Anda di halaman 1dari 2

3 MEI 2020 MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG TAKUT

AKAN TUHAN
(Dirangkaikan Dengan Harpenas
2 Mei 2020) Amsal 3: 1-26

Warna Liturgi Putih

Syalom,

kemarin kita baru saja merayakan hari Pendidikan Nasional, tepatnya tanggal 2 mei 2020. Perayaan
tersebut menjadi momentum yang mengingatkan semua generasi bangsa kita tentang betapa
pentingnya Pendidikan sebagai sarana kelengkapan bagi keberlangsungan hidup umat manusia.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Kehendak Tuhan untuk hidup bagi kemuliaanNya ini
tidak hanya berlaku bagi satu generasi saja, tetapi dari generasi ke Generasi ; sedangkan tanggung
jawab mempersiapkan generasi penerus ada di Pundak orang tua. Karena itulah Musa memperingatkan
para orang tua untuk tidak lalai mendidik anak-anaknya, bandingkan kitab ulangan 6 : 1 - 25 sebab jika
lalai melakukan tanggung jawab ini akan berakibat sangat fatal bagi generasi mendatang . Alkitab
menyatakan bahwa kita ini diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk kemuliaan namaNya; “Semua orang
yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang
Kujadikan ! “ ( Yesaya 43 : 7 ).

Rasul Paulus juga menegaskan hal itu kepada jemaat di Efesus, yang berbunyi ; “. . . . kita ini buatan
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya ( Efesus 2 : 10 ).

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Dalam Amsal 3 :1 – 26 yang menyebutkan
kata hikmat.Hikmat yang dibicarakan dalam Kitab ini sebenarnya berhubungan dengan pribadi kita
dengan Tuhan. Jika kita memberi respons yang sesuai dengan kehendak-Nya, maka buah-buah
kehidupan dengan hasilnya akan mengalir. Bagaimana caranya? Pertama, percaya kepada Tuhan dengan
segenap hati dan mengakui Dia dalam segala hal ( Ams 3:5-6); kedua, bergantung sepenuhnya pada
Tuhan dan tidak pada diri sendiri ( Ams 3:7-8); ketiga, memuliakan Tuhan dengan harta ( Ams 3:9-10).
Cara hidup seperti inilah yang menjadi manifestasi ketergantungan manusia kepada Tuhan, Sang
Sumber Hikmat.

Berkat dan hikmat. Bila kita memiliki cara hidup orang berhikmat, maka berkat itu akan kita nikmati,
seperti: panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera, mendapatkan kasih dan penghargaan dari Allah
dan manusia; jalan kita diluruskan, dan lumbung-lumbung kita akan diisi penuh bahkan sampai
melimpah-limpah. Kita memiliki cara hidup orang berhikmat, bukan supaya berkat-berkat ini mengalir
dalam hidup kita; tetapi yang benar adalah karena kita memang memiliki cara hidup demikian, maka
berkat-berkat ini akan menjadi buah-buah kehidupan kita.

Saudara-daudara… yang menarik untuk disimak dalam Amsal 3 ini adalah rahasia untuk
mendapatkan berkat-berkat seperti yang telah saya sebut di atas, Dan salah satu syarat untuk
mendapatkan berkat-berkat yang dimaksud itu adalah mendengar dan mentaati didikan (ay. 3-4).”hai
anakku, janganlah engkau melupakan ajarankan, dan biarlah hatimu memelihara perintahku…karena
panjang umur serta sejahtera akan ditambahan kepadamu” mendengar dan mentaati didikan, itulah
rahasia untuk mendapatkan berkatNya.

Begitu pentingnya didikan sehingga harus dilakukan oleh setiap orang tua. Pertanyaannya
adalah, bagaimanakah cara mendidik yang baik, supaya generasi generasi penerus hidupnya
mencerminkan kehidupan yang berhikmat, kehidupan yang takut akan Tuhan? Sebab nyata dewasa ini
ada banyak anak-anak yang susah untuk di atur, di tegur, dinasehati. Bahkan kecenderungan anak-anak
sekarang lebih suka memilih kesenangannya daripada mendengar dan melakukan didikan.

Ilustrasi ini mungkin bisa menolong kita bagaimana menerapkan pendidikan: Ilustrasi ini cocok kalau
diberi judul “Seni Mendidik”, ceritanya begini:

Sekelompok anak muda menghadiri resepsi pernikahan. Salah seorang diantaranya melihat guru SD-nya.
Murid itu menyalami gurunya dengan penuh penghormatan, serta berkata: Masih ingat saya kan pak
guru??? Gurunya menjawab: “tidak”!!

Murid itu bertanya keheranan “masa sih pak guru tidak ingat saya?” saya kan ….murid yang mencuri
jam tangan salah seorang teman di kelas. Dan ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, pak guru
menyuruh kami semua berdiri menghadap dinding untuk dilakukan penggeledahan di saku para murid.
Saya bepikir bahwa saya akan dipermalukan dihadapan para murid dan pak guru. Dan pasti saya akan
menjadi bahan ejekan dan hinaan. Mereka akan memberi gelar padaku “pencuri” dan diriku pasti akan
hancur selama-lamanya. Dulu panjenengan menyuruh kami semua berdiri menghadap tembok dan
menutup mata kami semua. Lalu panjenengan menggeledah kantong kami, dan ketika tiba giliran saya,
panjenengan ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan panjenengan lanjutkan penggeledahan sampai
murid terakhir. Setelah selesai panjenengan suruh kami membuka penutup mata dan kembali ketempat
duduk. Saat itu saya takut panjenengan akan mempermalukan saya di depan murid-murid yang mereka
adalah teman-teman saya. Panjenengan tunjukkan jam tangan itu, lalu pak guru berikan pada
pemiliknya, tanpa menyebutkan siapa yang mencurinya. Selama saya belajar di sekolah itu, anda tidak
pernah bicara tentang kasus jam tangan itu, dan tidak ada seorangpun guru maupun murid yang bicara
tentang pencurian jam tangan itu. Panjenengan masih ingat saya pak? Pak guru hanya tersenyum saja.
Bagaimana bisa anda tidak mengingatku wahai guruku. Saya adalah muridmu dan ceritaku adalah cerita
masalalu yang pedih yang tak terlupakan. Saya sangat mengagumimu, sejak itu saya berubah menjadi
orang yang baik dan benar, saya mencontoh perbuatanmu.

Lalu guru itu menjawab: Saya tidak mengingatmu, sebab ketika saya menggeledah saya berusaha untuk
tidak melihatmu, karena saya tidak mau merasa kecewa atas perbuatan salah satu muridku. Saya sangat
mencintai mereka semua. Demikianlah saudara… cerita ilustrasi ini. Maknanya adalah: Pendidikan
memerlukan seni. Jangan mempermalukan seseorang, karena akan dapat menghacurkan hidupnya dan
tambah terperosok lebih dalam. Memaafkan, mengampuni, adalah sesuatu kebijakan yang mulia.
“orang yang mempermalukan orang lain adalah orang yang hanya bisa mencela atau menyalahkan, atau
menyalahkan. Sedangkan orang yang berhikmat adalah orang yang mau memperbaiki kesalahan orang
lain. Intinya adalah bahwa didikan memerlukan keteladanan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai