Anda di halaman 1dari 2

Ucapan terima kasih dan syukur adalah sesuatu yang baik, secara khusus di dalam kehidupan

orang percaya. Tetapi pertanyaannya: apakah ucapan syukur yang muncul dari mulut kita
selalu berasal dari hati yang penuh dengan kesadaran? Jawabannya tidak. Bahkan yang sering
terjadi adalah ucapan syukur itu sulit sekali keluar dari mulut kita.

Ada beberapa alasan mengapa mengapa sulit berterima kasih dan bersyukur? Pertama, karena
kita merasa layak atau wajar. Kita sulit mengucap syukur karena kita merasa layak untuk
menerima pelayanan, perhatian dan sesuatu. Kedua, karena kita berfokus pada keinginan,
bukan apa yang kita dimiliki. Kadangkala kita terus mencari apa yang belum dimiliki, dan
kita tidak mampu lagi melihat apa yang dimilikinya. Hal ini membuat ia sulit untuk
bersyukur di dalam hidup ini. Ketiga, karena kita cenderung membanding-bandingkan atau
tidak puas. Kita juga sering membanding-bandingkan keadaan dan kepemilikan dengan orang
lain, sehingga tidak ada kepuasan di dalam hidup kita. Keempat, karena kita mengalami
keadaan yang berbeda dengan harapan. Setiap orang memiliki harapan-harapan dalam
hidupnya. Namun, tidak selamanya harapan tersebut tercapai. Ada kendala dan pergumulan
di dalamnya. Oleh sebab itu ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan membuat
kita tidak mampu bersyukur.

Firman Tuhan mengatakan Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Kata mengucap syukurlah
menggunakan bentuk present imperaktif yang mengandung arti mengucap syukur secara
terus menerus. Oleh sebab itu kata ini bukan berarti sekali atau dua kali tapi terus menerus
untuk mengucap syukur dalam hidup kita.

Mengucap syukurlah terus-menerus, mungkinkah? Ketika ada situasisituasi tertentu yang


membuat kita menangis, pada waktu kita gagal, usaha kita bangkrut, kehilangan pekerjaan,
sakit, kecewa dan sakit hati, apakah kita bisa berterima kasih dan mengucap syukur? Kita
mungkin berkata tidak, namun pertanyaannya apakah Firman Tuhan ini salah? Apakah Tuhan
salah untuk memberi sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan oleh umat-Nya? Tidak,
Firman Tuhan tidak pernah salah.

Ada pun latar belakang jemaat di Tesalonika adalah jemaat yang baru dilayani Paulus selama
1 bulan. Hidup mereka tidaklah mudah, karena pertobatan membawa kepada
tekanan, penderitaan dan penganiayaan dari pemerintah dan orang-orang yang ada
Tesalonika. Dalam kondisi inilah Paulus menuliskan surat untuk memberikan pengajaran
kepada jemaat Tesalonika untuk memberitakan keselamatan, kedatangan Tuhan, hidup kudus
dan ketabahan untuk tetap setia kepada Tuhan walaupun ada penganiayaan dan penderitaan di
dalam hidup mereka. Inilah konteks yang terjadi pada masa itu ketika Paulus menasehati
mereka untuk mengucap syukurlah dalam segala hal.

Nasehat mengucap syukurlah dalam segala hal juga sudah lebih dahulu dialami
oleh Paulus. Ia banyak mengalami pergumulan dan penderitaan saat mengikut Tuhan:
dianiaya, dilempar batu, kedinginan, ditelanjanggi, hampir mati dan mengalami karam kapal,
dsb., namun ia berkata, semua perkara yang kualami dapat ku tanggung di dalam Dia yang
memberikan kekuatan kepadaku. Ungkapan mengucap syukurlah dalam segala hal, lahir
dari sebuah kesadaran dan pengalaman hidup Paulus bersama dengan Tuhan ( 2Kor. 4:8-11;
2Kor. 11:24-27; Fil. 4:12-13). Nasehat ini juga diberikan kepada jemaat Tesalonika karena
Paulus percaya bahwa mereka sanggup untuk melakukannya karena ada Tuhan yang
memberikan kekuatan dan kemampuan.

Mengucap syukur dalam hal apa? Dalam segala hal ( BIS: Dalam segala keadaan
hendaklah kalian bersyukur; KJV: In everything give thanks; NIV: Give thanks in all
circumstances.). Paulus mengajarkan mengucap syukur dalam atau di dalam segala
keadaan. Itu berarti mengucap syukur tatkala kesulitan diijinkan terjadi di dalam kehidupan
kita, dan dalam hidup yang sulit itu kita masih dapat mengucap syukur.

Mengapa harus mengucap syukur? (a) Mengucap syukur adalah baik dan dikehendaki Allah.
Ada berkat-berkat Tuhan yang berikan Tuhan kepada kita di dalam hidup ini. (b)
Mengucap syukur itu wujud dari iman dan pengharapan; (c) dan terakhir kita mengucap
syukur karena kita adalah milik Tuhan. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih
Yesus. Penderitaan, tekanan bahkan kematian tidak dapat memisahkan dari Kristus karena
kita adalah milik-Nya. Di tengah pergumulan dan penderitan, apakah kita masih bisa
bersyukur dan menjadi berkat bagi orang lain? Bisa, karena ada Tuhan yang memberikan
kekuatan dan penghiburan sehingga kita dapat senantiasa mengucap syukur dalam segala hal
dan menjadi berkat bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai