Anda di halaman 1dari 8

Mazmur 66:1-7 (Khotbah Minggu, 21 April 2013)

MULIAKAN NAMANYA
Banyak orang tertarik menikmati kitab Mazmur dengan berbagai alasan, salah satunya
karena kitab Mazmur diimani sebagai ungkapan hati. Para penulis menuangkan pengalaman
imannya bersama Allah. Banyak nas dalam kitab Mazmur mengajak umat agar bersorak-sorai
bagi Allah ; Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi (66:1). Sorak-sorai merupakan
ekspresi sukacita atas peristiwa yang telah dialami dan adanya pengharapan. Sorak-sorai
dapat diungkapkan dengan bernyanyi, berdoa, dan bertindak, yang penting didasari adanya
semangat !
Di dalam bacaan kita ini, umat Tuhan mengungkapkan syukur atas pekerjaan Tuhan yang
begitu dahsyat. Tuhan membebaskan umatNya dari perbudakan di Mesir. Namun dari
belakang bala tentara Mesir mengejar mereka. Umat Tuhan terhambat oleh Laut Merah
yang membentang, yang tidak mungkin dapat mereka seberangi, sementara musuh yang
terus mengejar makin mendekat. Hanya ada dua pilihan dan sama-sama buruk ; mati oleh
pedang atau mati tenggelam. Itu secara pemikiran manusia. Namun Allah melakukan
sesuatu yang tidak pernah terpikiran manusia, tidak pernah terpikirkan oleh siapapun. Tiba-
tiba di luar semua logika manusia (ay. 6) Laut terbelah menjadi dua. Laut yang semula
menjadi penghalang diubahkanNya menjadi jalan.
Umat Tuhan dapat menyeberang. Peristiwa ini adalah sebuah kesaksian umat Tuhan, yang
dikenang sepanjang sejarah umat Tuhan dengan melakukan ungkapan syukur.
Kejadian laut menjadi tanah kering ini merupakan sebuah peristiwa sejarah yang benar-
benar terjadi. Peristiwa dahsyat itu terjadi cuma karena kuat kuasa Allah. Inilah peristiwa
iman yang tak terlupakan umat Allah. Peristiwa itu haruslah menjadi sukacita bagi umat
Allah. Umat Allah patut bersorak-sorai atas pekerjaan Allah yang dahsyat itu. Allah diimani
pemazmur sebagai Allah yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya. Karena
itu, pemazmur menyerukan sorak-sorai karena ia telah merasakan perbuatan Allah yang
dahsyat. Allah memiliki kekuatan yang dahsyat, sehingga seluruh makhluk takluk padaNya.
Dengan kekuatan Allah itu seluruh bumi akan sujud menyembah padaNya. Sujud
menyembah berarti pengakuan atas kuasa Allah, sebab Dia lah menata segala yang ada di
bumi ini.
Kita pun masing-masing memiliki pengalaman iman, dimana kita pernah mengalami
peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Apa yang kita nyatakan dengan peristiwa luar biasa itu ?
Bukankah itu membuktikan ada kekuatan di luar diri kita ? Apakah kekuatan itu kita aminkan
sebagai perbuatan Tuhan atas diri kita ?
Ditengah-tengah kesulitan hidup, rasanya kita sulit untuk bersorak-sorai.
- Bagaimana mungkin bersukacita, sebab hidup saya miskin.
- Bagaimana mungkin bersukacita, sementara saya sendiri sedang sakit.
- Bagaimana mungkin bersukacita, saya belum mempunyai pekerjaan tetap.
- Bagaimana mungkin bersukacita, sementara saya belum memiliki jodoh.
- Bagaimana mungkin bersukacita, saya sedang tidak baikan dengan pasanganku.
- Bagaimana mungkin bersukacita, saya sedang banyak pergumulan.
Jika kita berpikiran seperti itu, tidak percaya dengan sukacita disaat ada pergumulan maka
kita sebenarnya kurang beriman. ”bergembiralah sekalipun saat ini ada penderitaan oleh
berbagai pencobaan” (1 Petrus 1:6). Memang, kalau kita mengaitkan situasi hidup yang
penuh pergumulan, rasanya kita memang tidak dapat bersukacita, tidak pernah bersorak-
sorai. Tetapi yang mendasari orang percaya bersoraksorai bukan kondisi saat ini. Orang
percaya bersorak-sorai didasari oleh pengharapan. Harapan orang Kristen adalah, bahwa
segala sesuatu akan berubah menjadi lebih baik. Tuhan yang akan merubah segala
pergumulan/kesulitan menjadi kebahagiaan. Harapan, sukacita, semangat sangat penting di
dalam hidup ini. Bersukacita disaat ada kesukaran hidup bukanlah hal yang mustahil, jika kita
sudah sungguh-sungguh memiliki pengharapan dan senantiasa memuliakan Tuhan. Tuhan
dapat memakai kesulitan kita untuk memuliakanNya. Dan itulah sesungguhnya yang
mencirikan orang percaya.
