Dalam dunia yang penuh tantangan ini, stabilitas kehidupan
kita tergantung pada karakter kita. Karena, karakter membuat kita mampu
bertahan, memiliki stamina untuk tetap berjuang, dan sanggup mengatasi
ketidakberuntungan secara bermakna.”
Buku renungan ini disusun dengan semangat macam itu. Yakni,
menyediakan media untuk mengajak anak-anak membiasakan diri
mengembangkan karakternya. Itu dirangsang melalui refleksi pengalaman
dan kebiasaan berdasarkan Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Kiranya, itu
bisa membantu anak-anak bertumbuh menjadi pribadi berkarakter baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyiapan buku renungan ini. Jerih lelah mereka telah
membuat buku ini bisa dinikmati pembaca. Selamat menggunakan buku
renungan ini. Kiranya nama Tuhan dimuliakan. Salam sehat!

Salatiga, Mei 2023


Pengurus LP3S
MARI MENJADI PENULIS RENUNGAN !

Apakah Anda tertarik untuk menulis renungan? Kami mengundang


Anda untuk menjadi penulis naskah renungan untuk siswa.
Renungan yang dimuat akan mendapatkan HONORARIUM. Apabila
Anda berminat, silakan mengirimkan formulir di bawah ini bersama
satu contoh renungan. Selanjutnya, para penulis yang naskahnya
kami nilai laik, akan kami hubungi. Selamat bergabung dengan
kami.*)

FORMULIR PENULIS RH

Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………

…..………….…, ……….. 20….

___________________
(..……………………………………)

*) Bisa dikirim melalui e-mail, lp3ksinode@gmail.com


Senin, 29 Mei 2023
Bacaan: Amsal 30:18-19
Nas: Ayat 18

“Ada tiga hal yang mengherankan aku,


bahkan, ada empat hal yang tidak
kumegerti....’’

P agi itu Yogi bangun pukul 06.00, lebih siang daripada biasanya. Itu
karena ia libur sekolah. Yogi segera berdoa, memanjatkan syukur
kepada Tuhan. Sebab, Tuhan telah menyertai selama ia tidur. Juga, Tuhan
telah memberikan hari baru, kesehatan, dan kekuatan kepadanya. Setelah
itu, Yogi beranjak dari tempat tidur dan merapikannya. Lantas, ia
membuka jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam udara pagi yang segar.
Sinar matahari menerobos melalui jendela kamar yang terbuka.
Warna semburat keemasan masuk ke kamarnya. Yogi tertegun melihat
sinar matahari yang sedemikian indah. Sinar itu juga menciptakan
bayangan daun-daun pohon mangga di depan rumahnya.
Yogi segera membuka pintu kamar. Ia menemui ayah dan ibunya,
sambil berkata” Ayah, Ibu, ketika aku bangun tadi, aku melihat
pemandangan indah sekali. Warna semburat keemasan sinar matahari
masuk ke kamarku. Juga hembusan sepoi udara pagi. Semua itu terasa
indah dan menyegarkan. Pagi ini begitu indah dan menyenangkan.”
Ayah dan ibu Yogi tersenyum senang mendengar cerita Yogi.
Ayahnya pun menjawab,” Begitulah, kalau kita mau mengamati berbagai
hal sederhana di sekitar kita, pasti merasa takjub. Seperti yang kau alami
pagi ini. Kalau itu kita biasakan, maka setiap hari akan terasa indah dan
menyenangkan.” Sejak itu Yogi suka mengamati dan menikmati berbagai
hal sederhana di sekitarnya. Ternyata, itu membuat hari-harinya terasa
lebih indah dan menyenangkan.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri mengamati dan


merasakan berbagai hal sederhana yang ada di sekitar kami.
Sehingga, kami bisa merasakan dan mensyukuri indahnya hari-hari
pemberian-Mu, Amin.

Hening Sejenak Halaman 1


Selasa, 30 Mei 2023
Bacaan: Matius 10:29-31
Nas: Ayat 31

“Sebab itu jangan kamu takut, karena


kamu lebih berharga daripada banyak
burung pipit.’’

