Puji dan Syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatnya kami dimampukan untuk menyelesaikan novel yang
berjudul “ Who’s sunshiyeun” ini. Cerita ini menceritakan bagaimana
kehidupan seseorang yang mencoba menjelaskan tentang Tuhannya dengan
logikannya yang sempit. Mencoba menjelaskan bagaimana kehidupannya
dengan kedua orang tuanya, keluarganya bahkan teman-temannya. Ahirnya dia
menemukan sang pujian hatinya dan dia berharap wanita itu titipan dari
Tuhannya tapi banyak jalan yang harus dilewati untuk mendapatkan hati sang
pujian hati yang terkunci rapat.
Di dalam menulis novel ini, kami sadar bahwa kami tidak akan bisa
menyelesaikannya tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Mereka telah
menyumbangkan energi dan pikirannya di dalam penyusunan novel sehingga
memiliki alur seperti sekarang ini.
Sebagai menusia kami sadar bahwa novel yang kami buat masih belum pantas
jika disebut sebagai sebuah karya yang sempurna. Kami sadar tulisan kami
masih banyak memiliki kesalahan, baik dari tata bahasa maupun teknik
penulisan itu sendiri. Maka kami meminta adanya masukan yang membangun
agar kami semakin termovitasi untuk menjadi lebih baik dan lebih memperbaiki
kualitas novel kami selanjutnya.
DAFTAR ISI
1. KENALIN AKU…
2. PROLOG
3. HOW ABOUT GOD?
♪ Pilihan
♪ Keraguan
4. PERLUKAH ORANG TUA?
♪
5. INIKAH START?
…
6. RASA LAMA PERTEMANAN
…
7. DUNIA BARU KAH?
…
8. MAU JADI APA DECK?
…
9. RASA BARU PERTEMANAN
…
10.CINLOK BUKAN CILOK
…
11.MASIH KAH?
…
12.SANG IMAJINASI
…
13.BAGAIMANA DENGAN AFRIKA?
…
KENALIN AKU…
“Seorang anak idealis yang ingin menjadi lilin ditengah tengah manusia
yang ingin menjadi lampu, bintang maupun matahari”.
AKU IVAN…
SEORANG MANUSIA BIASA DAN BUKAN
ULTRAMEN.
Boleh dipanggil Ivan, Van, Pan, Openg, Opet, kecuali Atha yak
Khusus bgt klo “Atha” mah
PROLOG
“Pantaskah aku menjadi seorang idealis” jeritku di balkon disebuah
gereja.
“Bisakah anak kecil sepertiku menjelajahi dunia fisika dengan logika
sesempit itu?’ ucapku dengan sangat pesimis.
Ya, aku anak SMA yang sedang bermesraan dengan pelajaran fisika yang
dulu kuanggap seperti bom nuklir yang mampu meledakkan seisi
pikiranku.
Jadi…
Apakah Tuhan ada?
PILIHAN
Bagiku hidup adalah pilhan. Tak peduli pilihan yang benar atau bukan tapi kita harus
memilih. Tapi ada banyak hal yang tak bisa kita pilih contohnya kita tak bisa memilih
lahir seperti apa, dengan kondisi apa, tak bisa memilih orang tua juga dan masih
banyak hal lainnya. Apakah alam semesta kita se–random itu sehingga kita bisa
random diberikan kepada orang tua kita, random diberikan wujud seperti itu, random
lahir dengan kondisi tersebut? Atau ada Sesuatu dibelakang hal itu yang sudah
mengatur hal tersebut? Dashyat sekali Dia. Sungguh kreatif. Siapa Seniman itu? Aku
menyebutnya Tuhan atau Allah.
Apakah ada manusia yang seperti Dia? Apakah ada makhluk seperti Dia? Atau adakah
sesuatu hal yang seperti Dia? Aku rasa tak ada. Aku memilih percaya akan ada nya
Tuhan. Bagiku memilih tanpa percaya adalah rumah tanpa pondasi yang bisa seketika
rubuh disuatu momen tertentu. Aku memilih dia dengan percaya walaupun pada saat
itu tidak 100 persen percaya tetapi setidaknya aku mempunyai pondasi untuk
bertahan. Saat ini aku sedang mencoba merenovasi kepercayaan (pondasi) ku untuk
membangun rumah (iman) yang baru. Lebih tepatnya bukan iman baru tetapi
membuat iman versi updated, yang bisa relevan dengan ajaran Sang Pencipta.