Pemazmur 66 ini mengajak kita untuk bersorak-sorai, bermazmur memuliakan Tuhan dan
menyatakan apa yang telah Tuhan perbuat bagi diri kita. Banyak hal yang dapat kita lakukan
atas perbuatan Allah yang kita rasakan ; tidak selalu bersungut-sungut, menjalani hidup
dengan penuh rasa syukur dan semangat. Rasul Paulus dalam Filipi 4 : 4 berkata:
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan bersukacitalah ! Mari
saudara, kita jalani hidup ini dengan penuh sukacita, dan memuliakan Tuhan dalam segala
hidup kita. Bersorak-sorai dengan syukur adalah perbuatan yang Allah kehendaki dari setiap
orang yang menyatakan percaya kepada Tuhan. Ungkapan syukur kepada Allah harus
dilakukan dengan kesadaran penuh karena Tuhan Allah telah menunjukkan kasihNya yang
begitu besar.
Ibadah kita adalah bagian dari pengungkapan syukur, maka seharusnya ibadah mestinya kita
lakukan dengan penuh sukacita dan semangat. Semangat ibadah di gereja muncul mulai dari
motivasi kita di rumah, tiba di gereja, mengikuti acara-acara ibadah; bernyanyi, berdoa,
mendengar firman, memberi persembahan, sampai akhir ibadah.
Pada akhirnya, sepulang ibadah, kita semua menjadi orang yang bersukacita dan berhati
damai. AMIN
Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 66: 8-20
JAWABAN DOA
Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku
menyanyikan pujian. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan
tidak mau mendengar. Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah
memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah, yang tidak menolak
doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.
Pernahkah muncul dalam pikiran kita bahwa ketika sebelum Ahok berangkat
dari kediamannya ke kepersidangan untuk pembacaan putusan vonis yang akan
diterimanya, bahwa dia sudah lebih dahulu berdoa? Saya bukanlah kerabat
dekatnya, jadi saya tidak persis tahu apakah dia berdoa atau tidak, namun saya
yakin bahwa dari tanggapannya untuk naik banding atas putusan yang
diterimanya “kemungkinan” besar bahwa vonis yang diterimanya tidak sesuai
dengan doa dan harapannya. Pertanyaan besarnya: “Apakah vonis bersalah dan
hukuman penjara 2 tahun itu adalah jawaban dari doa Ahok?”
Bagaimana sikap kita menyikapi kenyataan yang berbeda dengan doa yang kita
panjatkan pada Tuhan? Doa mengandung banyak misteri. Ada kalanya Tuhan
memberikan sesuatu diluar jangkauan doa kita; kita langsung menerima di situ
kita berdoa kepada Tuhan; Tuhan mengabulkan doa kita jauh setelah kita
berdoa, bahkan mungkin kita sudah lupa apa yang kita mohonkan itu; bisa juga
kita berdoa pada Tuhan tentang suatu topik yang khusus yang terus berulang-
ulang kita mohonkan namun tidak kunjung mendapatkan jawabannya.
Bahwa kenyataannya ketidakmampuan kita untuk melihat hubungan sebab
akibat adalah sifat dari doa. Jalan satu-satunya untuk bisa mengetahui
bagaimana cara kerja Tuhan dari doa yang kita panjatkan adalah jika kita
menjadi Tuhan. Tuhan berdaulat penuh atas perbuatanNya, dan hanya Dia yang
mengetahui apa yang terbaik bagi kehidupan kita.
Kita hanya sedang menjauhkan diri dari Tuhan ketika kita memakai doa sebagai
alat pemaksa kehendak pada Tuhan dan juga ketika pemahaman kita yang
dangkal tentang doa hanya sebatas sebab – akibat; meminta dan mendapat,
apalagi doa yang munafik yang hanya sekedar pertunjukan religius.
Namun bagaimanapun pengalaman kita tentang doa, pemazmur ingin
menguatkan kita bahwa “Tuhan tidak menolak doa kita” Tuhan mendengar dan
memperhatikan doa yang di panjatkan oleh orang yang takut akan Tuhan (ayat
16-20).
Hal yang terpenting adalah jika kita telah mempercayakan diri kita pada Tuhan
melalui doa kita, maka yang dibutuhkan selanjutnya adalah mempercayakan
prosesnya pada Tuhan, bagaimana cara Tuhan memproses permohonan kita itu
bukan urusan kita, yang Tuhan inginkan kita tetap setia dan percaya
kepadaNya.
