Anda di halaman 1dari 4

PARADIGMA KRISTIANI

Oleh : Dennis Sitohang

Ibrani 3:1 “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam
panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu
Yesus”

Apakah paradigma itu ? Dalam pengertian umum paradigma dapat diartikan sebagai
“cara pandang terhadap sesuatu yang kita alami ataupun sesuatu yang terjadi di sekitar
kita.”. Yang dimaksud dengan cara pandang di sini sudah barang tentu bukan cara
memandang dengan mata, melainkan dengan pikiran.

Cara pandang kita terhadap sesuatu akan mempengaruhi reaksi atau tindakan kita,
sehingga tidak heran bila paradigma seringkali turut menentukan kesuksesan seseorang.

Secara umum ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan
paradigma seseorang :
1. Mata (mata jasmani & rohani)
2. Emosi
3. Pengetahuan
4. Karakter

Apa yang kita lihat sedikit banyaknya akan mempengaruhi emosi kita dan dengan
karakter serta pengetahuan yang kita miliki, akan turut membentuk cara pandang kita
atau pemikiran kita atas object yang kita lihat. Objek tersebut bisa jadi suatu benda,
problema, tantangan maupun peluang

Ada sebuah pantun yang berbunyi “Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”.

Ada pemuda yang jatuh cinta melihat anak gadis oleh karena kecantikannya saja, maka
dia hanya menggunakan mata jasmani dan emosi dalam pembentukan cara pandangnya,
mungkin juga ditambah dengan karakter, yaitu suka melihat yang cantik-cantik.

Atau ada juga wanita yang jatuh cinta kepada pemuda hanya oleh karena ketampanan
ataupun kepribadian sang pemuda (punya rumah pribadi,mobil pribadi, deposito
pribadi,dll), pembentukan cara pandangnya dipengaruhi oleh mata jasmani,emosi dan
karakter.

Namun bila pemuda atau anak gadis jatuh cinta pada seseorang oleh karena melihat sifat
terpuji dari orang yang hendak dicintainya , maka dia sudah melibatkan mata rohani
dalam pembentukan cara pandangnya untuk hal tersebut

Ibrani 3:1 mengatakan, Pandanglah pada Yesus ! Mengapa kita harus memandang
kepada Yesus ? Kita memandang pada Yesus karena Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Bila kita memandang kepada Yesus maka mata rohani kita akan terbuka dan semakin
jelas melihat. Sebaliknya jika kita mengalihkan pandangan kita dari Yesus, maka mata
rohani kita akan buta atau menjadi rabun atau rabun dekat. Bila mata rohani kita menjadi
rabun dekat seperti halnya orang tua yang menggunakan kaca mata baca, maka kita akan
dapat melihat dengan jelas telor kutu di rambut orang lain, sedangkan gajah yang sedang
hamil 9 bulan di hadapan kita terlihat samar.

Jika kita memandang kepada Yesus, maka kita akan melihat bagaimana saat Dia di salib
dihina, dicaci dan bahkan ditampar dan diludahi, dengan lembut Yesus berkata “Bapa
ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Namun jika kita
mengalihkan pandangan dari Yesus, maka sedikit saja kekurangan orang lain yang
kurang berkenan dengan apa yang kita harapkan, maka akan menimbulkan kemarahan,
kebencian, sakit hati, hilang semangat, dan lain sebagainya.

Jika kita memandang kepada Yesus maka yang miskin akan berbahagia oleh karena Allah
telah menjanjikan kerajaan surga, yang kaya akan bermurah hati oleh karena mereka tahu
bahwa Allah lah yang empunya segala kekayaan, yang berduka akan dihiburkan, yang
lemah, letih lesu dan berbeban berat akan dikuatkan karena Allah berjanji untuk memberi
kelegaan, yang gagal dapat berdiri dengan tegak, karena Allah akan membangkitkan
semangat yang patah.

Ayub adalah salah seorang tokoh Alkitab yang menjadi teladan bagi kita dalam
membangun paradigma yang benar atas berbagai peristiwa pahit yang dialaminya. Pada
zamannya Ayub adalah orang terkaya di negerinya. Dia memiliki 7000 ekor kambing
domba, 3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina

Dalam waktu 1 hari Ayub kehilangan seluruh harta bendanya dan bahkan ke sepuluh
anaknya mati pada hari yang sama. Atas tragedi tersebut Ayub sanggup berkata
“TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!“ .

Paradigma yang demikian bisa tumbuh dalam pemikiran Ayub adalah oleh karena
pandangannya selalu tertuju kepada Allah sehingga dia menganggap bahwa apa yang
telah dia miliki bukanlah semata-mata oleh hasil kerjas kerasnya, tetapi pemberian Allah.

ILUSTRASI

Marilah kita memusatkan pandangan kita kepada Yesus, karena dengan memandang
padaNya kita akan diubahkan. Mata rohani kita akan terlatih melihat lebih tajam, emosi
kita akan selalu memancarkan belas kasihan, pengetahuan kita akan makna kehidupan
akan ditingkatkan, karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, karakter kita akan
lebih disempurnakan. Dengan demikian dalam pikiran kita akan selalu terbentuk
paradigma yang benar atas segala sesuatu yang kita alami,suka maupun duka,
keberhasilan maupun kegagalan, dan teristimewa dalam kehidupan kita berjemaat.
TAHUN BARU, PARADIGMA BARU. Kiranya TUHAN memberkati. Amin.
ILUSTRASI

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan
rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-
marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang
mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya
sandang dan pangan. Anak anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering
marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-
laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali
inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu.
Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin
kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa.

Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.


“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi
saran.

Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor.


Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan
rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar
kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkanbeberapa rak untuk istrinya karena istrinya
pernahberkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples.
Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak
pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik
bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya
bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia
menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-
laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang
sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya.
Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu.
Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang
mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong
gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200
dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250
dollar. Lelaki itupun setuju kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak
pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh
sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok
keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si
lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang
terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi? Lelaki itu
mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang
kutemukan tadi pagi”.

Anda mungkin juga menyukai