Anda di halaman 1dari 8

SMA atau SMK?

Mungkin ada sebagian atau


bahkan kebanyakan orang tua dan juga
siswa SMP seringkali dibingungkan
dengan pilihan ini. Terutama bagi siswa
kelas 9 yang sebentar lagi akan lulus dan
harus segera menentukan pilihannya.
Tentu untuk memilih akan masuk SMA
ataupun SMK tidak boleh sembarangan.
Kita harus mempertimbangkan
kekurangan dan kelebihan dari masing
masing pilihan sebelum kita
memilihnya. Apa saja alasan alasan
yang dapat memperkuat langkah kita?
Alasan yang pertama, kita pasti
sudah mengetahui jika lulusan SMK lebih
mudah dan lebih siap untuk bekerja jika
dibandingkan dengan lulusan SMA.
Karena di SMK siswa tidak hanya
diajarkan teoretik yang mendalam
sesuai jurusannya saja, melainkan
disana para siswa juga dibekali dengan
kemampuan praktek yang sangat
menambah pengalaman dan
memberikan gambaran nyata tentang
dunia kerja. Seperti yang sering kita
dengar atau lihat, para siswa SMK
seringkali melaksanakan PKL (Praktek
Kerja Lapangan) atau yang biasa disebut
dengan istilah magang. Saya sepakat
dengan hal ini karena pada SMA, siswa
hanya diajarkan teoretik saja secara
mendalam. Sehingga lulusan SMA harus
kuliah dulu jika ingin mendapatkan

pekerjaan.
Mungkin banyak orang yang
beranggapan bahwa setelah lulus dari
SMK nanti, kita tidak bisa lanjut ke
perguruan tinggi. Hal ini tentu salah,
karena siswa SMK tetap bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kelebihan masuk SMK, siswa
mempunyai hardskill berupa
kemampuan kejuruan yang spesifik
sehingga ketika kuliah seorang siswa
mengambil jurusan yang sama dengan
ketika dia SMK, maka dia akan lebih
mudah untuk mempelajari materi
kejuruannya. Sedangkan di SMA, siswa
lebih diajarkan kemampuan teoretik
saja.
Namun, jika dibandingkan
dengan SMA, materi materi yang
diajarkan di SMK tidak seluas materi
materi yang diajarkan di SMA. Hal ini
karena di SMK kita lebih diajarkan
secara detail pada jurusan yang kita
ambil saja. Sedangkan di SMA kita
diajarkan berbagai macam materi sesuai
bidang yang kita ambil, misalakan
bidang IPA. Siswa SMK dapat
pengetahuan tidak lebih banyak
daripada siswa SMA, pendapat ini
disampaikan oleh salah seorang blogger
pada salah satu postingan di blognya.
Dari sini kita dapat menilai bahwa
kemampuan berfikir secara logika anak
SMA jauh lebih bagus dibandingkan

dengan anak SMK. Anak SMK cenderung


memilih sebuah langkah secara instan
atau cepat tanpa mempertimbangkannya
secara lebih dalam.
Jika untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi, lulusan SMK lebih
dibatasi ruang lingkupnya jika
dibandingkan dengan lulusan SMA.
Sehingga rata rata siswa SMK kesulitan
untuk masuk ke perguruan tinggi. Ketika
di perguruan tinggi, siswa SMK tidak
bisa mengambil jurusan yang berbeda
dengan jurusannya dulu di SMK.
Kalupun bisa, dia akan kesulitan karena
di SMK dia hanya diajrkan materi
materi yang mendalam di jurusannya
saja. Sedangkan lulusan SMA bisa lebih
bebas untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Mengingat pada saat SMA, materi
materi yang diajarkan mencakup
semuanya.
Dengan demikian, siswa lulusan
SMK jauh lebih siap kerja dibandingkan
dengan SMA. Sehingga biaya yang
dikeluarkan lebih hemat. Namun, untuk
menentukan pilihan itu semua
tergantung dengan minat, kemampuan,
serta bakat kita.

Masa Depan Lebih Cemerlang


Tanpa Merokok
Cindy, Dwi Arum, Eka, Farah,
Handayani
Merokok di kalangan pelajar

sudah menjadi perilaku yang sangat


memperihatinkan bagi Negara
Indonesia. Hal ini disebabkan akibat
dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Hampir sebagian perokok di Indonesia
adalah kalangan pelajar, baik di tingkat
SMP maupun SMA. Pelajar yang
merokok biasanya sejak SMP dan
kebanyakan waktu kelas 3 SMP atau
waktu beranjak SMA. Itu disebabkan
karena faktor kebiasaan, karena jika
pelajar sudah biasa dengan suatu
aktivitas atau perbuatan yang di
jalaninya sejak lama maka akan
terbawa sampai mereka dewasa.
Merokok di kalangan pelajar tentu
membawa dampak dan pengaruh
terhadap pelajar tersebut dan
lingkungan mereka.
Di lingkungan sekolah larangan
merokok merupakan suatu peraturan
yang amat penting. Tetapi
kenyataannya pelajar yang merokok
semakin banyak. Menurut Angelica
Iskandar seorang blogger, berpendapat
bahwa merokok dari segi kesehatan,
sangat merugikan. Tubuh yang masih
dalam pertumbuhan sudah dicemari
oleh racun-racun dari rokok. Lalu dari
biaya atau harga rokok, tentunya jika
sudah kecanduan bisa menghabiskan
uang saku pelajar tersebut. Ide Angelica
Iskandar itu sangat benar, merokok
mengganggu kesehatan, kenyataan ini

