Anda di halaman 1dari 5

SMA dan Kuliah

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya.
Itulah sebabnya setelah tamat sekolah menengah atas atau SMA, banyak orang memilh
untuk meneruskan belajar di perguruan tinggi atau kuliah. Masa kuliah adalah dimulainya
seseorang mengalami perubahan kondisi belajar dari masa belajar di SMA dengan belajar di
perguruan tinggi.
Dari berbagai segi terdapat banyak perbedaan antara belajar di SMA dengan di
perguruan tinggi. Perbedaan yang pertama adalah, jadwal belajar di SMA biasanya penuh
dan telah ditentukan oleh pihak kurikulum sekolah. Siswa tidak dapat memilih pelajaran
sesuka hati dan bersekolah dengan pola datang pagi pulang sore. Sedangkan di universitas,
mahasiswa dapat memilih mata kuliah yang ia inginkan sesuai dengan kewajiban dan
kebutuhannya. Karena mata kuliah yang dipilih sendiri ini, jadwal pun menjadi tidak teratur.
Jadwal masuk manusia menjadi tergantung pada mata kuliah yang diambil. Terkadang
seorang mahasiswa dapat tidak masuk di pagi hari, dan baru mendapat pelajaran di sore
harinya, bahkan kadang tidak ada mata kuliah sama sekali dalam satu hari.
Perbedaan yang kedua adalah, saat di SMA biasanya siswa lebih pasif. Pelajaran
terpusat dari guru dan siswa biasanya hanya menerima mentah-mentah pelajaran tersebut
dari guru. Di SMA pun, kerap kali biasanya gurulah yang mengejar-ngejar siswa jika ada
ketidakberesan dalam belajar siswa. Namun, mahasiswa dituntut lebih mandiri di
universitas. Dalam belajar, mahasiswa harus lebih aktif dan berusaha mencari sendiri hal
yang dibutuhkannya untuk belajar. Mahasiswa harus banyak berinisiatif dan kreatif dalam
belajar. Mahasiswa tidak bisa bergantung kepada dosen dan mahasiswalah yang harus
mengejar dosen jika ada keperluan. Dosen tidak akan mencari mahasiswa bermasalah yang
tidak mau berinisiatif untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Perbedaan yang ketiga terletak pada gaya mengajar guru atau dosen. Di SMA,
biasanya gaya mengajar para guru bersifat homogen. Masuk ke kelas, menjelaskan panjang
lebar, memberi catatan, tugas dan ulangan. Namun, di bangku kuliah gaya mengajar
dosen
sangat berbeda dengan guru di SMA. Gaya mengajar setiap dosen cenderung
berbeda-beda. Misalnya, ada dosen yang tidak masalah kalau ada mahasiswa yang
terlambat. Namun, ada juga dosen yang tidak mengizinkan mahasiswa masuk kelas jika
terlambat. Contoh lain, ada dosen yang menjelaskan materi dengan sangat rinci dan luas,
tetapi ada juga dosen yang menjelaskan dengan singkat dan hanya akan menjelaskan
lebih detail jika ditanya oleh mahasiswanya.
Perbedaan yang lainnya adalah siswa di SMA seringkali dimarahi atau bahkan
dihukum karena terlambat, tidak mencatat, tidak membuat tugas, sering bolos, atau
bahkan tidak ikut ujian. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan di universitas yang
cenderung bebas. Saat di universitas, tidak akan ada yang memarahi jika mahasiswa tidak
mengerjakan tugas, atau bahkan jika tidak ikut ujian. Semuanya tergantung kepada diri
sendiri. Dosen hanya melaksanakan kewajibannya sebagai pengajar dan tidak akan
mengingatkan kita untuk melakukan ini itu. Namun, kebebasan ini bukanlah kesempatan
untuk bermain-main. Justru ini merupakan tantangan untuk dapat mengatur diri sendiri
tanpa bantuan orang lain. Seseorang yang berkuliah harus siap secara mental agar tidak
terjerumus ke dalam kebebasan yang ada.
Terlepas dari berbagai perbedaan yang ada, tidak semuanya benar-benar berbeda.
Ada juga sedikit persamaan antara kondisi belajar di SMA dan kuliah. Persamaan ini
mengacu kepada kelompok sosial siswa atau mahasiswa.
Baik siswa maupun mahasiswa pasti memiliki kelompok sosial yang lebih sering
disebut dengan istilah “gank”. Hampir semua peserta didik memiliki kelompok sosial
terlepas seberapa besar jumlahnya. Kelompok sosial ini bisa terjalin secara alami karena
mereka pernah mengikuti kelas yang sama atau karena mereka memiliki minat yang sama
sehingga tergabung dalam satu grup peminatan.
Sebenarnya masih banyak yang dapat diuraikan ketika membandingkan kondisi
antara belajar di SMA dengan belajar di universitas. Namun, pada intinya semuanya
kembali kepada diri masing-masing. Belajar di universitas butuh kesiapan diri tinggi. Jika
tidak memiliki rasa tanggung jawab, mahasiswa akan tertinggal dan akan mengalami
kerugian yang besar karena waktu tidak akan berputar kembali.

