Anda di halaman 1dari 17

LP3S

DoakuKepada Mu
Bagian 115

Renungan Harian untuk SLTP dan SLTA


Edisi 2 - 14 Agustus 2021
Doaku KepadaMu
Renungan Harian Untuk SLTP dan SLTA

Bagian 115
Edisi 2 - 14 Agustus 2021

Penulis:
~ Tim Banas DK

Editor:
~ Espe

Setting:
~ Desy

Untuk berlangganan hubungi:


Novita, LP3S, Jl. Soekarno-Hatta 10, Telp. (0298) 326366
Salatiga 50731
E-mail: lp3ksinode@gmail.com
089523256830

Diterbitkan oleh:
Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan
Sinode Gereja Kristen Jawa Indonesia (LP3S)

Tahun 2021
Kata Pengantar

John Henry Newman (1801-1890) adalah seorang pemikir Inggris. Ia ahli filsafat
dan teologi. Ia merupakan seorang pemikir religius di zaman modern. Sumbangan
pentingnya terutama dalam soal pertanggungjawaban iman. Menurut Newman,
kita tidak mungkin hidup bahagia tanpa memedulikan hati nurani. Baginya, hati
nurani merupakan jalan alamiah paling jelas untuk mengenal Allah.
Apa itu hati nurani? Secara etimologis istilah itu berasal dari kata
conscientia (bahasa Latin). Akar katanya adalah conscire, yang berarti “turut
mengetahui”. Memang, hati nurani merupakan dimensi dalam diri kita yang “turut
mengetahui” perbuatan-perbuatan moral kita. Lebih dari itu, hati nurani
menetapkan penilaian terhadap perbuatan moral kita. Ketika kita melakukan
perbuatan buruk, hati nurani memberikan penilaian berupa celaan atau teguran,
Ketika kita melakukan perbuatan baik, hati nurani memberikan penilaian berupa
persetujuan, dorongan, dan pujian. Kita tak mungkin menghindar dari penilaian
yang muncul bak “suara” dari hati kita itu.
Yang menarik, hati nurani bisa tumpul dan salah. Namun, hati nurani juga
bisa makin tajam dan peka. Di sinilah pentingnya pendidikan hati nurani. Yaitu,
upaya untuk memperdalam pemahaman, penilaian, dan sikap moral seseorang
dalam situasi konkret. Upaya ini semestinya menyentuh dimensi pengetahuan
(kognitif), rasa atau kepekaan emosi (afektif), kehendak (konatif), dan
pembiasaan berbuat baik.
Buku renungan ini dimaksudkan sebagai langkah sederhana untuk ikut
serta mengasah hati nurani kaum muda agar makin tajam dan peka. Upaya itu
diwujudkan melalui renungan harian yang berisi cerita pengalaman berdasarkan
refleksi Kitab Suci. Kiranya beragam renungan tersebut bisa menjadi salah satu
media pendidikan hati nurani.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan rekan-rekan
yang terlibat dalam penyediaan naskah, penyiapan, dan pendistribusian buku
kecil ini. Jerih lelah merekalah yang membuat buku ini sampai di hadapan
pembaca. Selamat menggunakan buku renungan harian ini. Kiranya nama Tuhan
dimuliakan.

Salatiga, Agustus 2021


Pengurus LP3S
MARI MENJADI PENULIS RENUNGAN !

Apakah Anda tertarik untuk menulis renungan? Kami mengundang


Anda untuk menjadi penulis naskah renungan untuk siswa.
Renungan yang dimuat akan mendapatkan HONORARIUM. Apabila
Anda berminat, silakan mengirimkan formulir di bawah ini bersama
satu contoh renungan. Selanjutnya, para penulis yang naskahnya
kami nilai laik, akan kami hubungi. Selamat bergabung dengan
kami.*)

FORMULIR PENULIS RH

Nama : ………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………
………………………………………………………
No. Telepon/HP : ………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………
………………………………………………………

…..………….…, ……….. 20….

___________________
(..……………………………………)

*) Bisa dikirim melalui e-mail, lp3ksinode@gmail.com


Senin, 2 Agustus 2021
Bacaan: Ayub 9:27
Nas: Ayub 9:27

“...Aku hendak melupakan keluh kesahku,


mengubah air mukaku, dan bergembira...”

A da sebuah rumah yang indah. Rumah itu dihiasi banyak cermin.


Suatu ketika ada seekor kucing kecil datang ke rumah itu.
Sesampai di rumah itu, raut wajahnya tersenyum senang. Ekornya
dikibas-kibaskannya dengan riang. Ia melihat sekeliling. Ia takjub. Sebab
ia melihat beberapa kucing kecil menyambutnya. Mereka semua
tersenyum dan mengibaskan ekor. Ia bergumam dalam hati: “Ini adalah
tempat yang menyenangkan. Aku akan datang ke sini lagi.” Padahal,
sesungguhnya kucing-kucing kecil itu adalah bayangannya.
Ada lagi seekor kucing lain datang ke rumah itu. Raut mukanya
cemberut. Matanya memandang dengan galak. Setelah memasuki rumah
itu, ia juga disambut oleh kucing-kucing kecil. Mereka semua
sesungguhnya adalah bayangan kucing itu. Kucing-kucing kecil itu tampak
cemberut dan memandangnya dengan galak. Ia pun mengerang dan
memperlihatkan giginya yang tajam. Kucing-kucing yang menyambutnya pun
tampak mengerang dan memperlihatkan gigi yang tajam. Maka kucing itu
berkata dalam hati: “Ini adalah tempat yang mengerikan. Aku tak akan
pernah datang ke sini lagi”.
Coba kita bercermin ketika sedang marah. Atau, kita bercermin
ketika sedang menangis. Atau, kita bercermin dengan raut wajah galak.
Tampak tidak sedap dipandang, bukan? Lalu, cobalah kita tersenyum di
depan cermin. Tampak lebih sedap dipandang, kan? Begitulah. Dengan
tersenyum, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Tidak hanya menyenangkan bagi kita. Tapi, itu juga menyenangkan bagi
orang lain di sekeliling kita. Maka, mari kita membiasakan diri
tersenyum dan bersikap ramah. Sehingga, lingkungan sekitar kita men-
jadi lebih menyenangkan.

Doa: Tuhan, kami ingin memiliki lingkungan sekitar yang lebih


menyenangkan. Mampukan kami mengupayakannya dengan
membiasakan diri tersenyum dan bersikap ramah, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 1


Selasa, 3 Agustus 2021
Bacaan: I Samuel 16:7
Nas: I Samuel 16:7

“... Janganlah pandang parasnya atau


perawakan yang tinggi, sebab Aku telah
menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang
di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”

B agi kaum perempuan, rambut adalah bagian tubuh yang penting.


Ada yang bilang bahwa itu ibarat mahkota. Banyak perempuan
yang menjadi makin percaya diri karena rambutnya yang indah. Karena
itu, Joanna Rowsell adalah perempuan yang kurang beruntung. Sebab,
pada usia 11 tahun, semua rambut di kepalanya rontok. Bahkan, alis
matanya juga ikut rontok. Dokter menyatakan bahwa ia menderita
alopecia areata. Yaitu, kelainan pada metabolisme tubuh yang
mengakibatkan rambut rontok.
Hal itu membuat Joanna sempat kehilangan kepercayaan diri.
Kemana-mana ia merasa malu. Maka, ia memilih menghabiskan waktu di
rumah. Untunglah, orang tuanya terus memotivasinya. Kebetulan ia suka
bersepeda. Maka, ia terus dimotivasi untuk berani bersepeda di luar rumah. Ia
mengenakan wig yang mirip rambut aslinya. Setiap hari ia berlatih bersepeda
secara tekun. Karena ketekunannya yang luar biasa, ia menjadi pesepeda
andal. Bahkan, ia berhasil meraih mendali emas dalam Olimpiade
London 2012. Saat penyerahan mendali, ia berani membuka wignya.
Penampilan bukanlah segala-galanya. Itulah pelajaran dari kisah
Joanna Rowsell. Maka, kita tak perlu merasa malu terhadap kekurangan fisik
yang kita miliki. Mungkin paras kita tidak benar-benar elok. Mungkin postur
badan kita tidak ideal. Mungkin bentuk wajah tak seperti yang kita impikan.
Jangan berkecil hati. Kita masih bisa menjadi pribadi yang lebih hebat.
Yakni, dengan cara tekun mengasah dan melatih segala potensi kita.

