Anda di halaman 1dari 10

Bahan kotbah

Bersyukur adalah tindakan orang percaya. Kita bersyukur kepada TUHAN atas segala
penyertaan dan perlindungan-Nya bagi kita. Syukur adalah komponen ikhlas yang
pertama dan terpenting dalam hidup kita. Namun demikian, banyak orang yang masih
keliru dalam menerapkan rasa syukur. Mengucap syukur itu bukan hanya sekedar
mengucapkan atau mengakui, bukan sekedar di bibir, tapi mengucap syukur itu harus
mencoba memasukkannya ke dalam hati.
Rasa syukur adalah kemampuan kita menikmati apa yang sedang kita alami. Intinya
adalah rasa nikmat di dalam hati. Bersyukur adalah menikmati perasaan syukur
itu. Mengucap syukur tanpa benar-benar menikmati perasaan syukur itu sama artinya
dengan tidak jujur dengan diri sendiri, karena mengatakan apa yang tidak dirasakan.
Sesungguhnya ada banyak juga orang yang hanya bisa bersyukur jika yang
diperolehnya adalah hal-hal yang dianggap menyenangkan saja. Seyogyanya
bersyukur itu kita lakukan setiap kali kita menikmati sesuatu (menyenangkan atau
tidak), mengingat segala sesuatu itu datangnya dari Tuhan.
Kita ingat apa yang diungkapkan Paulus supaya hatimu penuh melimpah dengan
syukur. ’’Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu
bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
dengan syukur” (Kol. 2:7). Ungkapan itu justru harus lahir bukan pada saat semua
berjalan menyenangkan, tetapi pada saat yang sulit dan pada saat dia mengalami
penderitaan. Dengan kata lain, bersyukur itu sama pengertiannya dengan menerima
dan merasakan nikmat pada setiap keadaan yang kita alami.
Kecenderungan manusia sulit untuk mensyukuri dan menikmati apa yang ada di
tangannya karena selalu mengharapkan yang belum dimiliki. Ketika Tuhan Yesus
menyembuhkan sepuluh orang yang sakit kusta, dari sepuluh orang yang sudah
mendapatkan dan merasakan kesembuhan, hanya satu orang yang datang untuk
bersyukur (Luk. 17: 11-19).
Mengapa mereka tidak mau bersyukur dan berterimakasih atas kesembuhan yang telah
diterima? Itu karena yang aktif bekerja adalah pikirannya, bukan hatinya. Akibat dari
sulit bersyukur adalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh; sama seperti bangsa Israel
yang sedang di padang gurun, dicatat dalam Perjanjian Lama, yang selalu mengeluh.
Bagaimana cara terbaik untuk kita bersyukur? Cara terbaik untuk bersyukur adalah:
dengan mengenali dan menghayati rasa syukur/nikmat sekecil apapun dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Apapun yang sedang terjadi, baik maupun buruk, hayatilah dan
nikmati saja. Pastikan apa yang terucap dari mulut kita adalah apa yang kita rasakan di
dalam hati, inilah arti sebenarnya kata jujur. Dengan kata lain, bersyukur yang tepat itu
kalau kita melakukannya dengan jujur.
Bersyukur itu juga memberi pengaruh kepada ketenangan jiwa. Sebab pada
hakikatnya, bersyukur adalah mengingat Dia yang Maha memberi dan Dia yang Maha
pemurah, Dia yang Maha pengasih, Maha segalanya. Dengan terus mengingat segala
kebesaran dan kebaikan Tuhan, kita bisa menemukan ketenangan jiwa seperti tertulis
di Mazmur 116:7 ’’Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab Tuhan telah berbuat baik
kepadamu.’’
Timbul pertanyaan kita, mengapa kita mengucap syukur?
Pertama, karena ucapan syukur adalah sebuah persembahan (Mzm. 116:17). Kita
diajarkan untuk memberi bukan? Kita rajin memberikan uang kita, tetapi kita sering lupa
untuk memberikan salah satu persembahan penting lainnya yaitu ucapan syukur,
perhatikan kata ucapan syukur. Itu artinya ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut
dan mengalir dari perbendaharaan hati. Namun demikian dijelaskan bahwa ucapan
syukur itu harus keluar dalam bentuk kata-kata verbal. Ucapan syukur tidak cukup di
dalam hati, tetapi harus keluar sebagai suatu untaian kata-kata verbal. Bahkan para
tuna rungu (bisu) sekalipun dapat merangkai kata-kata yang memang sulit kita
mengerti. Tetapi sejatinya, para tuna rungu pun dapat mengucapkan syukur kepada
Allah yang sekalipun mengijinkan kekuranang kepadanya.
Kedua, karena TUHAN sangat baik (Mzm. 118:1). Kebaikan dari orang yang paling baik
sekalipun akan berakhir, namun kebaikan ALLAH kita tak pernah habis untuk selama-
lamanya, maka kita harus mengucap syukur kepadaNya. Kebaikan-Nya yang melebihi
akal dan logika memaksa setiap mulut harus bersyukur kepadaNya.
Ketiga, karena TUHAN menjawab doa kita (Mzm. 118:21). Seringkali kita tidak
mendapatkan jawaban doa, bukan karena kita kurang iman atau kurang percaya, tetapi
karena kita lupa mengucap syukur. Atau yang paling logis adalah, kita tak mengucap
syukur karena jawabanNya bukan sesuatu yang kita inginkan. Memang sangatlah logis,
karena Tuhan tidak digerakkan oleh keinginan, tetapi kebutuhan. Bila doa kita didorong
oleh keinginan, maka manusia akan jatuh kedalam dosa hawanafsu. Itulah sebabnya
Tuhan hanya digerakkan oleh kebutuhan. Sudah menjadi pasti bahwa doa yang lahir
dari hati yang sungguh mengharapkan Tuhan menjawab kebutuhan, akan mengalami
ucapan syukur karena jawaban doa datang tapat pada waktuNya. Karena itu, marilah
mengucap syukur setiap hari kepada TUHAN atas segala kebaikan-Nya bagi kita.
(rsnh)

