Anda di halaman 1dari 17

Doa Orang Kristen: 3 Prinsip Cara Berdoa

Agar Tuhan Mau Mendengar


19 Februari 2020
Oleh Saudara Zhang Liang

Tahukah Anda cara berdoa orang Kristen yang benar? Tahukah Anda
bagaimana berdoa dengan hati Anda agar didengar oleh Tuhan? Apakah
doa Anda sejalan dengan kehendak Tuhan? Beberapa saudara-saudari
belajar dari beberapa contoh doa orang Kristen; beberapa mempelajari cara
doa orang Kristen. Teks berikut ini akan memberi tahu Anda tiga prinsip,
dan membantu Anda memahami bagaimana seharusnya orang Kristen
berdoa sehingga Tuhan akan mendengar.

Isi
1. Dalam Doa, Apakah Engkau Berbicara kepada Tuhan Secara
Terbuka, Memercayakan kepada-Nya Pikiran-Pikiranmu yang
Sebenarnya?
2. Apakah Engkau Berdoa untuk Menerapkan Firman Tuhan dan
Meraih Pertumbuhan dalam hidupmu?
3. Apakah Engkau Berdoa untuk Mencari Pemahaman atas
Kehendak Tuhan dan untuk Menjadi Kesaksian bagi-Nya?
1. Dalam Doa, Apakah Engkau Berbicara kepada
Tuhan Secara Terbuka, Memercayakan kepada-Nya
Pikiran-Pikiranmu yang Sebenarnya?

Sering kali, kita memperhatikan hal-hal detail seperti panjangnya doa atau
kata-kata kita, atau bahkan kita berusaha menunjukkan tekad kita kepada
Tuhan melalui kata-kata yang terdengar menyenangkan, tetapi kita jarang
benar-benar membuka hati kita kepada Tuhan. Contohnya, kita biasa
mengatakan: "Tuhan, aku akan mengasihi-Mu, mengorbankan diriku bagi-
Mu, dan seberapa pun besarnya bahaya atau kesulitan yang kualami, aku
tidak akan menyerah. Aku akan mengikuti-Mu sepanjang umur hidupku!"
Atau, "Tuhan, firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku,
aku akan menaati firman-Mu dalam segala hal yang kulakukan, dan
memenuhi kehendak-Mu!" Namun, ketika dihadapkan pada kesukaran dan
kemunduran, atau ketika berbagai kesulitan muncul di rumah, kita sering
tidak dapat menerapkan firman Tuhan dan kita tidak punya keinginan
untuk memenuhi keinginan-Nya. Kita bahkan salah memahami Tuhan,
mengeluh tentang Tuhan, kehilangan motivasi, juga mengkhianati dan
berjalan menjauh dari-Nya. Bahwa kita berperilaku seperti ini dalam situasi-
situasi praktis membuktikan kurangnya ketulusan dalam doa kita kepada
Tuhan, sebaliknya doa kita hanyalah membual dan melontarkan kata-kata
kosong yang terdengar indah dalam upaya untuk menyenangkan Tuhan.
Doa kita juga bertujuan membuat orang lain mengagumi kita, membuat
Tuhan dan orang-orang melihat bahwa kita mengasihi Tuhan dan setia
kepada-Nya, tetapi pada kenyataannya, doa kita dipenuhi dengan
kemunafikan dan tipu daya. Pada dasarnya, semua itu adalah upaya untuk
membodohi dan menipu Tuhan. Bagaimana mungkin kita berharap Tuhan
mendengar doa-doa semacam ini? Yesus pernah menyampaikan
perumpamaan ini: "Dua orang pergi ke bait suci untuk berdoa; yang
satu orang Farisi, dan yang lainnya pemungut cukai. Orang Farisi
berdiri dan berdoa demikian dengan dirinya sendiri, 'Tuhan, aku
berterima kasih, bahwa aku tidak seperti orang lain, pemeras, tidak
adil, pezina, atau bahkan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa
dua kali seminggu, aku memberikan perpuluhan dari semua yang
kumiliki.' Dan pemungut cukai itu, sambil berdiri jauh-jauh, tidak mau
mengangkat matanya menatap surga, tetapi memukul dadanya,
berkata, 'Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa.' Aku berkata
kepadamu, orang ini dan seisi rumahnya dibenarkan daripada yang
satunya: karena setiap orang yang meninggikan dirinya akan
direndahkan; dan yang merendahkan dirinya akan ditinggikan" (Lukas
18:10-14). Tidaklah sulit untuk melihat bahwa orang Farisi itu berdoa
dengan cara yang sombong, tampaknya ia tidak menyadari dosa-dosanya
sendiri, ia memamerkan diri sendiri atas dasar perbuatan baiknya yang
penuh kepura-puraan. Dia dengan mementingkan dirinya sendiri
memamerkan kesetiaannya kepada Tuhan, mengatakan hal-hal yang
kedengarannya indah kepada Tuhan, memamerkan dirinya di hadapan
Tuhan sambil meremehkan si pemungut cukai (pemungut pajak). Doa yang
munafik seperti itu tidak akan pernah bisa dipuji oleh Tuhan. Doa
pemungut cukai itu tulus, secara terbuka mengakui dosa-dosanya kepada
Tuhan, mengakui bahwa dia seorang berdosa, dan mengungkapkan
penyesalannya. Dia juga menunjukkan kesediaannya untuk bertobat
kepada Tuhan, dan memohon belas kasihan Tuhan. Melihat ketulusan
dalam doanya, Yesus memuji doa pemungut cukai itu.