N as hari ini bicara tentang burung pipit. Itu termasuk burung kecil.
Bulunya kecoklatan. Burung pipit tidak bisa terbang tinggi. Karena
itu, biasanya ia hanya hinggap di pohon-pohon perdu atau semak-semak.
Bila dibandingkan dengan burung yang lain, pipit termasuk burung yang
kecil dan lemah.
Bila dibandingkan dengan burung rajawali misalnya, pipit
bukanlah tandingannya. Burung rajawali bisa dengan mudah
mencengkeram atau bahkan memangsa burung pipit. Meskipun begitu,
menurut Kitab Suci, Tuhan tetap mengasihi burung pipit. Tuhan menjaga
kehidupan burung pipit. Tuhan juga memberikan kecukupan kepada
burung pipit.
Tuhan juga melengkapi burung pipit dengan berbagai kemampuan.
Salah satunya adalah kemampuan untuk terbang cepat di tengah
rimbunnya perdu atau semak belukar. Itulah sebabnya, ia bisa dengan
mudah menghindar dari berbagai bahaya yang dapat mencelakakannya.
Begitulah, meskipun burung pipit kecil dan lemah, namun Tuhan
memberinya kemampuan istimewa.
Menurut Kitab Suci, kasih Tuhan kepada kita jauh lebih besar
daripada kasih-Nya kepada burung pipit. Tuhan berfirman, “Kamu lebih
berharga daripada burung pipit.” Maka, bila kita memiliki kekurangan
atau kelemahan, jangan berkecil hati. Tuhan pasti memberikan kelebihan
kepada kita. Dengan kelebihan itu, kita akan mampu mengatasi
kekurangan dan kelemahan kita. Jadi, bila kita memiliki kekurangan dan
kelemahan, jangan khawatir. Sebab, sesungguhnya Tuhan telah memberi
kelebihan tertentu. Ingatlah: kita beruntung, karena melebihi burung!

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau sangat mengasihi kami.


Mampukan kami membiasakan diri berusaha menemukan kelebihan
dan kekuatan yang telah Engkau berikan dalam diri kami, Amin.

Halaman 2 Hening Sejenak


Rabu, 31 Mei 2023
Bacaan: Yakobus 3: 13-18
Nas: Ayat 16

“Sebab, di mana ada iri hati dan


mementingkan diri sendiri di situ ada
kekacauan dan segala macam perbuatan
jahat.’’

S ari jengkel bukan kepalang. Sebab, ia gagal menjadi juara lomba


mengarang dalam rangka ulang tahun sekolahnya. Padahal, ia sudah
berusaha mati-matian. Berhari-hari ia berlatih mengarang bersama
kakaknya. Sari jengkel bukan hanya karena gagal menjadi juara. Tetapi, ia
juga jengkel karena pemenangnya justru Sumi, anak yang dibencinya. Ia
merasa iri, bagaimana mungkin justru Sumi yang menjadi juara.
Rasa iri atas keberhasilan Sumi itu begitu menyesakkan hati Sari.
Ia tak rela, kalau Sumi menjadi terkenal. Ia tak rela kalau Sumi dipuji-puji
oleh teman-teman dan para guru. Maka, ia pun berencana
mempermalukan Sumi.
Berhari-hari Sari memikirkan cara untuk mempermalukan Sumi.
Akhirnya, ia menemukan cara mempermalukan Sumi. Sari berdecak
bahagia. Ia melompat dengan mengepalkan tangan kanannya,” Yes!
Tunggu pembalasanku, Sumi.”
Esoknya, Sari berangkat ke sekolah pagi-pagi benar. Ia
menyebarkan kabar bahwa karangan Sumi dibuatkan oleh orang lain.
Siang hari, ketika jam istirahat tiba, para siswa heboh membicarakan
kabar itu. Akibatnya, semua siswa mencibir Sumi. Karena merasa sedih,
Sumi menangis. Sementara itu, para guru membahas isi kabar itu.
Mengetahui itu semua, Sari tersenyum gembira. Tapi, seminggu
kemudian, ulah Sari terbongkar juga. Semua tahu bahwa ternyata kabar
itu sengaja disebarkan oleh Sari. Gara-gara ulahnya, Sari diminta meminta
maaf kepada Sumi. Sari mendapat sanksi dari sekolah.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari rasa iri, yang hanya membuahkan
kekacauan dan berbagai perbuatan jahat. Mampukan kami
membiasakan diri bersuka cita atas keberhasilan teman-teman kami,
Amin.