Mengucap Syukur: Mudah Tapi Sulit Dilakukan


Bacaan Alkitab: Mazmur 9:1-7

Kenyataannya, mengucap syukur adalah perkara yang sulit kita lakukan. Jangankan dalam kondisi
susah dan berbeban berat, saat segala sesuatu berjalan dengan baik dan normal pun ternyata kita sulit
untuk mengucap syukur dan dengan sengaja kita melupakannya. Jika kita teliti, banyak sekali ayat
dalam firman Tuhan yang membahas tentang pengucapan syukur. Artinya hal pengucapan syukur
adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelekan.
Hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan inilah yang mendorong terciptanya mazmur pujian
yang ditulis oleh Daud. "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau
menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" (Mazmur 9:2). Bila kita merenungkan kasih dan
kebaikan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepada-Nya,
bahkan pengucapan syukur itu seharusnya seperti nafas hidup kita yang tak pernah berhenti untuk
berhembus selama kita hidup.
Namun seringkali ucapan syukur keluar dari mulut kita hanya saat kita menikmati dan mengalami
hal-hal yang baik dari Tuhan. Ketika hal-hal yang tidak baik (menurut penilaian kita) terjadi dan
menimpa hidup kita, sulit sekali kita mengucap syukur kepada Tuhan, sebaliknya yang keluar dari
bibir kita hanya ungkapan kekecewaan, kekesalan, keputusasaan, sungut-sungut, omelan dan bahkan
kita berani menuduh dan menyalahkan Tuhan, seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel.

Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam kelimpahan atau
kekurangan, suka atau duka, adalah warna-warni dalam kehidupan manusia. Satu hal yang
seharusnya menguatkan kita adalah "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan" (Roma 8:28), karena itu tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya.