Kasih setia Tuhan tidak akan pernah jauh dari orang yang takut pada Tuhan, Dia
yang mempertahankan jiwa kita dalam hidup dan tak pernah membiarkan kaki
kita goyah. Dalam mazmur 66: 5-7 kita dapat menyaksikan bagaimana kasih
setia Tuhan pada umatNya, yang memerdekakan mereka dari perbudakan di
Mesir, apa yang diperbuat oleh Tuhan sungguh dahsyat yang telah mendahului
doa dan harapan umatNya
Maka tidak akan ada sikap yang pesimis dan sinis akan jawaban Tuhan atas doa
kita ketika kita mau melihat pada masa lampau bagaimana Tuhan berkarya
dalam hidup kita. Kasih setia Tuhan adalah jaminan atas harapan dan doa kita.
Selanjutnya kita dapat melihat pergumulan yang diungkapkan oleh pemazmur
dalam Mazmur 66: 10-12 beban berat yang hidupnya. Yang sedang dihadapinya
kejutan seperti burung yang terjerat ataupun ikan yang terjaring. Melalui
kehidupan seperti api yang membakar dan air yang menghanyutkan; langkah
yang begitu berat seperti beban yang terpasang dipinggang; belum lagi hinaan
orang karena ketidak berdayaannya bangkit seperti orang-orang yang melintasi
kepalanya.
Bahwa ada kalanya jawaban doa itu harus dilalaui dengan pergumulan yang
berat, sepertinya harapan doa kita berbeda dengan kenyataan yang kita hadapi.
Terkadang kita akan bertanya “apakah ini jawaban dari doaku?”
Pemazmur bersaksi atas pergumulannya yang berat itu “Engkau mengeluarkan
kami sehingga bebas”. Ternyata penderitaan berat yang dilaluinya itu adalah
untuk menguji dan memurnikan seperti memurnikan perak.
Tuhan memperhatikan dan mendengar doa kita, namun prosesnya Tuhanlah
yang menentukan. Bukan artinya Tuhan diam dan tidak mendengar jika
jawaban Tuhan atas doa kita tidak seperti yang kita harapkan. Masa penantian
atas jawaban doa itu adalah masa di mana Tuhan sedang bekerja atas doa kita
dan juga masa Tuhan mempersiapkan diri kita menerima apa yang akan
diberikanNya.
Doa akan memastikan bahwa setiap hari-hari yang kita lalui tidak terlepas dari
rancangan Tuhan bukan pada rancangan kita. kehadiran Tuhan dalam hidup kita
bukan seperti kantung ajaib Doraemon, Tuhan itu bukan berhala pemuas nafsu
kita. Tetapi melalui ketekunan dalam doa kita semakin memiliki keintiman
dengan Tuhan. Doa akan tetap memastikan kita selalu hidup bersama dengan
Tuhan, doa akan menempah kita menjadi pribadi dalam rancangan Tuhan.
Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 20: 21-31

Hidup Untuk Melayani Tuhan


Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak
tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan
Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu
aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat
mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan
Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Dan
sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian
yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebab itu pada hari
ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap
siapapun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh
maksud Allah kepadamu.
Pesan perpisahan yang disampaikan oleh Rasul Paulus yang akan melanjutkan
perjalanan misi penginjilan ke Yerusalem memberikan kita pedoman dan
panutan hidup yang layak dan patut kita tiru. Paulus mengungkapkan
bagaimana dia sebagai “tawanan Roh” yang menyerahkan segala kehidupannya
hanya untuk melayani Tuhan.
Paulus bersaksi tentang hidupnya, bagaiamana ketulusan dan kesungguhan
hidupnya yang dipanggil sebagai rasul (ayat 26-27). Dari sini kita belajar dari
rasul Paulus tentang kesungguhannya untuk taat dan melayani Tuhan dalam
hidupnya, bahwa dia dapat lepas dari segala beban dan tekanan dalam
menjalani kehidupannya karena dia memiliki kesungguhan untuk hidup dalam
panggilannya sebagai rasul. Walaupun ada banyak hambatan dan tantangan,
namun tidak pernah itu semua menghambat dan menyulitkannya, sebab niat
dan pelayanannya dilakukan dengan ketulusan.
Paulus dengan pasti dan penuh keyakinan tanpa beban dapat maju melangkah
ke depan menjalani hidup. Paulus melihat kebelakang tanpa penyesalan dan
juga memandang ke depan tanpa ketakutan. Walaupun Paulus tidak tahu apa
yang akan terjadi dalam dirinya di depan, namun dia tidak pernah
menghiraukannya, sebab dia tetap pada fokus hidupnya yaitu menyelesaikan
tugas yang telah Tuhan Yesus berikan kepadanya.