Tuhan memang sulit untuk diketahui secara jelas karena logika kita yang hanya
sebutir pasir dipantai tidak mampu menyelami logika bahkan kuasa Sang Pencipta.
Manusia saja masih menemukan Sebagian kecil kuasa Sang Pencipta. Sampai
sekarang saja manusia hanya bisa mengatahui observable universe, laniakea
supercluster dan itupun hanya Sebagian kecil dari alam semesta ini. Bahkan dibumi
saja, kita hanya mengeksplorasi 5 persen lautan dibumi. Lalu apakah pantas kita yang
dengan hanya kemampuan segitu bisa menyamai logika kita dengan Tuhan yang
menciptakan segalanya? Silahkan berpikir sendiri, aku t’lah capek berpikir sendiri.
KERAGUAN
Bertrand Russell, seorang filsuf dan seorang ahli matematika asal inggris dan ia
pemenang nobel sastra pada 1950 pernah berkata,
“Masalah di dunia ini terjadi ketika orang bodoh terlalu yakin dan orang
pintar penuh dengan keraguan”.
Inilah masalah yang sering terjadi dalam suatu kepercayaan. Orang yang dalam
kurang dalam pengetahuan sering dibodohi sehingga menjadi fanatik dan mereka
sering terlalu yakin dengan kefanatikan mereka sehingga mereka mudah untuk marah
Ketika bersinggungan dengan kepercayaan lain.
Berbanding terbalik dengan orang pintar. Mereka sering bahkan selalu menggunakan
logika mereka tanpa melibatkan hati dan kepercayaan mereka sehingga mereka sering
ragu akan kepercayaan mereka sehingga mereka sering membangun rumah yang
mewah megah tanpa pondasi yang kuat maupun memadai. Sudah tau kan apa yang
akan terjadi ketika membangun sebuah rumah tanpa pondasi yang kuat atau memadai?
“Jangan pernah ragu dengan potensi yang ada dalam diri anda. Cobalah
lihat kupu-kupu, seandainya saja ia memiliki keraguan-keraguan, maka ia
akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu yang hanya bisa merangkak”.
-Larispique Philido-
Mungkin kalian ingin hilang, mati dan lenyakp dari hidup kalian kan?
Rumus nya gampang kok.
Jika keyakinan besar otomatis keraguan kecil maka,
Secara teori memang gampang tapi prakteknya lebih susah dan ingat disetiap hal
susah ada hal menantang. Yakin gamau nyoba tantangan? Masa mau kalah sih sama
tantangan?
"Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut usiamu di tanah yang diberikan
Allahmu, Tuhanmu, kepadamu". (Keluaran 20:12).
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama
kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang
tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Kemudian ayahmu.'”
(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
"Kebaikan seorang ayah lebih tinggi daripada gunung dan kebaikan seorang
ibu lebih dalam dari laut."
Aku tak tau kapan aku akan berduka saat orang tua ku pergi terbang ke kehidupan
yang baru bersama Sang Pencipta. Aku tak ingin menangis disaat orang tua ku pergi
karna aku tau mereka sangat senang kembali ke tempat tanpa penderitaan, penuh
damai, penuh kebahagiaan yang mereka impi – impikan sampai disekarang didunia
tetapi aku tau kehidupan seperti itu mustahil ada di dunia yang seperti ini.
“Thaa…
Mama meninggal thaa…”.
Hatiku benar benar rapuh. Seorang ibu yang mungkin akan menjadi calon ibuku juga
t’lah meninggal. Aku tak sanggup saat aku mulai berpikir ketika dia akan kesusahan
menjalani kehidupan tanpa seorang ibu. Akankah aku seperti itu suatu saat?
Aku harap tidak…
Walaupun hanya mimpi tapi ini sangat nyata sampai sekarang. Kau sedang
menanggung beban sebagai anak pertama. Kau harus membuktikan kalau orang lain
tidak salah berekspektasi lebih kepadamu. Aku tak tau pasti seberapa berat bebanmu
tapi kau wanita yang kuat.
Aku yakin akan hal itu…