Mengucap Syukur Adalah Perintah Dan Kehendak Tuhan Yang Harus Kita Taati
Pertobatan adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang menjadi berkat bagi sesama.
Daud menaikkan sebuah doa pengakuan dosa di hadapan Tuhan dalam Mazmur 51, ayat 9-
13, “Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus
dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu,
dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada
orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.”
Sadarkah kamu bahwa doa pengakuan dosa itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
manusia panjatkan di hadapan Tuhan? Betul bahwa Tuhan sudah memberikan kasih karunia-
Nya dan mengampuni hidup manusia. Akan tetapi jangan sampai kita lupa bahwa doa yang kita
panjatkan di hadapan Tuhan menunjukkan tidak ada selubung di dalam hati kita, agar nurani
kita tidak tertuduh. Seringkali manusia merasa hidupnya tidak layak untuk datang kepada Tuhan
karena ada nurani yang tertuduh di dalam hatinya. Saat kita menyatakan pengakuan di hadapan
Tuhan, itu berarti kita punya niat hati yang serius untuk mau berubah, bukan saja berhenti pada
keselamatan diri sendiri, tetapi kita akan diberikan kerelaan hati untuk memberitakan
keselamatan yang dari Tuhan bagi sesama.
Pentingnya membangun kehidupan doa karena doa bukan sekadar mengubahkan diri kita tetapi
membuka sebuah pintu terobosan bagi hidup kita untuk melangkah dalam tujuan dan kehendak
Tuhan. Bicara tentang berbalik, kita manusia seringkali senang hidup dalam kekeliruan artinya
hidup tidak sesuai dengan aturan, sering melakukan pelanggaran. Hal yang tidak teratur ini kita
tinggalkan, kita menata hidup menjadi lebih baik, yaitu baik dihadapan Tuhan dan
sesama=BERBALIK.
Manusia hari-hari ini masih suka hidup mengelompokkan dosa dalam skala besar dan kecil.
Dosa besar itu seperti membunuh, berzinah, merampok, dan dosa kecil itu seperti berbohong,
mengingini milik sesama dalam hati, ngomong kotor, dan lain sebagainya. Kebenarannya adalah
tidak ada dosa besar maupun dosa kecil. Setitik noda pada sebuah pakaian juga sudah membuat
pakaian tersebut terlihat kotor, pakaian yang kotor akan kita cuci sampai bersih, demikianlah
dosa. Kalau kita sudah tahu berdosa tentu kita berusaha untuk mohon ampun dari Tuahn dan
harus ada pembuktiannya dalam hidup nyata, ada aksinyatanya yang dapat dilihat oleh orang
lain.
Di mata Tuhan tidak ada dosa kecil maupun dosa besar. Dosa tetaplah mendatangkan maut
sehingga dari pihak Tuhan, Ia memutuskan untuk membereskannya bagi kita. Allah sungguh
mencintai manusia ciptaan-Nya.Allah tidak mau manusia hidup dalam penderitaan dan
diselimuti oleh dosa. Dosa itu menjadi pemutus hubungan Allah dengan manusia, melihat
keadaan itu, maka Ia mengutus Putera-Nya lahir ke dunia untuk menyelamatkan manusia.
Pengorbanan Yesus di atas kayu salib merupakan bukti nyata bahwa Ia sungguh mengasihi kita,
Ia tidak rela kita mati binasa, sehingga Ia menjadi jalan itu sendiri, barangsiapa yang percaya
kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Jangan meremehkan dosa
kecil! Segala sesuatu yang kecil bisa menjadi besar kalau tidak ada ‘pemberesan’ di hadapan
Tuhan. Pemberesan dari pihak Tuhan bagi kita sudah selesai! Tetapi dari pihak kita untuk
mengakui di hadapan-Nya juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Tujuannya supaya tidak
ada nurani yang mendakwa dan menolak dirimu untuk datang mendekat kepada Tuhan. Tidak
ada dosa yang sangat besar sehingga Tuhan tidak sanggup mengampuninya bagi kita.
Sebesar apapun dosa yang kita lakukan, tidak akan pernah tersembunyi dari Tuhan, Ia pasti
melihat dan mengetahui apa yang terjadi/kita lukan dalam kehidupan kita. juga tidak ada dosa