Perumpamaan Yesus memberi tahu kita bahwa Tuhan membenci


penggunaan kata-kata yang kosong dan menyombongkan diri, atau kata-
kata yang mengenakkan telinga untuk menjilat Tuhan atau menipu-Nya.
Tuhan ingin agar kita mengungkapkan hati kita yang sejujurnya dan
menyampaikan pikiran kita yang sebenarnya, mengucapkan kebenaran,
berkomunikasi dengan Tuhan dengan tulus. Tuhan Yesus berkata, "Ketika
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran: karena Bapa mencari penyembah yang seperti itu. Tuhan
adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah Dia
dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Dan bagian lain dari firman
Tuhan adalah: "Standar terendah yang Tuhan tuntut dari manusia
adalah mereka dapat membuka hati mereka kepada-Nya. Jika manusia
memberikan isi hatinya yang sesungguhnya kepada Tuhan dan
mengatakan yang sebenarnya ada dalam hatinya kepada Tuhan, Tuhan
bersedia bekerja di dalam diri manusia; Tuhan tidak menginginkan
hati manusia yang bengkok, melainkan hati yang murni dan tulus. Jika
manusia tidak sungguh-sungguh menyampaikan isi hatinya kepada
Tuhan, Tuhan tidak menjamah hati manusia, atau bekerja di dalam
dirinya. Dengan demikian, hal yang paling penting dalam berdoa
adalah mengucapkan isi hatimu yang tulus kepada Tuhan, memberi
tahu Tuhan tentang kelemahan atau watak pemberontakmu dan
sepenuhnya membuka dirimu kepada Tuhan. Hanya setelah itu Tuhan
akan tertarik pada doa-doamu; jika tidak, Tuhan akan
menyembunyikan muka-Nya darimu" ("Tentang Penerapan Doa"). Dari
sini kita dapat melihat bahwa kita harus terbuka dan tulus kepada Tuhan,
memberitahukan kepada-Nya pikiran kita yang terdalam dan
kebenarannya, katakan kepada Tuhan tentang keadaan dan masalah kita
yang sebenarnya, dan carilah bimbingan Tuhan. Hanya dengan demikian
Tuhan akan mendengar doa-doa kita. Ketika kita berdoa, kita dapat
mengatakan kepada Tuhan tentang kesulitan dan penderitaan yang kita
hadapi dalam hidup kita, dan mencari kehendak Tuhan. Atau kita dapat
datang di hadapan Tuhan dan membuka diri kepada-Nya tentang
pelanggaran kita atau kerusakan apa pun yang telah kita ungkapkan setiap
hari. Seperti inilah berdialog secara tulus dengan Tuhan dalam segala hal.
Seperti ketika kita sering merasa tergila-gila dengan dunia ini dan ingin
mengikuti tren masyarakat, terobsesi dengan kesenangan duniawi, dan kita
tidak bisa membuat pikiran kita tenang di hadapan Tuhan, kita dapat
berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku mendapati bahwa aku tidak mengasihi
kebenaran di dalam hatiku, tetapi selalu memikirkan dunia yang memesona
di luar sana. Bahkan ketika berada dalam kebaktian, dalam doa, atau
membaca firman-Mu, aku tidak dapat menenangkan pikiranku. Aku ingin
meninggalkan daging, tetapi aku merasa tidak berdaya untuk
melakukannya. Tuhan! Kumohon Roh-Mu menggerakkan hatiku yang mati
rasa ini, memberiku iman dan kekuatan untuk mengatasi godaan Iblis dan
membuat hatiku tenang di hadapan-Mu." Setelah beberapa kali berdoa
dengan tulus seperti ini, Roh Kudus akan membimbing dan menuntun kita
untuk melihat bahwa mengikuti tren sosial akan membuat kita hidup dalam
dosa dan menjadi semakin jauh dari Tuhan. Roh Kudus juga akan
menyentuh kita, dan memberi kita hati yang penuh kasih akan kebenaran.
Kita kemudian akan dapat meninggalkan daging dengan cara-cara yang
nyata, dan mengatasi godaan dan rayuan Iblis—ini adalah hasil yang dapat
kita capai dengan berbicara dari hati dalam doa kepada Tuhan. Namun, jika
kita tidak membuka hati kita kepada Tuhan dalam doa, sebaliknya berusaha
untuk menjilat Tuhan dan menipu-Nya dengan menggunakan kata-kata
yang mengenakkan telinga, Tuhan tidak akan mendengar doa kita dan
tidak akan menyentuh hati kita. Kita tidak akan mampu membedakan atau
mengatasi godaan Iblis dan mau tidak mau akan mengikuti tren yang jahat,
semakin menjauh dari Tuhan dan dirugikan oleh Iblis. Karena itu, jika kita
ingin doa kita didengar oleh Tuhan, kita harus terbuka dan jujur di
hadapan-Nya. Inilah langkah pertama yang harus kita lakukan.