Hening Sejenak Halaman 3


Kamis, 1 Juni 2023
Bacaan: Mazmur 50:1-6
Nas: Ayat 2

“Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil


bersinar.’’

S ion adalah nama sebuah bukit di Yerusalem. Bukit itu sebenarnya


kecil. Bukit itu hanya seperti gundukan tanah yang tingginya
beberapa meter saja. Tidak ada yang istimewa dari bukit itu. Itu bukan
sebuah taman. Demikian juga, itu bukan sebuah tempat wisata yang indah.
Tapi, di atas bukit itu ada bangunan yang dibanggakan orang
Israel. Bangunan itu adalah Bait Allah (Rumah Ibadah). Bangsa Israel amat
bangga terhadap Bait Allah itu. Karenanya, bukit Sion menjadi tempat
yang dimuliakan.
Begitulah, bukit Sion sebenarnya sederhana dan tidak punya
pesona istimewa. Namun, itu dirasakan sebagai puncak keindahan.
Mengapa bisa begitu? Karena mereka semua menghargainya.
Kesediaan untuk menghargai, memang amat penting. Terutama,
menghargai orang lain, teman misalnya. Contoh: Dani menghargai Bayu.
Maka, meskipun sepintas Bayu tampak biasa-biasa saja, namun Dani bisa
merasakan berbagai kelebihan dan kebaikan Bayu. Sebaliknya, karena
Diko tak menghargai Rudi, maka apa pun yang dilakukan Rudi selalu
dicelanya. Menurut Diko, Rudi tak punya kelebihan apa-apa.
Pengalaman Fani pun seperti itu. Dulu, Fani dan teman-teman di
kelas sama sekali tak menghargai Dena. Itu karena penampilannya serba
acak-acakan. Setiap kali teman-teman bercerita tentang Dena, semuanya
serba buruk. Tapi, setelah Fani tak memandang rendah kepadanya, lama
kelamaan ia bisa melihat berbagai kelebihan dan kebaikan Dena. Fani
menjadi tahu, bahwa Dena pandai menyanyi dan bermain musik. Dan,
yang lebih penting, Fani menjadi tahu bahwa Dena anak yang sangat baik
dan santun.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri menghargai sesama.


Sehingga, kami bisa melihat dan merasakan berbagai kelebihan dan
kebaikan mereka, Amin.

Halaman 4 Hening Sejenak


Jum’at, 2 Juni 2023
Bacaan: Filemon 1: 4-7
Nas: Ayat 4-5

“Aku mengucap syukur kepada Allahku,


setiap kali aku mengingat engkau dalam
doaku, karena aku mendengar tentang
kasihmu kepada semua orang kudus dan
tentang imanmu kepada Tuhan.”

S esuai dengan namanya, Sugi memiliki sifat amat baik. Tutur katanya
halus. Ia bersikap ramah dan sopan kepada siapa saja. Ia gemar
menolong siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Sugi tidak pernah
malu mengerjakan berbagai macam pekerjaan. Di rumah, ia bersedia
membantu orang tua dan saudara-saudaranya mengerjakan aneka
pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, cuci piring, dll.
Sikap seperti itu, tidak hanya dilakukannya di rumah. Di sekolah
maupun dalam masyarakat, Sugi dikenal sebagai anak sopan dan suka
memberi pertolongan. Karena itu, para tetangga dan teman-teman di
sekolah, suka kepadanya.
Di kalangan mereka, Sugi dikenal sebagai anak istimewa. Oleh
teman-temannya di sekolah, ia dijuluki sebagai “siswa inspiratif”. Itu
karena sikap dan tindakannya layak dicontoh. Meski mendapat julukan
seperti itu, Sugi tetap bersikap rendah hati. Tidak ada sedikitpun sikap
sombong.
Suatu ketika seorang teman bertanya kepadanya, “ Mengapa kau
bersedia bersikap baik kepada setiap orang?” Sugi menjawab, “Saya sudah
menerima kasih dan kebaikan dari Tuhan. Maka, saya berusaha
membagikan kepada sesama. Sehingga, mereka juga merasakan kasih dan
kebaikan Tuhan.”
Seperti halnya Sugi, kita juga bisa membagikan kasih dan kebaikan
Tuhan. Sebab, setiap hari Tuhan memberikan kasih dan kebaikan kepada kita.