Tugas 1: Jawablah berdasarkan hasil pengamatan Anda terhadap esai di atas.


a) Setelah Anda membaca esai pengorganisasian blok di atas, tandai mana saja yang
termasuk transisi esai blok dan kontras.
b) Apa pernyataan tesis dari paragraf kedua, ketiga, keempat, dan kelima?
c) Paragraf mana yang merupakan paragraf transisi?

Tugas 2: Pilihlah sebuah topik untuk kemudian dijadikan dua bentuk esai perbandingan dan kontras
menggunakan pengorganisasian blok dan pengorganisasian rantai.

Tugas 1:
a.
b. Fase-fase lulus dari sma
c. Paragraf ke-8

Tugas 2:
Sukses Terbesar dalam Hidupku

Definisi sukses bisa jadi sangat beragam bagi setipa individu, mengingat pencapaian yang ingin diraih pun
berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sukses adalah berhasil. Maka sah-sah saja jika
seseorang merasa telah sukses setelah menyelesaikan pendidikan, memeroleh pekerjaan yang baik, dan
memiliki penghasilan besar.

Begitu pula dengan saya. Kesuksesan saya ketika berada di bangku Sekolah Dasar adalah selalu meraih
rangking 3 besar. Selain itu saya juga memenangkan juara satu lomba cerdas cermat agama sekabupaten.
Ketika MTs (SMP), kesuksesan yang saya raih adalah selalu meraih rangking lima besar paralel.

Akan tetapi pada jenjang tersebut saya sama sekali tidak mengikuti kejuaraan apa pun di luar sekolah.
Saat SMA saya mewakili kecamatan untuk mengikuti perlombaan olimpiade fisika dan fahmil. Sayangnya
kedua perlombaan tersebut tidak berhasil saya menangkan di tingkat kabupaten.

Saat menjadi mahasiswa, kesuksesan terbesar saya adalah meraih predikat cumloude dengan IPK
mencapai 3.70. Mungkin bagi sebagian orang mendapatkan IPK sekian bukanlah hal yang sulit, akan
tetapi tidak untuk saya. Mengingat selama kuliah saya aktif dalam UKM Bahasa Inggris dan membuat saya
sering berpergian untuk membantu mahasiswa asing.

Saya juga menyempatkan diri menjadi guru les private dari rumah ke rumah. Saya juga menjadi guru bantu
di beberapa sekolah demi menunjang biaya hidup saya selama kuliah. Mengingat saya bukanlah berasal
dari keluarga yang berkecukupan.

Namun semakin lama saya semakin menyadari bahwa sukses bukan sekedar pencapaian yang saya
peroleh, melainkan kebermanfaatan saya bagi orang lain. Saya merasa sukses ketika melihat anak didik
saya, baik di sekolah, maupun les private berhasil memahami pelajaran yang saya berikan. Saya juga
merasa sukses jika teman-teman saya yang merupakan mahasiswa asing merasa senang berada di
Indonesia.

Keinginan saya agar dapat bermanfaat bagi orang lain ini yang mendorong saya untuk menempuh
pendidikan S2 di University of Queensland Australia. Dengan meneruskan pendidikan di sana, saya
berharap dapat memiliki ilmu yang kemudian dapat saya bagikan ketika kembali ke tanah air.

Sehingga saya dapat mencapai kesuksesan terbesar saya yaitu berkontribusi aktif dalam memajukan
teknologi di Indonesia.
Hal yang SD SMP Hasil Perbandingan
Diperbandingkan
Kesuksesan rangking 3 besar rangking 5 tidak sama
paralel

Pendahuluan
Isi:
a. kesuksesan

Penutup

Anda mungkin juga menyukai