2. Apakah Engkau Berdoa untuk Menerapkan Firman


Tuhan dan Meraih Pertumbuhan dalam hidupmu?

Setelah dirusak Iblis, kita dipenuhi watak rusak yang jahat seperti Iblis; kita
egois, serakah, bengkok, menipu, dan hanya memikirkan kepentingan kita
sendiri. Dalam semua hal, kita menempatkan keuntungan pribadi di atas
segalanya dan bahkan dalam iman, kita menginginkan kasih karunia dan
berkat yang semakin banyak dari Tuhan. Sebagian besar saudara-saudari
percaya bahwa karena kita percaya kepada Tuhan, Dia akan memberkati
dan memberi kepada kita kasih karunia, dan apa pun yang kita minta dari-
Nya, Dia akan menyediakannya. Kita sering memohon dan berdoa kepada
Tuhan untuk manfaat ragawi seperti sembuh dari penyakit, memberi kita
kedamaian di rumah, atau mengizinkan anak-anak kita mendapatkan
pekerjaan yang baik. Ketika kita menikmati kasih karunia-Nya, kita dengan
sangat gembira memuji-Nya, tetapi ketika Dia tidak menjawab doa-doa kita
seperti yang kita inginkan, kita mengeluh tentang Dia. Pernahkah engkau
memikirkan apakah terus-menerus berdoa kepada Tuhan untuk
kepentingan daging kita sendiri adalah persekutuan yang benar dengan
Tuhan, apakah itu adalah ibadah kita yang sejati kepada-Nya? Jawabannya
adalah tidak. Doa-doa semacam ini hanyalah upaya untuk mendapatkan
berkat dari Tuhan; doa-doa ini menuntut berbagai hal dari-Nya dan
berusaha agar Dia bertindak sesuai dengan kehendak kita sendiri. Itu tidak
memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Doa-doa semacam ini hanya dapat
membangkitkan kemarahan Tuhan, dan Dia tidak mendengarnya.