Doa: Tuhan, kami memiliki sejumlah kekurangan. Meskipun begitu,


kiranya kami tidak putus asa. Mampukan kami membiasakan diri
tekun mengasah dan melatih segala potensi yang Kau berikan.
Sehingga, kami makin menjadi pribadi yang berkualitas, Amin.

Halaman 2 Doaku Kepada-Mu


Rabu, 4 Agustus 2021
Bacaan: II Timotius 3:17
Nas: II Timotius 3:17

“Dengan demikian tiap-tiap manusia


kepunyaan Allah diperlengkapi untuk
setiap perbuatan baik.”

A da sebuah kisah tentang seorang anak laki-laki. Anak itu ketahuan


mencuri sebotol obat. Itu ia lakukan untuk ibunya yang sakit.
Anak itu dimarahi oleh pemilik toko obat. Lalu, seorang penjual mie
mendatangi pemilik toko itu. Ia kebetulan berjualan di dekat toko itu. Ia
pun membayarkan biaya sebotol obat yang dicuri anak itu. Lalu, obat
itu diberikannya kepada anak itu. Bukan hanya itu, ia juga memberi
sebungkus mie kepada anak itu.
Tiga puluh tahun berlalu. Penjual mie yang baik hati itu sakit. Ia
rawat inap di rumah sakit. Ternyata, biaya pengobatan di rumah sakit
amat banyak. Itu sangat membebani keluarganya. Ia bingung
bagaimana cara melunasi biaya-biaya tersebut. Ia tak punya cukup
uang. Sebab, dia hanyalah seorang penjual mie. Maka, Ia berencana
menjual kedai mie miliknya, agar bisa melunasi biaya-biaya itu.
Namun, penjual mie itu mendapatkan surat dari pihak rumah
sakit. Isinya: bahwa biaya perawatan sudah lunas. Di surat itu ada tulisan
tangan. Bunyinya: “Telah anda bayar lunas 30 tahun lalu dengan sebotol obat
dan sebungkus mie”. Ternyata, anak yang dulu ditolongnya, kini telah
menjadi seorang dokter. Dialah pemilik rumah sakit tempat ia dirawat.
Kisah itu memuat pelajaran berharga. Bahwa perbuatan baik
yang kita lakukan terhadap sesama, tidak pernah membuat kita merugi.
Justru lewat perbuatan baik itu, kita sedang menabur benih berkat.
Tuhan sendiri yang akan membuat benih itu tumbuh dan berkembang.
Lalu, kelak kita akan dapat menuainya. Entah kapan, tapi kita pasti akan
menuainya! Itulah yang dialami penjual mie yang baik hati.

Doa: Tuhan, Engkau sudah memperlengkapi kami untuk melakukan


perbuatan baik. Maka, kapan pun dan dimana pun, mampukan kami
sedapat mungkin membiasakan diri belajar berbuat baik, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 3


Kamis, 5 Agustus 2021
Bacaan: Amsal 18:9-13
Nas: Amsal 18:13

“Jikalau seseorang memberi jawab


sebelum mendengar, itulah kebodohan
dan kecelaannya.”

