Bagian 122
Edisi 15 s.d. 27 Mei 2023
Penulis:
~ Tim Banas HS
Editor:
~ Espe
Setting:
~ Desy
Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)
[Untuk lingkungan sendiri]
Tahun 2023
Kata Pengantar
Di atas pintu gerbang utama sebuah sekolah, ada tulisan bijak demikian,
“Hati-hati dengan pikiranmu, itu akan menjadi kata-katamu. Hati-hati
dengan kata-katamu, itu akan menjadi perilakumu. Hati-hati dengan
perilakumu, itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu,
itu akan menjadi karaktermu. Hati-hati dengan karaktermu, itu akan
menjadi nasibmu” (Lickona, 2004:3-4).
Tulisan bijak itu menandaskan tentang betapa pentingnya
mengembangkan karakter baik. Sejatinya, hal itu sudah diakui sejak zaman
Yunani Kuno. Heraclitus misalnya, menyatakan bahwa karakter akan
membentuk nasib seseorang. Lalu, itu akan membentuk nasib sebuah
masyarakat. Maka kata Cicero “Dalam karakter warga negara, terletaklah
kesejahteraan sebuah bangsa.”
Pada zaman modern pun, hal itu tetap diakui. Ralph Waldo Emerson,
seorang pengajar Harvard University, menyatakan, “ Karakter lebih tinggi
nilainya daripada intelektualitas.” Ini bukan berarti bahwa intelektualitas
tidak penting. Melainkan, bahwa intelektualitas itu amat penting. Dan,
karakter, jauh lebih penting daripada intelektualitas.
Maka, wajar manakala Frank Pittman, seorang pakar psikiatri,
menyatakan, “Dalam dunia yang penuh tantangan ini, stabilitas kehidupan
kita tergantung pada karakter kita. Karena, karakter membuat kita mampu
bertahan, memiliki stamina untuk tetap berjuang, dan sanggup mengatasi
ketidakberuntungan secara bermakna.”
Buku renungan ini disusun dengan semangat macam itu. Yakni,
menyediakan media untuk mengajak anak-anak membiasakan diri
mengembangkan karakternya. Itu dirangsang melalui refleksi pengalaman
dan kebiasaan berdasarkan Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Kiranya, itu
bisa membantu anak-anak bertumbuh menjadi pribadi berkarakter baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyiapan buku renungan ini. Jerih lelah mereka telah
membuat buku ini bisa dinikmati pembaca. Selamat menggunakan buku
renungan ini. Kiranya nama Tuhan dimuliakan. Salam sehat!
FORMULIR PENULIS RH
Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………
___________________
(..……………………………………)
P agi itu Yogi bangun pukul 06.00, lebih siang daripada biasanya. Itu
karena ia libur sekolah. Yogi segera berdoa, memanjatkan syukur
kepada Tuhan. Sebab, Tuhan telah menyertai selama ia tidur. Juga, Tuhan
telah memberikan hari baru, kesehatan, dan kekuatan kepadanya. Setelah
itu, Yogi beranjak dari tempat tidur dan merapikannya. Lantas, ia
membuka jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam udara pagi yang segar.
Sinar matahari menerobos melalui jendela kamar yang terbuka.
Warna semburat keemasan masuk ke kamarnya. Yogi tertegun melihat
sinar matahari yang sedemikian indah. Sinar itu juga menciptakan
bayangan daun-daun pohon mangga di depan rumahnya.
Yogi segera membuka pintu kamar. Ia menemui ayah dan ibunya,
sambil berkata” Ayah, Ibu, ketika aku bangun tadi, aku melihat
pemandangan indah sekali. Warna semburat keemasan sinar matahari
masuk ke kamarku. Juga hembusan sepoi udara pagi. Semua itu terasa
indah dan menyegarkan. Pagi ini begitu indah dan menyenangkan.”
Ayah dan ibu Yogi tersenyum senang mendengar cerita Yogi.
Ayahnya pun menjawab,” Begitulah, kalau kita mau mengamati berbagai
hal sederhana di sekitar kita, pasti merasa takjub. Seperti yang kau alami
pagi ini. Kalau itu kita biasakan, maka setiap hari akan terasa indah dan
menyenangkan.” Sejak itu Yogi suka mengamati dan menikmati berbagai
hal sederhana di sekitarnya. Ternyata, itu membuat hari-harinya terasa
lebih indah dan menyenangkan.
N as hari ini bicara tentang burung pipit. Itu termasuk burung kecil.
Bulunya kecoklatan. Burung pipit tidak bisa terbang tinggi. Karena
itu, biasanya ia hanya hinggap di pohon-pohon perdu atau semak-semak.
Bila dibandingkan dengan burung yang lain, pipit termasuk burung yang
kecil dan lemah.
Bila dibandingkan dengan burung rajawali misalnya, pipit
bukanlah tandingannya. Burung rajawali bisa dengan mudah
mencengkeram atau bahkan memangsa burung pipit. Meskipun begitu,
menurut Kitab Suci, Tuhan tetap mengasihi burung pipit. Tuhan menjaga
kehidupan burung pipit. Tuhan juga memberikan kecukupan kepada
burung pipit.