Melalui pengalaman hidup Paulus kita mendapatkan hikmat yang berharga
sebagai orang-orang yang terpanggil dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus
dalam menjalani kehidupan ini. Bisa banyak hal yang terjadi dalam hidup kita,
yang membebani dan menyusahkan kita, namun bagaimana kita mampu untuk
mengendalikan hidup dalam setiap situasi. Kita tidak bisa memaksakan
kehendak supaya hanya hal-hal baik yang kita terima, namun kita harus belajar
untuk menerima setiap kenyataan yang terjadi dan mampu mengendalikan diri
dalam situasi apapun.
Di saat senang, maka bersenanglah sewajarnya tanpa berlebihan, jangan
sampai kesenangan itu menjatuhkan kita pada sikap tinggi hati dan sombong,
tetapi takutlah akan Tuhan dengan tahu mengucap syukur bahwa itu adalah
pemberian Tuhan.
Di saat susah, hadapilah kesusahan dengan sewajarnya, tanpa berlebihan
menyikapinya. Jangan sampai kesusahan itu membuat kita jauh dari Tuhan,
namun berpenganglah pada pengharapan kepada Tuhan sebagaimana prinsip
hidup Paulus “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku
dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh
Tuhan Yesus kepadaku”
Baik suka maupun duka dapat terjadi dan silih berganti dalam hidup kita, yang
terkadang tidak dapat prediksi apa yang akan terjadi ke depan, sebagaiaman
tertulis di Pengkhotbah 3: 1, 11 “untuk segala sesuatu ada masanya.... tetapi
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya”. Sekalipun itu kesusahan
dapat menjadi kebaikan bagi kita ketika kita dapat menempatkan diri dengan
baik bahwa kita hidup bukan bergantung pada dunia ini tetapi bergantung pada
Tuhan yang telah memanggil dan menjadikan kita anak-anakNya.
Segala sesuatu bisa terjadi dalam hidup kita, namun itu semua tidak pernah
menjadi beban yang memberatkan kita menjalani hidup, sebab kita memiliki
prinsip hidup yaitu hidup untuk melayani Tuhan. Kita dapat menjalani semua
yang terjadi dalam hidup tanpa beban sebab yang kita perbuat semata-mata
hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kita tahu dan yakin bahwa Tuhanlah yang
akan meluruskan jalan bagi kita asal kita memegang prinsip iman sebagaimana
yang dikatakan Tuhan Yesus “Marilah kepadaKu semua yang letih dan lesu dan
berbeban berat.....pikullah kuk yang kupasang....dan jiwamu akan mendapat
ketenangan” (Matius 11:28-30)
Pujilah Tuhan dalam setiap keadaan
“Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN.”
Mazmur 113: 3
Pagi ini, ketika saya bangun sekitar pukul 6.15 pagi, matahari belum terlihat. Suhu
sekitar 10 derajat Celsius di Toowoomba. Memang pada musim dingin (winter),
matahari agaknya malas bersinar. Pada hari ini matahari terbit pukul 6.45 pagi dan
terbenam pukul 5.08 sore.
Sebagian orang kurang menyenangi musim dingin karena hari yang pendek dan suhu
yang bisa membuat tubuh menggigil kedinginan dan bahkan jatuh sakit. Mereka lebih
menyukai musim panas karena berbagai aktivitas di alam terbuka (outdoor activities)
yang bisa dilakukan seperti berenang, bersepeda dan sebagainya. Di lain pihak, jika
musim dingin adalah musim yang “suram” bagi mereka yang tidak menyenanginya,
musim itu bisa memberi kesempatan indah untuk bermain di salju bagi yang
menyukainya. Dengan demikian, adanya empat musim di Australia adalah sesuatu
yang harus diterima semua penduduknya.
Hidup manusia mungkin dapat dibayangkan sebagai musim yang bisa berganti-ganti.
Pengkhotbah dari kitab Perjanjian Lama menulis bahwa
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”
Pengkhotbah 3: 1
Ada saat dimana kita bersukacita, tetapi ada juga saat kita berduka. Ada saat kita
menang, ada juga saat dimana kita menggigit jari.
“Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap;
ada waktu untuk menari.” Pengkhotbah 3: 4
Bagi manusia, apa yang terjadi disekelilingnya bisa membawa kesan dan reaksi yang
berbeda-beda. Apa yang terjadi kemarin mungkin membawa sukacita kepada
seseorang, tetapi dukacita kepada orang yang lain. Musim yang sama, membawa
perasaan yang berbeda.
Adalah lumrah jika kita bangun pagi ini dan merasa masygul dengan adanya musim
yang berganti. Juga dengan adanya tantangan atau masalah hidup yang mungkin
sekarang makin terasa dalam hidup kita. Tetapi ayat pembukaan kita berkata dalam
keadaan apapun dan kapanpun kita harus memuji Tuhan atas kemurahanNya. Tuhan
tidak pernah meninggalkan umatNya; baik siang atau malam, Ia senantiasa
memelihara kita.

Anda mungkin juga menyukai