yang terlalu kecil sehingga kita berpikir tidak perlu datang membereskannya di hadapan Tuhan.
Dan akar dari segala dosa sesungguhnya hanya satu, yaitu tidak mempercayai keberadaan Tuhan
di dalam hidup kita. Kita sering lupa bahwa hidup kita ini berasal dari Tuhan, bukan hanya itu,
bahkan hidup kita adalah mlik Tuhan. Hukum yang terutama adalah KASIHILAH TUHAN
ALLAHMU dengan segenap hatimu. Dan bila kasih Allah tinggal dalam hidup seseorang, dia
tidak akan menikmati dosa yang sedang atau pernah ia lakukan. Untuk lepas dari dosa Gereja
mengajarkan kepad kita adala lewat PERTOBATAN/MENGAKU DOSA. (bdk perintah Gereja
yaitu : mengaku dosalah sekurang-kurangnya 2 X setahun) “Aku, TUHAN, yang menyelidiki
hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah
langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (Yeremia 17:10)
Situasi sekarang ini merupakan situasi yang sangat membutuhkan kehadiran kita sebagai
manusia. Menjadi seorang manusia yang BERSYUKUR dan BERTOBAT. Bersyukur dan
bertobat untuk sampai pada makna hidup yang di penuhi oleh kasih yang menyelamatkan dari
Tuhan. Seperti tema Natal yang diangkat pada tahun ini “Cinta Kasih Kristus yang
Menggerakkan Persaudaraan”. Tema tahun ini benar-benar menuntut kita wujudkan dalam
hidup nyata, sebab kita semua tahu dan menyadari begitu banyak musibah yang terjadi di tengah
dunia ini. Semua itu membuat manusia berada dalam ketakutan, kebingungan, bahkan banyak
yang sampai kehilangan yang sangat berharga baginya seperti: orang tua, saudara hingga harta
miliknya habis dan hilang. Cinta kasih Kristus bukan hanya dengan ungkapan saja, namun cinta
kasih yang penuh pengorbanan. Itu semua bukanlah hanya kemauan Kristus, perlu kita pahami
bahwa Allah yang merencanakannya, maka Yesus sampai mati di kayu salib merupakan
konsekwensi terhadap tugasnya Demikian juga dengan kita yang masih hidup, dan tidak
mungkin lepas dari kehidupan orang lain. Dengan situasi ini, kita diberikan pertanyaan,
“Apakah aku mau dan mampu berkorban untuk saudara dan orang lain? Banyak saudara kita
yang sangat membutuhkan uluran tangan, mengharapkan kasih yang tulus dari diri kita.
Saudara-saudara yang terdampak virus corona belum selesai, sekarang sudah ada lagi sesama
yang menderita karena bencana alam. Mereka- mereka ini merindukan pertolongan, merindukan
pendampingan, mengharapkan kasih yang tulus dari semua oranng termasuk diri kita.
Semoga kasih Kristus yang menggerakkan hati kita untuk mampu membantu dan peduliu
kepada saudara-saudara kita yang mengalami bencana ataupun yang korban karena erupsi
gunung semeru. Rela ataupun siap membantu adalah wujud pertobatan kita dan rasa syukur
karena masih mampu membantu orang lain yang sangat membutuhkan bantuan kita.
Membantu orang lain adalah hal yang harus disyukuri, karena harus dipahami bahwa Tuhan
masih memberi kesempatan bagi kita, untuk mewujudkan Kerajaan Allah kepada saudara-
saudara kita yang sedang berkesusahan karena bencana alam, ataupun karena virus corona yang
sangat jahat. Bila hal ini sungguh-sungguh kita lakukan dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih,
yakinlah dan percaya pada kasih Tuhan, hidup kita akan dimudahkan, itu pula yang harus kita
syukuri.
Betobat berarti berbuat sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain terlebih-lebih untuk
perkembangan iman kita. Mengembangkan iman bukanlah pekerjaan yang gampang atau yang
berkembang begitu saja, tetapi lewat cobaan, ujian atau peristiwa hidup yang sangat pahit.
Kalau kita belum pernah mengalami yang sakit, maka kita tidak akan pernah mengerti artinya
iman, tidak pernah paham sepenuihnya akan penyertaan Tuhan. Saat kita jatuh dalam kesulitan
