Anda di halaman 1dari 2

Mosi Tentang Diperbolehkannya lintas jurusan dalam SNMPTN dan SBMPTN tahun 2022 ini

merupakan kebijakan yang tepat dan berkeadilan

 Menurut kami, kebijakan ini sangat keliru karena kita berada di kurikulum 13 yang masih
menggunakan sistem IPA dan IPS dimana nilai juga masih menggunakan nilai masing masing
jurusan. Lalu bagaimana mungkin sistem SNMPTN yang menggunakan sistem nilai rapot bisa
memberikan penilaian terhadap siswa jurusan A jika penilaian datang dari jurusan B. Contoh
anak IPS ingin ke jurusan SAINTEK. Untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa
secara maksimal, seharusnya SAINTEK menilai siswa lewat nilai SAINTEK itu sendiri seperti
mata pelajaran Biologi, kimia, fisika dan matematika. Tetapi sekarang SAINTEK harus melihat
kemampuan siswa dari mata pelajaran selain mata pelajaran SAINTEK itu sendiri. Lalu
bagaimana SAINTEK mengetahui kemampuan siswa secara maksimal? Dan menurut saya
logika seperti itu kurang dapat diterima dan menurut kami itu adalah logika yang salah.
Karena dengan sistem seperti itu kecenderungan siswa yang tak berkompetensi di PTN dan
jurusan itu akan semakin banyak dan ini bisa membahayakan nama baik kampus, jurusan dll.
Analoginya seperti ini. Seorang penyelam sedang mencari rekan untuk meyelam bersama
dan dia bertemu dengan penjelajah hutan dan sipenjelajah ingin menjadi rekan menyelam si
penyelam. Akan tetapi si penyelam memiliki kriteria ABC sedangkan si penjelajah memiliki
kriteria XYZ. Menurut logika kita, bisa ngga sih si penyelam menerima dia menjadi rekan
menyelamnya? Ngga kan? Lalu yang kedua. Apakah bisa si penyelam menilai kemampuan
berenang si penjelajah dari cara dia menjelajah hutan? Ngga kan? jadi sistem penilaian
seperti itu sangat tidak tepat menurut kami.
 Tapi, ada baiknya kalian jangan hanya fokus ke minat kalian saja ketika memutuskan untuk
daftar SBMPTN lintas jurusan. Prospek masa depan, kemauan untuk belajar hal baru dari
awal, kemungkinan “kalah” dibandingkan teman lain yang saat SMA berasal dari jurusan
yang selaras perlu kalian pikirkan matang-matang. Nyatanya, ketika kalian daftar lintas
jurusan kalian harus memulai lagi dari awal dan yang nggak boleh ketinggalan, kalian harus
belajar ekstra rajin untuk mengejar ilmu yang mungkin sudah dipelajari teman lo sejak SMA.
Dan menurut saya hal itu tidak efektif di dalam waktu dan financial siswa. Dan menurut saya
orang yang memilih salah jurusan memiliki kecenderungan yang besar untuk tidak maksimal
mengikuti pembelajaran selama kuliah dan itu sangat merugikan.
 Kita juga tidak boleh menutup mata akan adanya stigma IPA lebih sering dinotice oleh
Perguruan tinggi dan saya jamin mayoritas pasti jawab hal tersebut. Alasan utamanya adalah
adanya stigma siswa IPA yang dianggap lebih superior daripada siswa IPS. Siswa jurusan IPA
dinilai mumpuni dalam kemampuan nalar oleh lingkungan sosial sedangkan siswa IPS.
Terkait dengan stigma ini, dalam konteks peluang lolos jalur SBMPTN 2022, apakah siswa IPA
juga superior? Dari sejarah SBMPTN yang kita amati sih siswa IPA memang lebih banyak
dipilih dan dilirik oleh Perguruan tinggi. Dengan stigma seperti ini malah semakin terlihat
ketidakadilan di pihak IPS. Dan menurut saya system lintas jurusan ini bukan membuat
keadilan dan malah membuat problem baru. Secara teori, rencana ini terlihat adil bagi kedua
jurusan tetapi belum tentu dalam pelaksanaannya bisa adil seperti itu. Seperti tahun tahun
lalu dimana anak IPA seperti diprioritaskan dalam lintas jurusan. Lalu dimana letak
keadilannya?
 Menurut Ketua FRI Prof. Panut Mulyono, "Jadi kamu harus sesuai kesukaan yang da di SMA.
Kalau misal suka sejarah, ya kamu pilih sejarah. Soalnya pernah ada dulu di UGM, dia pilih
Teknik Sipil, tapi dia tidak menguasai dan passion di situ, itu mahasiswa berhenti tidak kuat
di semester 2." Dari pernyataan rektor tersebut kita bisa mengetahui bahwa pindah jurusan
itu bisa sangat merugikan karena kita sudah bayar uang kuliah 2 semester tetapi ilmu tidak
kita dapat dan yang didapat hanya pressure.

Anda mungkin juga menyukai