Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan untuk segala kesempatan hidup yang masih Tuhan berikan kepada kita semua untuk menjalani hari-hari hidup dan perjuangan hidup kita masing- masing. Mungkin asing atau terlalu berat bagi kita sebagai anak muda untuk mendengar kata perjuangan hidup, karena mungkin pada dasarnya kita merasa bahwa seharusnya tidak ada hal berat yang sementara kita perjuangkan, kehidupan yang masih bersama-sama dengan orang tua, dibiayai, disekolahkan, merupakan aspek yang membuat kita berpikir belum tepat jika kita menggambarkan hidup ini sebagai perjuangan. Namun teman teman faktanya sejak kita dilahirkan didunia, kita sudah diperhadapkan dengan perjuangan, dari sejak kita kecil kita berjuang untuk hidup, untuk berkembang dari waku ke waktu, sedikit demi sedikit mulai tau berjalan, berbicara, dan lain-lain. Itu menandakan bahwa sebenarnya hidup ini adalah ajang perjuangan kita, baik perjuangan secara jasmani, maupun secara rohani (perjuangan iman). Teman-teman pemuda dan remaja yang diberkati Tuhan, setiap perjuangan yang didasarkan pada keegoisan dan tidak dilandaskan pada pengertian takut akan Tuhan adalah kesia-siaan kata Pengkhotbah yaitu raja Salomo, Penulis menemukan bahwa hidup ini sarat dengan kontradiksi dan misteri, sulit diduga dan prediksi, dipenuhi dengan ketidakpastian, manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah (Pengkhotbah 8:17). Meskipun demikian umat dituntut untuk tidak pesimis tapi harus optimis, harus terus berjuang dengan berkarya dan bekerja secara giat. Hal yang menyenangkan atau buruk sama-sama berpeluang untuk terjadi , makanya harus bisa disikapi dengan bijak dan melibatkan Tuhan. Bacaan ini dimulai dengan “lemparkanlah rotimu ke air”, menurut Matthew Henry, lemparkan rotimu ke air atau gandummu ke tempat tempat rendah merujuk kepada petani yang menabur benih di tanah berair. Bagi orang yang rajin dan berumah hati, mereka menyisihkan sebagian dari gandum persediaan keluarga untuk diberikan kepada orang miskin. Kemurahan hati dan kebaikan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tetapi dengan tindakan, Jadi melempar roti ke air artinya adalah dengan kemurahan hati orang percaya berkewajiban membantu orang menderita, miskin dan menangis yang membutuhkan pertolongan. Berikanlah bahagian kepada 7 bahkan 8 orang yang berarti adanya kesediaan membantu, kerelaan berkorban, menolong bagi yang lain untuk mendatangkan kesejahteraa. Karena pada suatu hari mungkin kita sendiri yang sangat memerlukan pertolongan, dan pasti akan ditolong jika kita telah bermurah hati bagi mereka yang meminta pertolongan. Dalam ayat selanjutnya (3,4,5) Pengkhotbah mengajak umat agar jangan terhalang oleh angin dana wan, symbol tantangan dan pergumulan. Sehingga tidak menabur dan pada akhirnya tidak menuai. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi sebagaimana yang digambarkan jalan angina dan tulang-tulang dalam rahim perempuan yang mengandung. Kita tidak mengetahui pekerjaan Allah. Tapi kita tetap harus melalukan sesuatu, waktu yang ada harus diisi, dan dimanfaatkan dengan baik dan maksimal (ayat 6) . Jangan berhenti dan masa bodoh sehingga tidak melakukan apa-apa. Pengkhotbah juga menyatakan bahwa sekalipun kita berjuang dan berusaha dalam hidup, hidup tetaplah semenyenangkan itu, sebab jikalau orang panjang umurnya biarlah ia bersukacita, tetapi pengkhotbah juga mengingatkan posisi ketidakkekalan manusia yang pasti akan menghadapi hari-hari gelap, untuk itu sebagai manusia kita harus tetaplah siap. Teman-teman yang diberkati Tuhan ada 3 hal yang menjadi pesan firman Tuhan dimalam hari ini: 1. Tetaplah berjuang dan berkarya Didalam hidup ini kita dituntut untuk terus melanjutkan perjuangan kita dengan rajin belajar dan bekerja sebagai bentuk penghargaan kita terhadap waktu yang Tuhan beri, maka haruslah kita tetap rajin dan berusaha. Sekalipun ada waktu bagi kita untuk diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan. Jadikan itu semua sebagai daya dorong untuk bangkit dan berkarya. Sekecil apappun itu tetaplah berkarya dan menghasilkan sesuatu baik kita dalam bangku sekolah, maupun kita yang telah bekerja. 2. Ada berkat milik orang lain yang dititipkan melalui kita. Hasil dari karya dan kerja kita bukan hanya semata-mata untuk menyenangkan kita, percayalah selalu ada berkat milik orang lain yang Tuhan titipkan kepada kita untuk disalurkan. Dan sungguh tidak ada artinya bagi kita jika kita menikmati hasil pekerjaan kita hanya untuk diri kita sendiri. Mari belajar untuk berbagi dengan orang lain, sekecil apapun itu, bagi teman kita, bagi saudara kita, dan bagi semua orang yang membutuhkan. Karena mungkin ada saatnya kita membutuhkan pertolongan orang lain, maka jangan mengharpkan pertolongan jika kita tidak pernah menolong orang lain, karena apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya. (contoh sederhana: memberikan polpen kepada teman yang membutuhkan polpen). 3. Hidup tidak sia-sia jika kita berdampak dan menjadi berkat Apa yang pengkhotbah katakana mengenai hidup adalah benar, kesia-siaan, namun selama kita berdampak dan menjadi berkat bagi orang lain, hidup ini tidak akan sia-sia, melainkan ada sukacita tersendiri yang kita peroleh, jika kita menjadi bagian dari keberhasilan dan kesuksesan orang lain, mesikupun begitu kita tetap harus menerapkan prinsip kerendahan hati, dan jangan sombong. Dengan firman Tuhan hari ini kiranya kita dapat menjadi pribadi yang mampu membangun hidup yang rukun dan damai dengan semua orang, lewat kemurahan hati kita berbagi kepada sesama, dan janganlah kita hidup dalam pertengkaran dan percideraan cuman karena perbuatan baik. Ingat dan pahami, bahwa apa yang sudah kita berikan kepada orang lain dengan ketulusan, tidak perlu lagi kita menuntut balas atas apa yang kita berikan. Tuhan memberkati hidup kita semua, untuk tetap terus menjadi berkat. Amin.