mungkin karena ekonomi, karena penyakit atau bisa juga karena ditipu saudara, teman dekat
kita, bila kita tidak punya pandangan iman yang positif, maka semua peristiwa hidup itu
menjadi suatu beban sehingga pikiranpun menjadi tak terarah bahkan bisa mengarahkan kita
kepada keputusasaan. Namun, bila kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan atau
dikatakan pandangan iman yang positif, maka hal itu akan membawa kita kepada pertobatan dan
semakin dekat dengan Tuhan. Kita hadir dalam persekutuan dengan jemaat di gereja, mengikuti
perayaan ekaristi dengan berdisposisi yang baik dan tulus.
Penderitaan bukan menjadi akhir dari segalanya dalam hidup ini. Perubahan ini disebut juga
orang yang mau bersyukur. Jadi bersyukur itu bukan hanya saat bahagia, berhasil atau senang
saja, tetapi dalam masa yang sulitpun kita tetap bersyukur. Buah-buah pertobatan adalah
perubahan karakter dari manusia lama yang penuh dengan dosa menjadi manusia baru yang
semakin hari semakin disempurnakan menjadi serupa dengan Kristus, memiliki karakter
Kingdom of God.(Kerajaan Allah). Karakter-karakter yang diam dalam Kerajaan Allah adalah
karakter yang mau bersyukur dan bertobat, mau membantu orang yang susah, tidak menjelekkan
sesamanya, tidak memfitnah saudaranya, tidak malas berdoa. Hal ini yang juga Tuhan minta
dari setiap kita untuk menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan pernah berpikir Allah baik,
penuh pengampunan dan anugerah-Nya berlimpah-limpah sehingga kita lupa atau tidak berbuah.
Kalau kita masih ada di dunia ini, artinya Tuhan ingin kita menghasilkan buah-buah pertobatan.
Rasul Paulus berkata hidup adalah untuk berbuah (Fil. 1:22). Berbuah berarti berguna bagi
orang lain. Kini kita sedang dalam masa penantian kelahiran Yesus Kristus yang disebut dengan
NATAL. Banyak hal yang harus kita persiapkan dalam penantian ini, terutama hal hati dan
pikiran kita harus segera diperbaharui, cara pandang terhadap kehidupan kita dan orang lain.
Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan, meningkatkan iman sangat penting. Kalau jaman
dulu, katakan saat saya masih sekolah minggu, kalau sudah menjelang NATAL, semua orang
pasti sibuk, ngapain? Menghias rumah dengan lampion, pohon Natal, assesoris Natal, membuat
kue dan macam-macam yang dilaksankan. Kebiasaan itu merupakan Natal sudah dekat,
Kerajaan Allah sudah dekat. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar memeluk sebuah agama
dan menjalani rutinitas ibadah, melainkan bertumbuh menjadi seperti Kristus. Terlibat aktif
dalam tugas-tugas liturgi di gereja dan di lingkungan kita. Iman janganlah menjadi iman
musiman. Artinya kalau Natal kita datang ke gereja, selainnya kita selalu sibuk, atau ada juga ke
gereja kalu tugas saja. Misalnya anak-anak remaja sekarang ini, datang kegereja bila ada tugas
sebagai misdinar, selainnya tidak pernah ke gereja. Itupun bukanlah tanda iman yang
berkembang. Iman semakin besar hanya dapat terjadi jika kita menyerahkan hidup kepada-Nya
sehingga Dia hidup di dalam kita. Perubahan yang dikerjakan Allah di dalam hidup kita pun
akan terlihat dari luar melalui buah yang kita hasilkan.
Marilah menjalani hidup selaras dengan kehendak Kristus, agar buah hidup kita dapat dinikmati
orang lain, sebab kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain.
SEORANG bijak mengatakan: “Saya selalu mengeluh bahwa saya tidak memiliki sepatu baru,
sampai akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang tidak memiliki kaki. Saya selalu mengeluh
atas makanan yang tidak disukai, sampai akhirnya saya bertemu seseorang mengais makanan
karena kelaparan. Saya selalu mengeluh atas pondok saya yang kecil, sampai akhirnya saya
mendapati seseorang yang terlelap di pinggir jalan yang ramai.”