tidak dapat kita pungkiri. Banyak


penyakit yang sudah terbukti sebagai
dampak dari merokok. Faktanya sudah
ada, contohnya: di iklan televisi yaitu
ibu Ike Wijayanti yang terkena kanker
tenggorokan sehingga pita suaranya
hilang.
Tidak hanya sekolah yang
berupaya untuk pelajar tidak merokok
lagi, tetapi pemerintah juga berupaya
salah satu contohnya yaitu terdapat
tulisan Hindarkan dan jauhkan
sekolah dari asap rokok di setiap buku
pegangan siswa kurikulum 2013.
Tidak hanya dampak negatif
saja, rokok juga mempunyai dampak
positif. Menurut sebuah blog
ScienceAndri atau alamat blognya
http://
scienceaandri.blogspot.co.id/2014/02/
dampak-positif-rokok.html di blog
tersebut ditulis bahwa merokok
mempunyai dampak positif, yaitu:
menjadi sumber inspirasi, bisa
bersosialisasi dengan baik kepada orang
yang dikenal maupun tidak dikenal,
bisa membuat si perokok tersebut lebih
percaya diri dan bisa menghilangkan
stress. Menurut Tomkinds (1991) ada 4
tipe perilaku merokok, yaitu : Tipe
perokok yang dipengaruhi oleh
perasaan positif. Dengan merokok,
seseorang merasakan penambahan rasa
yang positif. Perilaku merokok yang

dipengaruhi oleh perasaan negatif.


Banyak orang yang menggunakan rokok
untuk mengurangi perasaan negatif.
Perilaku merokok yang adiktif. Mereka
yang sudah adiksi, akan menambah
dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang diisapnya
berkurang. Perilaku merokok yang
sudah menjadi kebiasaan. Mereka
menggunakan rokok sama sekali
merupakan suatu perilaku yang sudah
bersifat otomatis, seringkali tanpa
dipikirkan dan tanpa disadari ia
menghidupkan api rokoknya bila rokok
yang terdahulu telah benar-benar habis.
Kebiasaan merokok yang
dilakukan oleh pelajar mungkin
merupakan salah satu pengaruh buruk
yang didapat dari teman-temannya.
Kebiasaan merokok pada orang tua juga
berpengaruh besar pada pelajar. Orang
tua yang merokok juga bisa menjadi
salah satu faktor yang menjadikan
pelajar tersebut merokok dibandingkan
dengan keluarga yang bukan perokok.
Secara umum kita sudah
sepantasnya khawatir terhadap
kebiasaan merokok di kalangan remaja,
mengingat begitu besar dampak
negatifnya. Untuk itu, langkah
antisipasi harus kita siapkan. Kita bisa
mulai dari lingkungan sekolah. Bisa
dimulai dengan tidak memberi contoh
kebiasaan merokok dalam sekolah.

Manfaatnya akan dirasakan oleh


seluruh orang ataupun pelajar itu
sendiri, penerapan aturan dan larangan
merokok akan mengerem kebiasaan
merokok . Pelajar dan di sekitarnya
menjadi lebih sehat dan beban
ekonomi berkurang, karena uang yang
digunakan untuk membeli rokok bisa
dialihkan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat.
"Sukses Berantas
Prostitusi - - - Desa Pakraman Bukti kini
Berjuan Entaskan Warga Dari Kemiskina
Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam
artikel tersebut bahwa dulunya desa Pakraman
Bukti merupakan sarang pelacuran dan salah
satu desa dengan tingkat kemiskinan terparah
di Buleleng. Awalnya penduduk desa Pakraman
Bukti berjuang memberantas stigma negatif
yang telah melekat terhadap desanya, yaitu
sebagai sarang pelacuran. Sebelum adanya
pemberantasan sarang pelacuran tersebut,
penduduk setempat merasa sangat malu
dengan identitasnya sebagai masyarakat
Pakraman Bukti. Perjuangan tersebut sangatlah
berat, mulai dari pendekatan personal, yang tak
sepenuhnya berhasil, hingga mengadakan
paruman desa yang menghasilkan bentuk awigawig yang baru.
Awig-awig adalah suatu produk hukum dari
suatu organisasi tradisional di Bali, yang
umumnya dibuat secara musyawarah mufakat
oleh seluruh anggotanya dan berlaku sebagai
pedoman bertingkah laku dari anggota

organisasi yang bersangkutan. Dengan


demikian, awig-awig adalah patokan-patokan
tingkah laku yang dibuat oleh masyarakat yang
bersangkutan berdasarkan rasa keadilan dan
rasa kepatutan yang hidup dalam masyarakat
yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai