Anda di halaman 1dari 4

7 Cara Berdoa Yang Benar Menurut Alkitab

Ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita harus berdoa dengan cara yang berkenan kepadaNya.
Dalam doa Kristen, masalah tempat, waktu, durasi, dan frekuensi doa sebenarnya tidaklah
mengikat dan kaku, kita fleksibel dalam hal-hal tersebut, sebagaimana bisa kita lihat di Alkitab.
Namun demikian, ketika kita menghadap Tuhan dalam doa, kita sudah seharusnya berdoa
dengan cara yang benar.
Doa seperti apakah yang benar dan berkenan kepada Tuhan? Alkitab mencatat beberapa
contohnya. Dan di sini akan dicantumkan 7 di antaranya.
Berikut pembahasannya.
 
1.Memandang Allah Sebagai Bapa
Cara pertama dalam berdoa yang benar adalah dengan memandang Allah sebagai Bapa kita.
Doa adalah hubungan komunikasi antara kita dengan Allah, antara kita sebagai anak-anakNya
dengan Allah sebagai Bapa kita. Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anakNya karena
kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus (Yohanes 1:12).
Kita harus memandang Allah itu sebagai Bapa kita. Ketika kita memandangNya sebagai Bapa
sorgawi kita, maka doa bagi kita seharusnya bukanlah sesuatu yang bersifat formil. Ketika kita
berdoa berarti kita sedang berkomunikasi dengan Bapa kita, seperti kita berkomunikasi dan
berbincang-bincang dengan bapa kita secara jasmani.
Dalam khotbah Tuhan Yesus, yang terkenal sebagai “Khotbah di bukit”, Dia mengajar murid-
muridNya agar memandang Allah itu sebagai Bapa mereka.
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu.” (Matius
6:10).
Karena itu kita tidak boleh mendatangi Allah dalam doa seperti orang yang berhadapan dengan
seorang raja yang menakutkan. Di dalam doa kita, kita tidak perlu dan tidak boleh merasa takut
kepadaNya. Malahan sebaliknya, kita harus merasa senang, karena kita bertemu dengan Bapa
sorgawi kita.
Dan karena itu pula kita tidak perlu menghadapNya dengan mengatur kata-kata kita sedemikian
rupa, apalagi menghafalkannya, agar Ia mendengarkan doa kita.
Dalam banyak agama atau kepercayaan, ada kalanya doa itu dipandang seperti mantera, yang
harus menggunakan kata-kata tertentu agar doanya manjur. Namun dalam doa Kristen, kita
berhadapan dengan “seorang” Pribadi, yaitu Bapa kita.
Karena itu kita tidak perlu menggunakan kata-kata tertentu untuk berbicara denganNya. Ketika
kita berbicara dengan bapa jasmani kita, kita tidak perlu menggunakan kata-kata tertentu agar
kita didengarkannya bukan?
Tidak heran, dalam setiap pengajaranNya kepada murid-muridNya, Tuhan Yesus selalu memakai
istilah “Bapa” atau “Bapamu”, bukan “Allah” atau “Tuhan”, yang kesannya lebih formil.
Demikian juga dalam hal doa, Yesus selalu memakai istilah “Bapa”, termasuk dalam doa yang
diajarkanNya kepada murid-muridNya, yang terkenal sebagai doa “Bapa Kami”, seperti yang
dikutip sebagian dalam ayat di atas.
Kita menyebut: “Bapa” kami yang di Sorga, bukan: “Allah” atau ”Tuhan” kami yang di Sorga,
sekalipun menyebutkan Allah atau Tuhan dalam doa kita juga tidak salah. Tetapi
menyebut/memanggil Allah sebagai Bapa adalah ajaran yang lebih umum dari Yesus kepada
murid-muridNya.
Oleh karena itu, di dalam doa-doa kita, kita sudah seharusnya lebih akrab lagi berbicara kepada
Allah, sebab Ia adalah Bapa sorgawi kita.
 