Sebagai orang Kristen, kita tidak seharusnya hanya mencari berkat bagi
daging kita atau berupaya agar Tuhan melimpahkan lebih banyak kasih
karunia dan berkat bagi kita. Itu karena hal-hal ini hanya memungkinkan
kita menikmati keberuntungan duniawi yang sekilas, tetapi tidak membantu
kita bertumbuh sedikit pun dalam kehidupan. Doa-doa itu juga tidak dapat
membantu kita mencapai ketaatan yang sejati maupun sikap yang takut
akan Tuhan. Doa dan permohonan kita haruslah lebih berfokus pada
pemahaman kita akan kebenaran, bagaimana menerapkan firman Tuhan,
dan bertumbuh dalam kehidupan kita. Hanya doa semacam ini yang sejalan
dengan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Dan janganlah mencari
apa yang akan engkau makan, atau apa yang akan engkau minum, dan
hendaklah engkau tidak bimbang. Sebab semua hal ini dikejar oleh
bangsa-bangsa di dunia: dan Bapamu tahu bahwa engkau
membutuhkan hal-hal ini. Namun, carilah kerajaan Tuhan; dan semua
hal ini akan ditambahkan kepadamu" (Lukas 12:29–31). "Rohlah yang
menghidupkan; daging tidak menghasilkan apa-apa: segala perkataan
yang Aku katakan kepadamu adalah roh dan kehidupan" (Yohanes
6:63). Kehendak Tuhan adalah agar kita menerapkan dan menghidupi
firman-Nya, dan melalui firman-Nya memperoleh kebenaran dan
kehidupan sehingga kita dapat mencapai keselarasan dengan Tuhan dan
pada akhirnya dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya. Oleh karena itu, doa
kita harus dipusatkan di seputar bagaimana menerapkan dan mengalami
firman-Nya; dengan cara ini, Dia akan menuntun kita dalam menjalani
pekerjaan-Nya, kita akan terus memahami semakin banyak kebenaran, dan
kita akan dapat menghidupi firman Tuhan. Pikirkan bagaimana kita semua
sering berdusta dan melakukan hal-hal yang menipu demi melindungi
reputasi, status, kekayaan, atau kepentingan kita sendiri. Kita tahu betul
bahwa semua ini adalah dosa, tetapi kita tidak dapat menghentikan diri kita
untuk berbuat dosa. Bahkan seandainya kita tidak berdusta dengan kata-
kata kita, di dalam hati, kita memperhitungkan apa yang harus dikatakan
untuk melindungi nama baik, keuntungan, dan kedudukan kita sendiri, dan
apa yang harus kita lakukan agar kepentingan kita tidak dikorbankan.
Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki dorongan untuk berdusta atau
melakukan sesuatu yang tidak jujur, kita harus menghadap Tuhan dan
berdoa, "Ya Tuhan! Aku telah melihat bahwa aku tidak mampu mencapai
kesederhanaan dan kejujuran seorang anak, melainkan tetap tidak dapat
menghentikan diri dari berdusta atau menipu. Jika aku terus seperti ini,
Engkau pasti akan membenciku. Tuhan! Aku benar-benar
membutuhkan keselamatan-Mu—kumohon Engkau menuntunku untuk
menjadi seorang yang jujur, dan jika aku berdusta atau menipu lagi,
kumohon Engkau mendisiplinkan diriku." Setelah mempersembahkan doa
seperti ini, ketika kita sekali lagi memiliki keinginan untuk berbohong demi
kepentingan kita sendiri, kita akan merasakan teguran Roh Kudus di dalam
diri kita. Kita akan menyadari dengan jelas bahwa Tuhan menuntut kita
untuk menjadi orang yang jujur, dan Dia bersukacita dan memberkati
orang-orang yang jujur. Kita tidak boleh berdusta demi menegakkan
kepentingan kita sendiri, karena itu menjijikkan bagi Tuhan. Setelah kita
menyadari semua ini, kita akan dapat meninggalkan motif licik dari hati kita,
mencari kebenaran dari kenyataan, dan berbicara jujur. Dengan selalu
melakukan seperti ini, sebelum mengetahuinya, dusta kita akan semakin
berkurang, dan kita akan bisa masuk ke dalam realitas kebenaran dalam
menjadi orang yang jujur, selangkah demi selangkah. Ini adalah buah dari
doa untuk pertumbuhan dalam kehidupan. Tuhan Yesus berkata: "Dan Aku
berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu. Siapa yang mencari akan mendapat, siapa yang mengetuk,
baginya pintu akan dibukakan" (Lukas 11:9-10). Jelas, asalkan kita berdoa
kepada Tuhan untuk memahami kebenaran dan kemampuan untuk
menerapkan firman Tuhan, dan kita memperlakukan jalan masuk ke dalam
kebenaran dengan sangat serius, Tuhan akan membimbing kita untuk
memahami kebenaran dan masuk ke dalam realitas kebenaran, dan kita
akan mampu bertumbuh dalam kehidupan rohani kita sedikit demi sedikit.