Tuhan juga melengkapi burung pipit dengan berbagai kemampuan.
Salah satunya adalah kemampuan untuk terbang cepat di tengah
rimbunnya perdu atau semak belukar. Itulah sebabnya, ia bisa dengan
mudah menghindar dari berbagai bahaya yang dapat mencelakakannya.
Begitulah, meskipun burung pipit kecil dan lemah, namun Tuhan
memberinya kemampuan istimewa.
Menurut Kitab Suci, kasih Tuhan kepada kita jauh lebih besar
daripada kasih-Nya kepada burung pipit. Tuhan berfirman, “Kamu lebih
berharga daripada burung pipit.” Maka, bila kita memiliki kekurangan
atau kelemahan, jangan berkecil hati. Tuhan pasti memberikan kelebihan
kepada kita. Dengan kelebihan itu, kita akan mampu mengatasi
kekurangan dan kelemahan kita. Jadi, bila kita memiliki kekurangan dan
kelemahan, jangan khawatir. Sebab, sesungguhnya Tuhan telah memberi
kelebihan tertentu. Ingatlah: kita beruntung, karena melebihi burung!
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari rasa iri, yang hanya membuahkan
kekacauan dan berbagai perbuatan jahat. Mampukan kami
membiasakan diri bersuka cita atas keberhasilan teman-teman kami,
Amin.
S esuai dengan namanya, Sugi memiliki sifat amat baik. Tutur katanya
halus. Ia bersikap ramah dan sopan kepada siapa saja. Ia gemar
menolong siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Sugi tidak pernah
malu mengerjakan berbagai macam pekerjaan. Di rumah, ia bersedia
membantu orang tua dan saudara-saudaranya mengerjakan aneka
pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, cuci piring, dll.
Sikap seperti itu, tidak hanya dilakukannya di rumah. Di sekolah
maupun dalam masyarakat, Sugi dikenal sebagai anak sopan dan suka
memberi pertolongan. Karena itu, para tetangga dan teman-teman di
sekolah, suka kepadanya.
Di kalangan mereka, Sugi dikenal sebagai anak istimewa. Oleh
teman-temannya di sekolah, ia dijuluki sebagai “siswa inspiratif”. Itu
karena sikap dan tindakannya layak dicontoh. Meski mendapat julukan
seperti itu, Sugi tetap bersikap rendah hati. Tidak ada sedikitpun sikap
sombong.
Suatu ketika seorang teman bertanya kepadanya, “ Mengapa kau
bersedia bersikap baik kepada setiap orang?” Sugi menjawab, “Saya sudah
menerima kasih dan kebaikan dari Tuhan. Maka, saya berusaha
membagikan kepada sesama. Sehingga, mereka juga merasakan kasih dan
kebaikan Tuhan.”
Seperti halnya Sugi, kita juga bisa membagikan kasih dan kebaikan
Tuhan. Sebab, setiap hari Tuhan memberikan kasih dan kebaikan kepada kita.
Doa: Tuhan, kami bersyukur atas kasih dan kebaikan-Mu. Mampukan kami
membiasakan diri suka berbagi. Sehingga kasih dan kebaikan-Mu
dirasakan banyak orang, Amin.
P ulang sekolah, wajah Sahat cemberut. Melihat hal itu, ibunya paham
kalau Sahat sedang merasa kesal. Pasti terjadi sesuatu di sekolah,
yang membuat Sahat merasa kesal. Seperti biasanya, kalau wajah Sahat
tampak cemberut, ibunya tidak segera menanyakan sesuatu. Ibunya sabar
menunggu, sampai rasa kesal Sahat mereda.
Setelah beberapa saat berlalu, barulah kemudian ibunya
mendekati dan menyapa Sahat. Katanya, “Bagaimana nak sekolahmu hari
ini?” Sahat masih terdiam. Beberapa saat kemudian, ia bergumam,” Sahat
kesal Bu, Benu nakal lagi kepadaku. Besok akan ku pukul dia!” Dengan
sabar ibunya mendengarkan keluh kesah dan ungkapan kemarahan Sahat.
Lalu, perlahan ia menghibur dan menguatkan Sahat,” Memang
mengesalkan kalau ada teman suka usil. Wajar kalau kau ingin
memukulnya. Tapi, apakah pukulan itu akan membuat Benu menjadi lebih
baik? Ibu rasa, tidak. Mungkin Benu malah makin nakal kepadamu. Maka,
ibu ada usul: Cobalah berusaha bersikap lebih sabar. Berusahalah untuk
membina persahabatan dengan Benu. Pasti, lambat laun Benu akan
menyadari kesalahannya. Lalu, ia menjadi anak yang tidak suka usil.”
Sahat berterima kasih atas nasihat ibunya. Ia berusaha melakukan
seperti apa yang dinasihatkan ibunya itu. Ternyata nasihat ibunya benar.