Doa: Tuhan, kami bersyukur atas kasih dan kebaikan-Mu. Mampukan kami
membiasakan diri suka berbagi. Sehingga kasih dan kebaikan-Mu
dirasakan banyak orang, Amin.

Hening Sejenak Halaman 5


Sabtu, 3 Juni 2023
Bacaan: I Tesalonika 3:12-13
Nas: Ayat 12

“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu


bertambah-tambah dan berkelimpah
dalam kasih seorang terhadap yang lain
dan terhadap semua orang...’’

P ulang sekolah, wajah Sahat cemberut. Melihat hal itu, ibunya paham
kalau Sahat sedang merasa kesal. Pasti terjadi sesuatu di sekolah,
yang membuat Sahat merasa kesal. Seperti biasanya, kalau wajah Sahat
tampak cemberut, ibunya tidak segera menanyakan sesuatu. Ibunya sabar
menunggu, sampai rasa kesal Sahat mereda.
Setelah beberapa saat berlalu, barulah kemudian ibunya
mendekati dan menyapa Sahat. Katanya, “Bagaimana nak sekolahmu hari
ini?” Sahat masih terdiam. Beberapa saat kemudian, ia bergumam,” Sahat
kesal Bu, Benu nakal lagi kepadaku. Besok akan ku pukul dia!” Dengan
sabar ibunya mendengarkan keluh kesah dan ungkapan kemarahan Sahat.
Lalu, perlahan ia menghibur dan menguatkan Sahat,” Memang
mengesalkan kalau ada teman suka usil. Wajar kalau kau ingin
memukulnya. Tapi, apakah pukulan itu akan membuat Benu menjadi lebih
baik? Ibu rasa, tidak. Mungkin Benu malah makin nakal kepadamu. Maka,
ibu ada usul: Cobalah berusaha bersikap lebih sabar. Berusahalah untuk
membina persahabatan dengan Benu. Pasti, lambat laun Benu akan
menyadari kesalahannya. Lalu, ia menjadi anak yang tidak suka usil.”
Sahat berterima kasih atas nasihat ibunya. Ia berusaha melakukan
seperti apa yang dinasihatkan ibunya itu. Ternyata nasihat ibunya benar.
Beberapa minggu kemudian, Benu tak pernah berbuat nakal lagi kepada
Sahat. Bahkan, Benu bersahabat dengan Sahat. Pengalaman itu membuat
Sahat tak pernah membalas siapa pun yang berbuat tak baik kepadanya. Ia
memilih bersabar dan menunjukkan kasih yang berlimpah.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap pendendam. Mampukan kami mem-
biasakan diri menunjukkan kasih yang berlimpah kepada siapa saja.
Sehingga, banyak orang merasakan kasih-Mu, Amin.

Halaman 6 Hening Sejenak


Senin, 5 Juni 2023
Bacaan: Wahyu 2: 10 a
Nas: Idem

“Jangan takut terhadap apa yang harus


engakau derita!’’

I lham bermain ke rumah Wahyu, sahabatnya. Kepada Wahyu ia


mengeluhkan kehidupan yang harus dijalaninya. Katanya, “Wahyu,
aku lelah dengan kehidupan ku. Setiap hari sepulang sekolah, aku harus
membantu ibu menyapu dan mencuci piring di rumah. Kalau tidak begitu,
aku tak bisa sekolah. Sungguh, aku merasa lelah!”
Sejenak, Wahyu terpaku mendengar keluh-kesah sahabatnya. Ia
terdiam. Lalu, ia mengeryitkan dahi, seperti mengingat-ingat sesuatu.
Kemudian, ia bangkit, berjalan menuju rak buku. Ia mengambil satu buku
tipis. Itu buku cerita bergambar. Lalu, dibacakannya buku itu dengan
perlahan dan penuh penghayatan.
“Alkisah, ada seekor ulat. Ia hidup di pohon jambu. Setiap hari
kerjanya hanya makan saja. Perutnya selalu kenyang. Ia tumbuh gemuk
dan sehat. Suatu ketika, ia terkejut. Dari tubuh dan mulutnya keluar
cairan kental, seperti lem. Cairan itu membungkus seluruh tubuhnya. Dia
pun berubah menjadi seekor kepompong. Dia sedih sekali”.
“Berhari-hari ia menunggu dengan sabar. Beberapa waktu
kemudian, dirasakannya dinding kepompong menjadi rapuh, seperti
kerupuk. Didorongnya dinding kepompong itu. Dinding itu hancur.
Lalu…,sungguh ajaib, ia bisa terbang! Waow, ternyata ia berubah menjadi
seekor kupu-kupu yang elok”.
Begitu Wahyu selesai membacakan buku itu, Ilham tersenyum. Ia
jadi paham, bahwa tak perlu mengeluh ketika menghadapi kesulitan.
Sebab, kesulitan itu dipakai Tuhan untuk membuatnya lebih hebat. Itu
seperti kisah ulat yang menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri menghadapi kesulitan


dengan rela dan sabar, tanpa mengeluh. Sebab, Engkau memakainya
untuk membuat kami semakin baik dan hebat, Amin.

Hening Sejenak Halaman 7


Selasa, 6 Juni 2023
Bacaan: Amsal 15:32
Nas: Idem

“Siapa mengabaikan didikan membuang


dirinya sendiri, tetapi siapa
mendengarkan teguran, memperoleh akal
budi.’’

P anuluh cemberut, wajahnya tampak kusut. Tak ada senyum


sedikitpun. Ketika disapa oleh Radite, dia diam saja. Melihat
sahabatnya seperti itu, Radite mencoba menemaninya. Ia duduk di sebelah
Panuluh. Beberapa saat keduanya saling berdiam diri. Sunyi.
Namun, kemudian keheningan itu berakhir. Panuluh bersedia
berbicara. Masih dengan wajah cemberut dan marah, ia berkeluh kesah,
“Ah…, menjengkelkan. Masak hanya gara-gara menyontek, aku ditegur dan
diminta untuk membuat surat pernyataan yang ditandatangani orang
tuaku?”
Dengan sabar Radite mendengarkan keluh kesah Panuluh. Tidak
sedikitpun ia menyela keluh kesah Panuluh. Barulah setelah Panuluh puas
melampiaskan kejengkelannya, Radite mulai berbicara. “Panuluh, aku bisa
memahami kejengkelanmu. Tentu, karena ditegur bu guru dan diminta
untuk membuat surat pernyataan, kau merasa malu kepada teman-teman
dan kepada orang tuamu. Kau pun merasa jengkel kepada bu guru. Aku
bisa memahami itu.” Mendengar kata-kata Radite itu, kemarahan Panuluh
mereda.
Radite pun melanjutkan, “Namun, kau perlu tahu juga, ibu guru
menegurmu karena beliau sayang kepadamu. Ia tidak ingin kau memiliki
kebiasaan menyontek. Bukankah kau sudah berkali-kali ketahuan
menyontek? Jadi, wajar kalau kali ini beliau memintamu membuat surat
pernyataan yang harus ditandatangani orang tuamu. Menurutku, kau tak
perlu jengkel kepada bu guru. Yang penting, buktikan bahwa sejak
sekarang kau tak akan menyontek lagi.” Panuluh terdiam. Hatinya
membenarkan apa yang dikatakan Radite.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri bersedia menerima


teguran dan peringatan tanpa merasa sakit hati, demi kebaikan
hidup kami, Amin.

Halaman 8 Hening Sejenak


Rabu, 7 Juni 2023
Bacaan: Yohanes 4:31-38
Nas: Ayat 35 b

“... Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah


ladang-ladang yang sudah menguning dan
matang untuk dituai.’’