3. Apakah Engkau Berdoa untuk Mencari


Pemahaman atas Kehendak Tuhan dan untuk
Menjadi Kesaksian bagi-Nya?

Dalam hidup, terkadang kita menghadapi masalah yang tidak sejalan


dengan gagasan kita, seperti masalah di tempat kerja atau di rumah, atau
kita bahkan mungkin dihadapkan dengan semacam bencana. Ketika hal-hal
ini terjadi, kebanyakan dari kita meminta Tuhan untuk mengambil
lingkungan yang tidak menyenangkan ini dan memberi kita damai sejahtera
dan kebahagiaan. Meskipun kita bekerja keras atau bahkan melepaskan
relasi dan pekerjaan kita untuk melayani Tuhan, jika kita menemukan
sesuatu seperti penyakit parah, kita tidak dapat menenangkan diri dan
mencari kehendak Tuhan, dan berdoa agar kita dapat memberikan
kesaksian dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, kita berdoa kepada Tuhan,
memohon kepada-Nya agar menyembuhkan penyakit kita agar kita dapat
terbebas dari siksaan penyakit sesegera mungkin. Ketika Tuhan
mengabulkan permintaan kita, kita berterima kasih dan memuji-Nya, tetapi
ketika Dia tidak membuat kita sehat, kita berkecil hati dan kecewa terhadap
Tuhan; kita hidup dalam kenegatifan, mengeluh tentang Dia dan kita
bahkan memiliki dorongan untuk tidak lagi melakukan upaya apa pun bagi-
Nya. Kita dapat melihat dari sini bahwa kita terlalu terpikat pada
kepentingan daging kita sendiri; di dalam hati, kita tidak mencintai atau
ingin memuaskan Tuhan. Kita sering membuat permintaan yang tidak
masuk akal dalam doa-doa kita, mengajukan tuntutan kepada-Nya dengan
cara yang mementingkan diri sendiri dan tercela agar Dia melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita sama sekali tidak
menyembah Sang Pencipta dari kedudukan yang sepantasnya sebagai
makhluk ciptaan. Mengapa Tuhan mau mengindahkan doa seperti itu? Lalu
bagaimana kita harus berdoa agar sejalan dengan kehendak Tuhan?
Firman-Nya mengarahkan kita ke jalan itu: "Ketika engkau menghadapi
kesulitan, bergegaslah berdoa kepada Tuhan: 'Ya, Tuhan! Aku ingin
memuaskan-Mu, aku ingin menanggung kesusahan ini sampai akhir
untuk memuaskan hati-Mu, dan betapa pun besarnya rintangan yang
aku hadapi, aku harus tetap memuaskan-Mu. Sekalipun aku harus
menyerahkan seluruh hidupku, aku harus tetap memuaskan-Mu!'
Dengan tekad ini, tatkala berdoa seperti ini, engkau akan dapat berdiri
teguh dalam kesaksianmu" ("Hanya Mengasihi Tuhan-lah yang Berarti
Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Engkau merana di dalam,
dan penderitaanmu telah mencapai titik tertentu, tetapi engkau tetap
bersedia datang di hadapan Tuhan dan berdoa, mengucapkan: 'Ya,
Tuhan! Aku tidak dapat meninggalkan Engkau. Walaupun ada
kegelapan dalam diriku, aku ingin memuaskan Engkau; Engkau
menyelami hatiku, dan aku ingin Engkau menanamkan lebih banyak
kasih-Mu dalam diriku'" ("Hanya dengan Mengalami Pemurnian Manusia
Dapat Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan").
Ketika kesulitan menimpa, kita harus mencari kehendak Tuhan dan berdoa
agar kita dapat menjadi kesaksian dan memuaskan Tuhan. Kita juga harus