Tanpa memiliki hati yang bersyukur, manusia tak pernah hidup tenang. Tiada beban yang lebih
besar dan membuat jiwa sangat tertekan selain daripada tindakan seseorang yang memiliki
kebiasaan suka mengeluh. Sangat mudah kita tenggelam dalam keluhan karena terlalu
membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan diri. Alhasil, kita tidak melihat banyak berkat
yang kita peroleh dan yang seharusnya pantas disyukuri.

Syukur adalah soal sikap hati yang membentuk cara pandang atas kehidupan ini. Orang yang
berhati rewel dan tamak tidak akan pernah merasa cukup dan tidak bisa bersyukur atas apa pun
yang telah diterimanya. Syukur adalah “kunci” bagi mereka yang ingin mengalami kebahagiaan
hidup. Orang yang sulit bersyukur akan sulit pula memasuki “gerbang” hidup bahagia. Sebab,
sesungguhnya kebahagiaan manusia bukan terletak pada apa yang ada dan dimiliki, melainkan
sebuah cara menghayati dan menerima apa yang ada dan dimilikinya dengan hati bersyukur.

Salah satu hal paling tragis yang saya ketahui tentang pemikiran manusia adalah banyak orang
cenderung kurang menghargai apa yang dimilikinya. Kita lebih suka memimpikan taman mawar
di istana raja, daripada menikmati mawar yang sedang mekar di luar jendela kamar kita sendiri.
Kita cenderung kecil hati melihat “penampilan lebih” yang terlihat dari orang lain daripada
mengagumi apa yang pasti dimiliki sendiri.

Jalanilah kehidupan ini, tak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain. Keirian hati kita
terhadap orang lain akan membawa lebih banyak tekanan dan penderitaan yang tak perlu. Ketika
kita kurang bersyukur maka kita mudah iri hati. Sikap hati macam ini membuat hidup semakin
terpuruk. Syukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan ke dalam
hidup kita. Rasa syukur yang besar tidak akan terjadi kalau tidak dimulai dari kemampuan
bersyukur atas segala hal yang kecil-kecil.

Miliki hati yang bersyukur dengan belajar mengagumi hal-hal sederhana yang Anda miliki
sebagai anugerah Tuhan. Terima dan nikmatilah hidup “apa adanya”, dan bukan “ada apanya”,
maka Anda akan bahagia. Kalau Anda tidak memiliki hati yang bersyukur, seluruh dunia ini
tidak akan bisa membuat Anda bahagia. Inilah sikap bijaksana menuju hidup bahagia.

Kalau orang memiliki hati yang bersyukur, ditimpa persoalan apa pun sungguh ia bagaikan air di
relung lautan yang dalam, tak tergoyahkan. Orang yang memiliki hati yang bersyukur tidak akan
pernah terguncang walaupun ombak badai kehidupan menerjangnya, tidak ada putus asa, dan
tidak akan ada keluh-kesah berkepanjangan. Kebahagiaan bukanlah tentang apa yang terjadi
pada kita, melainkan bagaimana kita menilai apa yang terjadi pada kita. kemampuan bersyukur
adalah keterampilan menemukan sesuatu yang positif pada setiap hal yang negatif.

Syukur adalah ciri seorang beriman sejati, oleh karena ia hidup dengan sikap yang positif dan
selalu mengingat kebaikan Tuhan yang menjadi andalan dan sandaran hidupnya. Orang yang
memiliki hati yang bersyukur pantas disayang Tuhan. Tentu ia akan hidup dalam kelimpahan
pemeliharaan Tuhan dan selalu ada sukacita yang datang dari-Nya. Kehidupan orang yang suka
bersyukur penuh gairah, sukacita, semangat, sehat, dan energik. Merekalah pemilik kehidupan.
Sikap mengeluh mengabaikan banyak anugerah Tuhan dan menghabiskan energi. Jika pada
penghujung hari, kita merasa sangat letih, mungkin itu karena kita terlalu banyak mengeluh.

Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tapi rasa syukurlah yang membuat kita
berbahagia. Kesulitan sebesar apa pun akan terasa wajar bagi jiwa yang tetap melebihkan rasa
syukur daripada mengeluh. Jiwa yang bersyukur akan berbahagia bahkan di atas masalah.
Percayalah, bersyukur itu ajaib!

Cobalah sisihkan waktu sejenak untuk bersyukur atas hal-hal baik dalam hidup Anda.
Renungkan tentang apa yang telah Anda capai, orang-orang yang hadir dalam hidup Anda,
pengalaman peneguhan yang Anda dapatkan, keahlian dan minat yang Anda miliki, apa yang
Anda percayai, dan hal-hal yang Anda miliki. Katakanlah, “Tuhan Engkau sungguh baik!”

Lukas 17 : 11-19

Bersyukur adalah salah satu hal yang penting dalam iman seorang Kristen.
Hal ini diajarkan oleh Alkitab secara berulang-ulang (Kol. 2:7; 1Tes. 5:18; Ef.
5:20). Daud pernah mengingatkan, “…dan janganlah lupakan segala
kebaikan-Nya!” (Maz. 103:2).

Dalam perikop yang kita baca, kita menemukan kisah tentang sepuluh orang
yang sakit kusta dan disembuhkan oleh Allah. Ke- sepuluh orang tersebut
sama-sama berteriak kepada Tuhan Yesus, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
(ay. 12), dan mereka sama-sama disembuhkan (ay. 14). Akan tetapi, hanya
satu orang saja yang “kembali sambil memuliakan Allah dengan suara
nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-
Nya” (ay. 15-16). Satu orang itu adalah seorang Samaria.

Orang Samaria ini tidak berhenti hanya pada kesembuhan saja, tapi ia ingin
membangun relasi yang lebih dalam dengan Kristus, sang Penyembuh.
Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah bermaksud agar umat-Nya berhenti
hanya pada “menerima berkat” saja, tapi yang Ia inginkan adalah relasi. Ia
menginginkan agar umat-Nya membangun relasi yang mendalam dengan
diri-Nya.

Apa yang membuat orang Samaria ini bisa bersyukur?


1. Karena ia merasa tidak layak untuk menerimanya.

Sebagai orang Samaria, ia sadar bahwa ia adalah orang yang tidak layak
untuk menerima kasih karunia Allah. Bangsa Yahudi menganggap bahwa diri
mereka adalah bangsa yang istimewa, sehingga mereka merasa bahwa
mereka adalah bangsa yang memang sudah sepantasnya untuk
mendapatkan kasih karunia Allah.

Sesungguhnya, tidak ada seorang pun yang layak untuk menerima berkat
dari Allah. Kita adalah orang-orang yang berdosa. Bahkan Israel pun
dijadikan umat kesayangan oleh Allah, bukan karena mereka lebih hebat dari
bangsa lainnya, tapi karena kasih-Nya saja (Ul. 7:6-8). Dengan kata lain, relasi
kita adalah relasi anugerah. Jika bukan Allah yang berkasih karunia, maka
kita tidak akan pernah mendapatkannya. Salah satu tujuan Lukas menulis
Injil adalah untuk menyatakan bahwa anugerah Allah ditujukan untuk semua
orang, termasuk orang-orang yang sakit kusta dan bangsa Samaria. Sikap
“merasa layak untuk mendapatkannya” adalah penghalang untuk bisa
bersyukur.

Soal formatif ipa3

1. Perhatikan tabel berikut ini!

Berdasarkan tabel di atas yang menunjukkan perbedaan ciri bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern yang benar
adalah ….