2. Memiliki Hati Yang Bersih
Tuhan ingin agar kita mempunyai hidup yang bersih di hadapanNya tanpa dikotori oleh hal-hal
yang tidak berkenan kepadaNya.
Kepada Timotius, gembala jemaat di kota Efesus, rasul Paulus berkata,
“Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan
tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.” (1 Timotius 2:8).
(Firman Tuhan di atas tentu tidak hanya berlaku untuk laki-laki saja, tetapi juga untuk
perempuan, walaupun firman itu dahulu ditujukan kepada laki-laki).
Dalam agama-agama/kepercayaan-kepercayaan lain, sangat ditekankan pentingnya kebersihan
tubuh/jasmani ketika mereka menghadap Tuhan dalam doa mereka. Namun dalam kekristenan,
kita dituntut untuk membersihkan hidup (hati dan pikiran) kita di hadapanNya.
Kebersihan fisik/tubuh tidaklah berarti di hadapan Tuhan jika kita mempunyai hidup yang tidak
bersih/kotor. Tentu saja kita perlu menjaga kebersihan tubuh dalam berdoa, khususnya dalam
doa bersama dengan orang lain, namun kebersihan hati dan pikiranlah yang dilihat oleh Tuhan.
Kekristenan berbicara mengenai hal-hal batiniah (hati/pikiran), bukan hal-hal yang lahiriah,
seperti penampilan fisik dan kebersihan tubuh jasmani. Sebab kita menghadap Allah yang Maha
Kudus.
Ketika kita berdoa hendaklah kita memeriksa terlebih dahulu hidup kita, apakah masih ada hal-
hal yang mencemari hidup, hati dan pikiran kita, yang membuat kita tidak layak menghadap
Tuhan. Jika ada, kita harus meminta Ia membersihkanNya terlebih dahulu, agar kita bisa
menghadapNya dengan layak.
 
3. Menghormati Tuhan
Kita harus hormat kepada Tuhan dalam berdoa. Kita harus bersungguh-sungguh dalam doa kita,
kita tidak boleh bermain-main dalam berdoa. Memang Allah adalah Bapa kita, namun Ia juga
adalah Tuhan yang Besar, yang Agung, yang layak untuk dihormati.
Fakta bahwa Ia adalah Bapa kita tidak bisa mengurangi rasa hormat kita kepadaNya. Malahan
sebaliknya, karena Dia adalah Bapa kita maka kita harus lebih menghormati Dia lagi. (kita tidak
menjadi kurang hormat kepada bapa jasmani kita hanya karena ia adalah bapa kita bukan?).
Penulis Surat Ibrani berkata,
“Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur
dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan
takut.” (Ibrani 12:28).
Memang kita tidak perlu takut kepadaNya, tetapi kita harus menghormatiNya. Takut dalam
pengertian umum, yang membuat kita tidak berani menghadapNya, adalah sikap yang salah.
Tetapi “takut” kepadaNya dalam pengertian bersikap “hormat” adalah sebuah keharusan. (dalam
pengertian inilah Alkitab mengajarkan kita untuk takut kepada Tuhan).
Di dalam setiap ibadah kita, termasuk di dalam doa, kita harus senantiasa menaruh rasa hormat
kita kepada Tuhan. Di satu sisi kita tidak boleh terlalu formal dalam berdoa, tetapi di sisi yang
lain kita juga tidak boleh bermain-main dalam doa kita.
 
4. Mengampuni Orang Lain
Cara berdoa lainnya yang berkenan kepada Tuhan adalah berdoa dengan mengampuni orang
lain. Ini adalah ajaran Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridNya tentang hubungan antara doa dengan pengampunan.
Ia mengajarkan mereka agar mengampuni orang lain terlebih dahulu sebelum mereka berdoa
kepada Tuhan.
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam
hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-
kesalahanmu.” (Markus 11:25).
Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas disebutkan bahwa jika kita berdoa, dan kita masih
mempunyai sesuatu yang mengganjal dalam hati kita terhadap orang lain, misalnya kebencian,
sakit hati, maka kita harus mengampuni orang tersebut terlebih dahulu.
Maksudnya, kalau kita tidak beres hubungannya dengan orang lain maka tidak ada gunanya kita
berdoa kepada Tuhan. Dengan kata lain, hubungan yang benar dengan sesama kita sangat
penting dalam membangun hubungan yang benar (melalui doa) dengan Tuhan.
Jika kita berdoa dengan cara tidak mengampuni orang lain, maka Tuhan tidak akan berkenan
pada doa kita. Dalam ayat selanjutnya dari firman Tuhan di atas (Markus 11:26) disebutkan kita
tidak akan diampuni Tuhan jika kita sendiri tidak mengampuni orang lain.
 