S eringkali pertengkaran atau permusuhan terjadi karena komunikasi


yang tidak baik. Contohnya, Danilo berkata kepada Riyandi:
“Sepertinya kau harus mulai diet lho!” Riyandi jadi sakit hati mendengar
perkataan Danilo itu. Menurutnya, Danilo sedang mencibirnya, karena ia
terlihat semakin gendut. Padahal, sesungguhnya Danilo justru berusaha
menjaga agar Riyandi tak terlalu gemuk. Sebab jika makin gemuk,
Riyandi bisa terkena banyak penyakit.
Ada pula contoh lain. Misalnya, suatu ketika Bu Dadang berkata
kepada suaminya: “Pak, bawa motornya jangan ngebut.” Mendengar hal
itu, Pak Dadang berfikir bahwa istrinya mencelanya. Ia merasa dituduh
suka ugal-ugalan ketika mengendara motor. Padahal, Bu Dadang hanya
ingin agar suaminya berhati-hati dalam berlalu-lintas.
Komunikasi seperti contoh tersebut mungkin pernah kita alami.
Entah kita yang salah memahami perkataan teman. Atau, teman kita
yang salah memahami perkataan kita. Jika tidak ada yang bersedia
mencari kejelasan, mungkin akan timbul perselisihan.
Bacaan hari ini mengajak kita memiliki cara berkomunikasi yang
baik. Salah satunya adalah dengan meminta kejelasan pada rekan bicara,
bila ada topik yang dirasa kurang jelas. Contohnya, Riyandi bisa
bertanya kepada Danilo: “Kau mau mengejek ku ya?” Dengan begitu,
Riyandi bisa mendapatkan penjelasan. Sehingga, tidak terjadi salah
paham di antara mereka. Mari, kita membiasakan diri berkomunikasi
dengan baik dan tulus.

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri belajar membangun


komunikasi yang baik dan tulus dengan siapa saja. Sehingga, kami
tidak jatuh dalam kesalahpahaman, Amin.

Halaman 4 Doaku Kepada-Mu


Jumat, 6 Agustus 2021
Bacaan: Mazmur 66:16-20
Nas: Mazmur 66:19

“Sesungguhnya, Allah telah mendengar,


Ia telah memperhatikan doa yang
kuucapkan.”

B ila ada yang bertanya, “Pilih bunga ataukah kaktus?” Rasanya,


kebanyakan orang cenderung memilih bunga. Mengapa? Karena
bunga itu indah, tidak berduri, harum, menawan, menyegarkan, dan
banyak kelebihan lainnya. Namun, tahukah kita bahwa kaktus juga
memiliki bunga. Bagi beberapa orang, bunga kaktus lebih menawan
dibandingankan bunga lainnya. Untuk mendapatkan bunga kaktus
memang dibutuhkan kesabaran. Namun, pastilah kesabaran kita akan
terbayar ketika melihat bunga kaktus yang indah dan menawan.
Memiliki sikap sabar memang bukan perkara mudah. Apalagi di
zaman sekarang, yang serba cepat. Tetapi sikap sabar selalu
menghasilkan “bunga” yang indah dan mengagumkan. Oleh karena itu
tidak ada salahnya jika kita belajar bersikap sabar. Tuhan sendiri
menghendaki agar kita belajar bersabar. Terutama, bersabar dalam
menunggu jawaban doa. Kita pasti pernah mengharapkan sesuatu dalam
doa. Apakah Tuhan menjawab doa saat itu juga? Tentunya, tidak.
Maka, miliki sikap sabar. Tetaplah bertekun dalam doa. Yakinlah
bahwa Tuhan telah mendengar doa kita. Tuhan selalu memproses doa
kita. Pada saat yang tepat, Ia akan menjawab doa kita. Jawaban yang
akan diberikan-Nya bisa jadi seperti yang kita minta. Tapi, bisa juga ber-
beda dari doa kita. Yang jelas, Dia pasti akan menjawabnya. Entah akan
dijawab malam nanti atau berpuluh tahun mendatang. Yang jelas, Dia
pasti menjawabnya. Bersabarlah selalu untuk mendapatkan “bunga”
kesabaran, yang indah dan menawan!