A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 1 dan 4 D. 3 dan 4

2. Perhatikan tabel mikroorganisme dan produk bioteknologi berikut.

Mikroorganisme dan produk bioteknologi yang sesuai pada tabel adalah nomor ….

A. 1 dan 4 B.1 dan 3 C. 2 dan 3 D.2 dan 4

3. Perhatikan daftar makanan berikut.

1. Roti 2. Keju 3.Susu 4.Tapai 5.Tempe 6.Tahu 7.Yoghurt 8.Selai

Makanan yang merupakan produk bioteknologi adalah ….


A. 1, 2, 3 B. 4, 5, 6 C. 1, 2, 7 D. 4, 7, 8

4. Dalam membuat adonan roti, diperlukan campuran tepung, air, garam, dan ragi. Kemudian adonan disimpan dalam
wadah selama beberapa jam untuk proses fermentasi. Selama fermentasi, terjadi perubahan kimia pada adonan. Ragi
merupakan jamur bersel satu yang mengubah amilum dan gula dalam tepung menjadi CO2 dan alkohol. Fermentasi
menyebabkan adonan roti mengembang. Adonan mengembang karena ….

A. Alkohol yang dihasilkan berubah menjadi gas

B. Selama fermentasi dihasilkan gas CO2

C. Fermentasi mengubah air menjadi uap air

D. Gula dalam adonan berubah menjadi gas

5. Dua kelompok peserta didik kelas IX melakukan percobaan pembuatan tapai singkong dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Mengupas singkong dan mencuci hingga bersih


2. Mengukus singkong hingga matang dan ditunggu hingga dingin
3. Menyusun singkong dalam wadah yang telah diberi alas daun pisang
4. Menaburinya dengan ragi
5. Menutup singkong yang telah ditaburi ragi dengan daun pisang di atasnya
6. Menutup wadah dengan rapat dan tunggu hingga 2 hari
Singkong dibuka dua hari kemudian dan menunjukkan bahwa tapai singkong milik kelompk 2 belum lunak dan tidak
tercium bau alkohol. Sedangkan tapai singkong milik kelompok 1 lunak dan tercium bau alkohol. Setelah diselidiki
ternyata kelompok 2 tidak menutup bagian atas singkong dengan daun pisang dan wadahnya tidak tertutup dengan
rapat.

Pernyataan yang menjelaskan penyebab gagalnya tapai singkong milik kelompok 2 adalah ….

A. Wadah yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang mematikan ragi sehingga tidak terjadi proses fermentasi pada
singkong

B. Wadah yang terbuka menyebabkan suhu udara dalam wadah tidak stabil hingga proses fermentasi tapai singkong terganggu

C. Ragi yang berperan dalam proses fermentasi tidak dapat berkembang biak dengan baik karena ada oksigen yang masuk

D. Ragi tidak bekerja dengan baik karena tapai singkong tidak ditutup daun pisang sehingga tidak terjadi proses fermentasi

6. Bioteknologi dapat diterapkan untuk mengubah dan meningkatkan nilai tambah pangan, serta pembuatan sumber
pangan baru dengan bantuan mikroba. Hubungan yang benar antara mikroba dengan produk yang dihasilkan adalah ...

Jenis Mikroba Produk Makanan/Minuman


A. Acetobacter xylinum Oncom
B. Candida utilis Tempe
C. Rhizopus oligosporus Protein sel tunggal (PST)
Yoghurt
D. Lactobacillus bulgaricus

7. Pada proses pembuatan nata de coco berasal dari bahan dasar.....


8. Tuliskan 2 Dampak positif biotehnologi dalam bidang pangan
9. Tuliskan 2 variasi makanan dari produk tempe,keju,kecap,roti,yoghurt,
10. Jelaskan 3 manfaat biotehnologi dalam bidang kesehatan

Skor Penilaian pilgan 6 x 5 = 30, Essay no 7= 10, Essay no 8=20, Essay no 9=25, Essay no 10=15 total 100

Anda mungkin juga menyukai