memiliki tekad untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan, dan bersedia
menanggung penderitaan fisik jika itu berarti menjadi kesaksian bagi Tuhan
daripada berdoa demi kepentingan kita sendiri. Hanya doa semacam inilah
yang sejalan dengan kehendak Tuhan, dan ini juga berarti memiliki jenis
hati nurani dan akal sehat yang seharusnya kita miliki sebagai makhluk
ciptaan. Sebagai contoh, Ayub kehilangan semua harta benda dan anak-
anaknya melalui ujian yang ia hadapi dan dia sendiri menderita bisul dari
kepala sampai ujung kaki; dia menderita rasa sakit emosional dan fisik yang
luar biasa. Namun dia tidak mengeluh kepada Tuhan tentang mengapa
Tuhan membiarkannya mengalami semua ini, dia juga tidak meminta Tuhan
untuk menghilangkan penderitaannya. Sebaliknya, dia terlebih dahulu
tunduk dan berdoa untuk mencari kehendak Tuhan. Dia menyadari bahwa
semua yang dimilikinya tidak diperoleh melalui kerja kerasnya sendiri,
tetapi telah dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan; apakah Tuhan memberi
atau mengambil, sebagai makhluk ciptaan kita tentu saja harus tunduk
pada aturan dan pengaturan Tuhan. Kita tidak boleh memiliki tuntutan apa
pun terhadap Tuhan, atau keluhan apa pun. Inilah akal sehat yang
seharusnya kita miliki sebagai manusia. Ayub berkata: "Dengan telanjang
aku keluar dari rahim ibuku, dengan telanjang aku juga akan kembali ke
situ: Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama
Yahweh" (Ayub 1:21) Ayub akhirnya menjadi kesaksian yang kuat bagi
Tuhan dengan mengandalkan sikap hormatnya, ketaatannya, dan imannya
kepada Tuhan. Kita harus belajar dari teladan Ayub dan ketika menjumpai
sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasan kita, terlebih dahulu kita harus
menenangkan diri di hadapan Tuhan dan bergegas berdoa untuk mencari
kehendak Tuhan, dan berdoa agar kita dapat memberi kesaksian dan
memuaskan Tuhan. Inilah aspek paling penting dalam penerapan kita.
Dengan cara ini, Tuhan dapat membimbing kita; Dia dapat memberi kita
iman dan kekuatan untuk membantu kita melalui segala rintangan yang
mungkin kita hadapi, agar kita dapat berdiri teguh dalam kesaksian kita di
tengah berbagai ujian.

Inilah tiga prinsip doa yang harus dipahami oleh orang Kristen yang benar-
benar percaya kepada Tuhan. Dengan menguasai tiga prinsip ini, doa-doa
kita selalu didengar Tuhan dan kita semakin dekat kepada Tuhan.

Syukur kepada Tuhan atas pencerahan-Nya. Jika Anda memiliki pertanyaan


atau kesulitan dalam iman Anda, jangan ragu untuk menghubungi kami
melalui WhatsApp atau Messenger. Kami ada di sini untuk Anda. Anda juga
dapat mengunduh dan menginstal aplikasi Gereja Tuhan Yang
Mahakuasa, di mana Anda dapat menemukan berbagai jenis buku, artikel,
lagu-lagu pujian, dan karya film secara gratis. Dengan kontennya yang
beraneka ragam, aplikasi Gereja Tuhan Yang Mahakuasa akan membantu
membimbing Anda untuk mengikuti jejak langkah Anak Domba dan
menikmati makanan dari air kehidupan.
Artike

Anda mungkin juga menyukai