Doa: Tuhan, mampukan kami membiasakan diri belajar bersabar dalam


banyak hal. Tertutama, bersabar dalam menantikan jawaban doa,
yang kami panjatkan kepada-Mu, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 5


Sabtu, 7 Agustus 2021
Bacaan: Matius 7:1-5
Nas: Matius 7:3

“...engkau melihat serpihan kayu di mata


saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu tidak engkau ketahui”

D ikisahkan, ada dua orang laki-laki. Mereka adalah si Buta dan si


Juling. Keduanya saling menantang untuk berkelahi. Mereka
sepakat untuk berkelahi di sebuah lapangan. Waktu yang ditentukan
pun tiba. Mereka bersiap menuju lapangan.
Begitu merasa bahwa ia telah berada di lapangan, si Buta
berteriak: “Hei pengecut! Jangan kau bersembunyi di tempat gelap.
Hadapi aku!” Mendengar itu, si Juling menjawab: “Kau yang pengecut!
Kenapa kau membawa teman? Jika kau memang pemberani, mengapa
kau datang berdua? Mari, satu lawan satu!”
Si Buta menganggap bahwa si Juling bersembunyi. Padahal, si
Juling tidak bersembunyi. Sementara, si Juling menganggap bahwa si
Buta membawa teman. Padahal, hanya ada mereka berdua di situ.
Begitulah, mereka saling menyalahkan. Padahal, sebenarnya, kesalahan
ada pada diri mereka masing-masing.
Begitulah. Dalam kehidupan kita banyak orang “munafik”. Mereka
merasa diri benar. Orang lainlah yang dianggap bersalah. Padahal,
mereka sendiri juga bersalah. Contohnya, Dadap bercerita kepada
sahabatnya bahwa Waru menyontek. Padahal, ketika mengikuti ulangan,
tidak hanya Waru, Dadap juga menyontek!
Banyak orang seperti Dadap. Ia mampu menemukan kesalahan
orang lain, namun gagal melihat kesalahannya sendiri. Maka, Yesus
mengingatkan: “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
serpihan kayu itu dari mata saudaramu”. Itu berarti, kita perlu mawas
diri. Itu penting, supaya kita tidak menjadi orang munafik.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari sikap munafik. Mampukan kami


membiasakan diri belajar mawas diri, sebelum mengoreksi
kesalahan orang lain, Amin.

Halaman 6 Doaku Kepada-Mu


Senin, 9 Agustus 2021
Bacaan: Yehezkiel 47:1-12
Nas: Yehezkiel 47:9

“Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak,


sebab ke mana saja air itu sampai, air laut
di situ menjadi tawar dan ke mana saja
sungai mengalir, semuanya hidup di sana.”

A da sebuah penelitian internasional. Penelitian itu dilakukan oleh


sebuah organisasi konservasi alam. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa terjadi kepunahan spesies. Laju kepunahan itu sekitar 100-1.000
kali lebih cepat daripada kepunahan normal. Kepunahan normal meru-
pakan kerusakan populasi secara alami. Jadi, itu terjadi bukan karena
perbuatan manusia (polusi, perburuan berlebihan, pembukaan hutan-
hutan besar, dsb). Begitulah hasil penelitian belasan tahun lalu. Bisa
diduga, kini laju kepunahan itu semakin bertambah.
Di Indonesia, ada banyak hewan yang hampir punah. Kita bisa
mengetahuinya di situs National Geographic Indonesia. Di situ dinya-
takan ada dua hewan Indonesia yang hampir punah. Keduanya adalah
badak Sumatra dan orang utan Sumatra. Juga, ada beberapa spesies lain
yang terancam punah. Mereka adalah jalak Bali, anoa, elang Jawa,
kuskus, maleo, bangau hitam, dan masih banyak lagi. Bukan hanya
hewan yang terancam punah, tetapi juga berbagai spesies tumbuh-
tumbuhan. Kondisi itu bertolak belakang dengan penglihatan yang
digambarkan Yehezkiel. Ia melihat alam yang lestari dan indah.
Sesungguhnya, Tuhan menghendaki agar kita bukan hanya
memanfaatkan alam dan ciptaan lainnya. Tetapi, Ia juga menghendaki
agar kita merawat serta menjaganya dari kepunahan. Bagaimana
caranya? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Yang paling mudah kita
lakukan adalah tidak mengkonsumsi atau merusak spesies langka. Selain
itu, kita perlu merawat lingkungan dan melakukan penghijauan.