S ore itu, Tedi tampak tergesa-gesa mengendarai sepedanya. Dengan


sekuat tenaga ia memacu sepeda itu. Ia ingin pergi ke rumah Weli,
sahabatnya. Tak berapa lama kemudian, sampailah ia di rumah Weli.
Seperti biasanya, ia masuk lewat depan, menemui ibu Weli. “E.., kau
Tedi. Tumben datang kemari sore-sore begini,” sapa ibu Weli dengan
ramah. “Anu bu, mau bertemu Weli, penting. Weli ada bu?” tanya Tedi. “Itu
dia di kamar, sedang belajar. Masuk saja nak!” jawab ibu Weli. Segera saja
Tedi menunju kamar Weli.
Di kamarnya, Weli tampak asyik belajar. Melihat kedatangan Tedi,
Weli segera beranjak dari tempat duduknya dan mempersilakan Tedi
masuk. Segera saja, mereka berdua asyik berbincang ke sana ke mari. Tiba-
tiba, Tedi diam sejenak. Lalu, dengan serius ia berkata, “ Weli, tolong kau
beri aku saran agar prestasi belajarku menjadi lebih baik, seperti kau.”
Mendengar permintaan itu, Weli segera menjawab, “Aku selalu
berusaha bersikap jeli dalam melihat kesempatan. Seperti kata Kitab Suci
‘Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah
menguning dan matang untuk dituai’. Lalu, kesempatan itu aku gunakan
sebaik mungkin. Aku tak pernah menyia-nyiakan waktu.”
Tedi pun meniru Weli. Ia berusaha jeli melihat kesempatan. Ia
selalu berusaha menyempatkan diri belajar. Kini, prestasinya pun semakin
baik. Tedi berterima kasih kepada Weli. Sebab, Weli telah membantunya
menjadi anak yang jeli menggunakan waktu dan kesempatan untuk
melakukan hal-hal yang baik dan berguna.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri jeli membaca situasi. Lalu,
kami menggunakan waktu dan kesempatan yang kami miliki untuk
melakukan hal-hal yang baik dan berguna, Amin.

Hening Sejenak Halaman 9


Kamis, 8 Juni 2023
Bacaan: Filipi 4: 4-7
Nas: Ayat 5 a

“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui


semua orang...!’’

S udah seminggu lebih Pak Terasuk tidak mengajar. Beliau sakit dan
harus dirawat di rumah sakit. Mengetahui kabar itu, Mila, Rita, Yosa,
Santi, dan Ruri mengajak teman-temannya menyelenggarakan doa
bersama. Itu mereka lakukan untuk memohonkan kesembuhan bagi Pak
Terasuk. Mereka juga mengajak teman-teman lain untuk membesuk dan
menyemangati Pak Terasuk.
Ajakan mereka berlima memperoleh sambutan positif. Sore hari
setelah berdoa bersama, mereka bersama-sama naik sepeda menuju
rumah sakit untuk membesuk Pak Terasuk. Para perawat terheran-heran
ketika menyaksikan kedatangan rombongan mereka.
Para perawat bertanya, “Siapa kalian dan hendak membesuk
siapa?” Mendengar pertanyaan itu, Yosa segera menjawab bahwa mereka
adalah murid-murid Pak Terasuk. Mereka bermaksud menjenguk Pak
Terasuk, guru mereka. Dengan segera perawat tersebut menunjukkan
kamar tempat Pak Terasuk dirawat.
Begitu menyaksikan kedatangan Mila, Rita, Yosa, Santi, Ruri dan
kawan-kawan, Pak Terasuk tersenyum gembira. Pak Terasuk sangat
berterima kasih atas kebaikan, perhatian dan kedatangan mereka.
Demikian pula para perawat dan pengunjung di rumah sakit itu merasa
kagum atas kebaikan Mila dan kawan-kawan kepada Pak Terasuk.
Bahkan, beberapa perawat terus-terang memuji mereka, “Kalian
semua sungguh baik. Kalian kompak, hormat, dan sayang kepada guru.
Kalian memang luar biasa!” Mereka mengungkapkan hal itu sambil
tersenyum dan mengacungkan dua ibu jari.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri memberi perhatian dan


dukungan kepada sesama yang sedang sakit atau menderita.
Sehingga, mereka terhibur dan bersemangat, Amin.

Halaman 10 Hening Sejenak


Jum’at 9 Juni 2023
Bacaan: Amsal 12:17
Nas: Idem

“Siapa mengatakan kebenaran, (ia)


menyatakan apa yang adil; tetapi saksi
dusta menyatakan tipu daya.’’

S eusai jam istirahat, semua siswa masuk ke kelas kembali. Mereka


semua bersiap-siap untuk menerima pelajaran berikutnya, yakni
Bahasa Indonesia. Semua siswa segera membuka tas, mengambil buku
pelajaran Bahasa Indonesia.
Namun, tiba-tiba terdengar sedikit kegaduhan di barisan kanan.
Beberapa anak saling berbisik-bisik. Lalu, kemudian terdengar seorang
anak terisak. Tampaknya ia menangis. Ternyata, Rengganis. Ia menangis
karena buku pelajaran Bahasa Indonesianya hilang.
Kelas semakin ribut. Masing-masing anak berkata bahwa ia tidak
tahu-menahu. Melihat kelas ribut, bu guru segera meminta agar mereka
semua tenang. Lalu, beliau meminta penjelasan dari Rengganis.
Rengganis mengatakan bahwa tidak mungkin buku itu ketinggalan
di rumah. Sebab, sebelum berangkat ke sekolah, ia sudah meneliti isi
tasnya. Buku itu ada di dalam tasnya. Hanya saja, ia ingat kalau tasnya
tidak ditutup rapat.
Belum selesai Rengganis menjawab, tiba-tiba Tinur, siswa kelas
lain, mengetuk pintu kelas. Ia berkata kepada bu guru,” Bu, tadi saya
menemukan buku ini di halaman sekolah. Saya tidak tahu, buku ini milik
siapa. Karena itu, buku ini saya serahkan kepada ibu.” Rengganis segera
bisa mengenali kalau buku itu miliknya.
Sebelum melanjutkan pelajaran, bu guru memuji sikap Tinur.
Begitu pula, bu guru meminta semua siswa untuk bersikap jujur dan
berani bersikap benar seperti Tinur.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka berbohong. Mampukan kami
membiasakan diri bersikap jujur dan berani bersikap benar dalam
kehidupan setiap hari, Amin.

Hening Sejenak Halaman 11


Sabtu, 10 Juni 2023
Bacaan: Matius 7:1-5
Nas: Ayat 1a

“Janganlah kamu menghakimi...’’


P ak Yusak itu guru yang paling menyebalkan. Ia tidak bisa
membimbing murid-muridnya. Ia galak dan selalu memberi soal
ulangan yang sulit-sulit. Aku tidak suka kepadanya,’’ begitu kata Kimi
kepada Komo.
Mendengar kata-kata itu, Komo mengeryitkan dahi. Ia tak percaya
apa yang dikatakan Kimi. Karena itu, ia segera menjawab, “ Ah, yang benar
saja Kimi. Sungguhkah Pak Yusak seperti itu? Setahuku, Pak Yusak itu
guru yang baik. Ia sangat sabar. Ia selalu memotivasi kami untuk tidak
gampang menyerah.”
Kimi masih bersikeras dengan pendapatnya, “ Ah, itu dulu, ketika
Pak Yusak mengajar di kelasmu. Tapi sekarang, ketika mengajar di
kelasku, beliau galak.”
Mendengar sanggahan Kimi, Komo penasaran. Sebab, ketika
mengajar di kelasnya, Pak Yusak sangat baik dan berdisiplin. Semua siswa
menghormatinya. Bahkan, ia merasa kagum pada kesabaran dan
kedisiplinan Pak Yusak. Karena itu, Komo tak percaya kata-kata Kimi. Ia
berusaha mengecek kebenarannya. Akhirnya, Komo tahu bahwa Kimi
berpendapat seperti itu karena sering ditegur Pak Yusak. Sebab, Kimi
jarang mengerjakan PR yang diberikan oleh Pak Yusak.
Maka, ketika Komo bertemu Kimi, ia segera menegurnya,” Kimi,
kini aku tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Kau tak pantas menghakimi
Pak Yusak seperti itu. Sebaiknya, jangan kamu teruskan kebiasaan
menghakimi seperti itu”. Kimi diam membisu. Ia malu kepada Komo.
Sebab, Pak Yusak tidak seperti yang dikatakan Kimi. Pak Yusak sangat
baik dan disiplin.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka menghakimi orang lain.
Mampukan kami membiasakan diri bersikap jujur dan apa adanya
(objektif) dalam menilai orang lain, Amin.

Halaman 12 Hening Sejenak


Hening Sejenak Halaman 13

Anda mungkin juga menyukai