Beberapa minggu kemudian, Benu tak pernah berbuat nakal lagi kepada
Sahat. Bahkan, Benu bersahabat dengan Sahat. Pengalaman itu membuat
Sahat tak pernah membalas siapa pun yang berbuat tak baik kepadanya. Ia
memilih bersabar dan menunjukkan kasih yang berlimpah.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap pendendam. Mampukan kami mem-
biasakan diri menunjukkan kasih yang berlimpah kepada siapa saja.
Sehingga, banyak orang merasakan kasih-Mu, Amin.
Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri jeli membaca situasi. Lalu,
kami menggunakan waktu dan kesempatan yang kami miliki untuk
melakukan hal-hal yang baik dan berguna, Amin.
S udah seminggu lebih Pak Terasuk tidak mengajar. Beliau sakit dan
harus dirawat di rumah sakit. Mengetahui kabar itu, Mila, Rita, Yosa,
Santi, dan Ruri mengajak teman-temannya menyelenggarakan doa
bersama. Itu mereka lakukan untuk memohonkan kesembuhan bagi Pak
Terasuk. Mereka juga mengajak teman-teman lain untuk membesuk dan
menyemangati Pak Terasuk.
Ajakan mereka berlima memperoleh sambutan positif. Sore hari
setelah berdoa bersama, mereka bersama-sama naik sepeda menuju
rumah sakit untuk membesuk Pak Terasuk. Para perawat terheran-heran
ketika menyaksikan kedatangan rombongan mereka.
Para perawat bertanya, “Siapa kalian dan hendak membesuk
siapa?” Mendengar pertanyaan itu, Yosa segera menjawab bahwa mereka
adalah murid-murid Pak Terasuk. Mereka bermaksud menjenguk Pak
Terasuk, guru mereka. Dengan segera perawat tersebut menunjukkan
kamar tempat Pak Terasuk dirawat.
Begitu menyaksikan kedatangan Mila, Rita, Yosa, Santi, Ruri dan
kawan-kawan, Pak Terasuk tersenyum gembira. Pak Terasuk sangat
berterima kasih atas kebaikan, perhatian dan kedatangan mereka.
Demikian pula para perawat dan pengunjung di rumah sakit itu merasa
kagum atas kebaikan Mila dan kawan-kawan kepada Pak Terasuk.
Bahkan, beberapa perawat terus-terang memuji mereka, “Kalian
semua sungguh baik. Kalian kompak, hormat, dan sayang kepada guru.
Kalian memang luar biasa!” Mereka mengungkapkan hal itu sambil
tersenyum dan mengacungkan dua ibu jari.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka berbohong. Mampukan kami
membiasakan diri bersikap jujur dan berani bersikap benar dalam
kehidupan setiap hari, Amin.
“
P ak Yusak itu guru yang paling menyebalkan. Ia tidak bisa
membimbing murid-muridnya. Ia galak dan selalu memberi soal
ulangan yang sulit-sulit. Aku tidak suka kepadanya,’’ begitu kata Kimi
kepada Komo.
Mendengar kata-kata itu, Komo mengeryitkan dahi. Ia tak percaya
apa yang dikatakan Kimi. Karena itu, ia segera menjawab, “ Ah, yang benar
saja Kimi. Sungguhkah Pak Yusak seperti itu? Setahuku, Pak Yusak itu
guru yang baik. Ia sangat sabar. Ia selalu memotivasi kami untuk tidak
gampang menyerah.”
Kimi masih bersikeras dengan pendapatnya, “ Ah, itu dulu, ketika
Pak Yusak mengajar di kelasmu. Tapi sekarang, ketika mengajar di
kelasku, beliau galak.”
Mendengar sanggahan Kimi, Komo penasaran. Sebab, ketika
mengajar di kelasnya, Pak Yusak sangat baik dan berdisiplin. Semua siswa
menghormatinya. Bahkan, ia merasa kagum pada kesabaran dan
kedisiplinan Pak Yusak. Karena itu, Komo tak percaya kata-kata Kimi. Ia
berusaha mengecek kebenarannya. Akhirnya, Komo tahu bahwa Kimi
berpendapat seperti itu karena sering ditegur Pak Yusak. Sebab, Kimi
jarang mengerjakan PR yang diberikan oleh Pak Yusak.
Maka, ketika Komo bertemu Kimi, ia segera menegurnya,” Kimi,
kini aku tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Kau tak pantas menghakimi
Pak Yusak seperti itu. Sebaiknya, jangan kamu teruskan kebiasaan
menghakimi seperti itu”. Kimi diam membisu. Ia malu kepada Komo.
Sebab, Pak Yusak tidak seperti yang dikatakan Kimi. Pak Yusak sangat
baik dan disiplin.
Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap suka menghakimi orang lain.
Mampukan kami membiasakan diri bersikap jujur dan apa adanya
(objektif) dalam menilai orang lain, Amin.