Doa: Tuhan, kiranya alam ini lestari dan indah, seperti penglihatan
Yehezkiel. Mampukan kami tidak mengkonsumsi atau merusak
spesies langka. Selain itu, kami membiasakan diri suka merawat
lingkungan dan melakukan penghijauan, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 7


Selasa, 10 Agustus 2021
Bacaan: Ulangan 7:1-11
Nas: Ulangan 7:9

“Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang


setia, yang memegang perjanjian dan kasih
setia-Nya.”

A da kisah inspiratif dari Dick Hoyt dan Rick Hoyt. Mereka adalah
ayah dan anak. Rick Hoyt adalah penyandang cacat cerebral palsy,
anak dari Dick Hoyt. Rick tidak dapat berbicara dan berjalan. Meski
begitu, Rick ingin mengikuti lomba triathlon. Karena keterbatasan fisik
yang dimilikinya, Rick tidak dapat mengikuti perlombaan itu. Namun,
Dick sang ayah bersedia berlomba bersama dengan Rick.
Dick bersedia berlari sambil mendorong kereta yang diduduki
Rick. Dick bersedia berenang melintasi laut sambil menarik perahu yang
dinaiki Rick. Dick juga bersedia mengayuh sepeda tandem di mana Rick
duduk di bagian depan. Mereka tidak menjadi pemenang dalam
perlombaan itu. Namun, Dick telah membuktikan cintanya yang begitu
besar kepada anaknya. Dick menginsipirasi banyak orang.
Dalam bacaan hari ini, kita diingatkan tentang betapa besar kasih
Tuhan kepada umat-Nya. Kasih-nya itu jauh melampaui kasih Dick
kepada Rick Hoyt. Tuhan memberkati umat-Nya dengan luar biasa.
Meskipun umat-Nya banyak kelemahan dan cacat cela, Ia tetap
mengasihi mereka. Ia tak henti menyertai mereka dalam perjalanan
keluar dari tanah perbudakan.
Tuhan juga begitu mengasihi kita. Kasihnya luar biasa. Itu terbukti
dalam kehidupan kita setiap hari. Ia selalu menyertai kita. Ia selalu
menolong kita. Itu seperti halnya Dick Hoyt yang sedemikian mengasihi
Rick Hoyt. Tuhan juga sangat mengasihi kita. Bahkan, kasih-Nya kepada
kita, jauh melampaui kasih Dick Hoyt kepada Rick Hoyt. Karena itu, tak
ada hal yang perlu kita khawatirkan.

Doa: Tuhan, kasih-Mu kepada kami begitu besar. Itu terbukti dalam
kehidupan kami setiap hari. Mampukan kami membiasakan diri
mensyukurinya, Amin.

Halaman 8 Doaku Kepada-Mu


Rabu, 11 Agustus 2021
Bacaan: Lukas 22:39-46
Nas: Lukas 22:45-46

“Sesudah itu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali


kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati
mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya
kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidur?
Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan’.”

M ungkin kita pernah merasakan dukacita, kesedihan, khawatir,


berat hati, galau, dan emosi-emosi lain. Itu semua membuat kita
merasa tertekan. Banyak hal bisa menimbulkan perasaan tertekan.
Contohnya, ketika kita mendapat nilai buruk, tidak naik kelas, gagal
dalam lomba, ditinggalkan oleh orang terdekat, dimusuhi oleh teman, dll.
Nah, apa yang biasanya kita lakukan ketika menghadapi hal macam itu?
Franki juga pernah merasa tertekan. Itu terjadi ketika nilai
ulangan tak sesuai dengan yang diharapkannya. Padahal, ia sudah
belajar sekuat tenaga. Biasanya, ia berusaha mengobati rasa tertekan itu
dengan main bareng (mabar) bersama teman-temannya. Selain itu, ia
juga menonton televisi, mendengarkan lagu, tidur, ataupun melakukan
aktivitas lain yang menyenangkan. Namun, Franki menyadari bahwa
setelah semua aktivitas itu selesai, ia akan merasa tertekan lagi. Jadi,
semua aktivitas itu ternyata tak bisa menghilangkan rasa tertekan. Lalu,
apa yang bisa menghapuskan rasa tertekan itu?
Jawabannya adalah doa. Suatu ketika, murid-murid Yesus dilanda rasa
tertekan yang hebat. Itu karena Yesus akan ditangkap. Mereka pun tidur
untuk menghapuskan rasa tertekan. Namun, Yesus mengingatkan mereka
supaya berdoa. Mengapa berdoa? Berdoa adalah berkomunikasi dengan
Tuhan. Itu akan membuat kita memiliki kekuatan rohani. Itu akan me-
mampukan kita menghadapi rasa tertekan. Semakin kita bersungguh-
sungguh berdoa, kita makin dikuatkan. Rasa tertekan itu pun perlahan hilang.
Begitulah, ketika kita dilanda rasa tertekan, jangan lupa: berdoalah!