5. Tidak Pamer Kepada Orang Lain
Ada orang yang suka pamer dalam berdoa dengan harapan dilihat oleh orang lain dan mendapat
pujian dari mereka. Tetapi cara seperti ini adalah cara berdoa yang tidak berkenan kepadaTuhan.
Doa pamer adalah doa yang biasa dilakukan oleh orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat Yahudi.
Mereka suka berdoa dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya
dengan motivasi yang salah. Mereka berdoa di tempat-tempat tersebut dengan tujuan agar dipuji
oleh orang lain bahwa mereka adalah orang yang saleh dan rajin berdoa.
Karena itu Tuhan Yesus melarang murid-muridNya berdoa dengan cara seperti itu. Tuhan Yesus
menyebut orang-orang yang berdoa seperti itu sebagai orang-orang munafik.
Tuhan Yesus mengingatkan murid-muridNya,
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan
jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya.” (Matius 6:5).
Sebaliknya, Ia mengajarkan murid-muridNya berdoa di dalam kamar mereka sendiri, sebab Bapa
sorgawi akan mendengar doa yang seperti itu (Matius 6:6). Kita tidak berkenan kepada Tuhan
jika kita berdoa agar dilihat dan dipuji oleh orang lain.
 
6. Tidak Bertele-Tele
Cara berdoa lainnya yang tidak berkenan kepada Tuhan adalah berdoa dengan bertele-tele.
Berdoa dengan bertele-tele adalah cara berdoa yang tidak benar, karena orang menganggap doa
itu seperti mantera. Mereka menganggap bahwa kuasa doa terletak pada “kata-katanya”.
Semakin sering “kata-kata” dalam doanya diulang-ulang maka makin manjurlah doanya.
Pada hal dalam doa Kristen, kuasa itu terletak pada Tuhan, dan akan diberikanNya jika kita
berdoa dengan hubungan yang benar dengan Dia, bukan karena panjangnya/diulang-ulangnya
atau indahnya kata-kata doa kita.
Berdoa secara bertele-tele adalah berdoa dengan mengulang-ulang mengucapkan doa/kata-kata
yang sama (seperti mantera), seperti yang dilakukan oleh para penyembah berhala.
Misalnya para penyembah baal pada zaman nabi Elia yang mengucapkan doanya berulang-ulang,
memanggil nama baal dari pagi sampai tengah hari, dengan berkata: “Ya Baal, jawablah
kami!” (1 Raja-raja 18:26).
Tuhan Yesus mengingatkan murid-muridNya agar mereka tidak berdoa secara bertele-tele.
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak
mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan.” (Matius 6:7).
Jika kita berdoa dengan mengulang-ulang kata-kata doa kita dengan anggapan agar lebih
berkhasiat maka itu adalah cara berdoa yang tidak benar.
 
7. Tidak Munafik
Berdoa dengan munafik adalah cara terakhir dalam berdoa yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Tuhan Yesus mengingatkan hal ini kepada murid-muridNya.
“Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka
duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang
menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-
panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.” (Markus 12:38-40).
Di sini Tuhan Yesus berbicara mengenai ahli-ahli taurat Yahudi yang melakukan berbagai
macam kejahatan, antara lain adalah dengan menipu para janda-janda dan merampas rumah
mereka.
Untuk menutupi kejahatan mereka itu, para ahli taurat tersebut suka melakukan ibadah-ibadah,
antara lain dengan doa yang panjang-panjang. Mereka mengira bahwa dengan berdoa yang
panjang-panjang, orang lain akan berpikir yang baik-baik tentang mereka.
Mereka pikir bahwa bukan saja orang lain akan menganggap mereka adalah orang saleh yang
rajin berdoa, tetapi juga akan menganggap mereka sebagai orang yang benar/baik, yang tidak
mungkin melakukan kejahatan. Itulah kemunafikan mereka.
Jika kita menjadikan doa sebagai topeng kita untuk menutupi dosa dan kejahatan kita dari orang
lain, maka itu adalah cara berdoa yang tidak benar di hadapan Tuhan.
 
Itulah 7 cara berdoa yang benar menurut Alkitab.

Anda mungkin juga menyukai