Doa: Tuhan, kami sering dilingkupi perasaan tertekan. Mampukan kami


membiasakan diri berdoa kepada-Mu. Sehingga, kami memiliki
kekuatan untuk mengatasi rasa tertekan itu, Amin

Doaku Kepada-Mu Halaman 9


Kamis, 12 Agustus 2021
Bacaan: Keluaran 16:1-12
Nas: Keluaran 16:12

“…katakanlah kepada mereka: Pada waktu


senja kamu akan makan daging dan pada
waktu pagi kamu akan kenyang makan
roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa
Akulah Tuhan, Allahmu.”

P ernahkah kalian ke restoran? Di situ kita pasti dilayani dengan


baik. Untuk memesan makanan, pelayan datang membawa menu.
Mereka siap mencatat pesanan kita. Jika membutuhkan sesuatu, kita
hanya perlu menggangkat tangan. Mereka segera menyediakan yang kita
minta. Setelah selesai makan, kita bisa memanggil pelayan. Mereka akan
membawa tagihan dan memproses pembayaran yang kita berikan. Jika
ada pelayanan yang kurang memuaskan, kita bisa menegur mereka.
Begitulah, betapa baik para pelayan restoran itu. Namun, sering kali
banyak orang memperlakukan mereka seenaknya.
Begitu pula ketika bersikap kepada Tuhan. Banyak orang
memperlakukan-Nya seperti pelayan restoran. Tuhan memang begitu
baik kepada kita. Namun, selayaknya kita tidak bertindak seenaknya
sendiri. Misalnya, bertindak seperti yang dilakukan bangsa Israel ketika
dalam perjalanan dari Mesir ke Kanaan. Ketika tidak mendapatkan
makanan, mereka bersungut-sungut. Mereka menghujat Tuhan. Padahal,
Tuhan telah memberikan begitu banyak kebaikan kepada mereka.
Nah, apakah kita juga memperlakukan Tuhan layaknya pelayan
restoran? Misalnya, bersungut-sungut jika tidak mendapatkan apa yang
kita inginkan. Berdoa hanya jika kita membutuhkan sesuatu. Bersyukur
hanya jika doa kita terkabul. Hentikan kebiasaan seperti itu. Itu sama
saja dengan menganggap Tuhan seperti pelayan restoran. Mari, kita
belajar bersikap pantas kepada Tuhan. Yaitu, membiasakan diri hidup
penuh syukur dalam segala keadaan.

Doa: Tuhan, Engkau begitu baik kepada kami. Mampukan kami bersikap
pantas kepada-Mu. Yaitu, membiasakan diri hidup penuh syukur
dalam segala keadaan, Amin.

Halaman 10 Doaku Kepada-Mu


Jumat, 13 Agustus 2021
Bacaan: I Raja-Raja 19:1-18
Nas: I Raja-Raja 19:5b

“...Tetapi tiba-tiba seorang malaikat


menyentuh dia serta berkata, “Bangunlah,
makanlah!”

S emua orang pernah merasa lelah. Entah itu lelah secara fisik atau
mental. Misalnya, kita merasa lelah ketika jadwal kegiatan sekolah
cukup padat. Belum lagi jadwal les atau kegiatan lain. Karena kesibukan
itu, boleh jadi kita harus bangun pagi-pagi dan tidur larut malam.
Akhirnya, kita kelelahan.
Bukan hanya karena padatnya jadwal kegiatan. Kita juga bisa
menjadi lelah ketika masa ulangan tiba. Ketika itu, mungkin saja bukan
fisik yang terasa lelah. Melainkan, kita merasakan kelelahan mental. Itu
karena kita harus belajar keras setiap hari. Itu kita lakukan agar bisa
menguasai materi ulangan.
Bukan hanya kita yang bisa merasa lelah. Dalam Kitab Suci dicatat
bahwa ada nabi yang mengalaminya. Nabi itu adalah Elia. Karena itu,
Elia merasa ingin mati saja. Sebab, ia mendapat ancaman dari
permaisuri raja Ahab. Melihat kondisi Elia, Tuhan tidak tinggal diam.
Tuhan datang menghibur Elia. Ia juga mengurangi kelelahan yang diala-
mi Elia. Maka, Tuhan mengirimkan malaikat untuk memberi makan
kepada Elia. Selain itu, Tuhan juga mendengarkan keluh kesah Elia.
Apakah saat ini kita sedang mengalami kelelahan fisik ataupun
mental? Bila itu yang terjadi, berdoalah. Ceritakanlah keluh kesah kita
kepada Tuhan. Rasakan bagaimana Tuhan menjadi sahabat dalam
kelelahan kita. Ia akan memberikan kekuatan. Ia akan memakai orang-
orang di sekitar kita. Ia akan memberikan pertolongan lewat bebagai
cara tak terduga. Banyak orang telah membuktikannya. Tuhan hadir
dalam kelelahan yang mereka alami. Kita juga akan mengalaminya.

Doa: Tuhan, terimakasih. Engkau selalu hadir dalam kelelahan yang


kami alami. Engkau memberikan pertolongan melalui berbagai
cara tak terduga, Amin.

Doaku Kepada-Mu Halaman 11


Sabtu, 14 Agustus 2021
Bacaan: II Raja-Raja 5:1-19A
Nas: II Raja-Raja 5:2-3

“Orang Aram pernah keluar bergerombol dan mem-


bawa tertawan seorang anak perempuan dari negri
Israel. Ia menjadi pelayan pada istri Naaman.
Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: Sekiranya
tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka
tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari
penyakitnya.”

B anyak acara TV yang menarik. Ada film pendek, reality show, talk
show, kuis, humor, berbagai permainan, berita, musik, kuliner, dll.
Semua acara itu pernah menjadi hiburan dikala kita merasa bosan. Para
penonton mengenal siapa pembawa acaranya. Mungkin ada juga yang
mengidolakannya.
Akan tetapi, tahukah kita siapa sosok penting “di balik layar”?
Mereka tidak kita kenal. Namun, merekalah yang membuat kita bisa
menikmati acara TV tersebut. Mereka adalah penulis naskah, pencari
berita, sutradara, pengambil gambar, pengarah gaya, dan masih banyak
lagi. Peran mereka tak kalah penting daripada para artis utama.
Dalam Kitab Suci juga banyak orang tidak dikenal. Padahal,
mereka memiliki andil penting dalam sebuah peristiwa. Contohnya
dalam bacaan hari ini. Di situ disebutkan tentang seorang gadis kecil.
Dialah yang berperan sehingga Naaman bisa datang kepada Elisa dan
menerima kesembuhan dari Tuhan. Tidak ada yang tahu siapa anak kecil
itu. Tapi, Tuhan memakainya untuk kebaikan orang lain.
Kita memiliki peran dalam kehidupan ini. Kita semua bisa
melakukan banyak hal yang berguna bagi banyak orang. Meskipun kita
tidak terkenal, namun perbuatan baik yang kita lakukan, sangat dihargai
oleh Tuhan. Maka, mari kita terus berusaha menjadi jalan berkat bagi
banyak orang. Tak masalah bila kita tidak dikenal orang.

Doa: Tuhan, kami memiliki peran dalam kehidupan ini. Mampukan kami
membiasakan diri berusaha menjadi jalan berkat bagi banyak
orang. Tak masalah bila orang tak mengenal kami, Amin.

Halaman 12 Doaku Kepada-Mu


Doaku Kepada-Mu Halaman 13

Anda mungkin juga menyukai