Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGURANGI


KETERLAMBATAN SISWA DI SMA NEGERI 8
SURABAYA

Disusun oleh:
1. Afriani Febrilla S (02)
2. Alinda Rahmawati (06)
3. Amilia (08)
4. Siti Saleha (36)

XI MIPA 4
SMA NEGERI 8 SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
yang berjudul “PERANAN ORANG TUA DALAM MENGURANGI
KETERLAMBATAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 8 SURABAYA” dengan baik
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Karya Tulis Ilmiah ini juga merupakan salah satu kelengkapan tugas siswa-
siswi kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Surabaya pada tahun ajaran 2022/2023.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral
maupun material dalam proses Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
mohon untuk saran dan kritik yang membangun.

Terima kasih,

Surabaya, 03 Maret 2023

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Siswa
b. Manfaat Bagi Guru
c. Manfaat Bagi Peneliti
d. Manfaat Bagi Sekolah
BAB II : KERANGKA TEORI
1. Tinjauan Pustaka
2. Kerangka Teoritis
BAB III : METEDOLOGI
1. Pendekatan Penelitian
2. Jenis Penelitian
3. Tempat dan Waktu Pelaksana
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
b. Sampel
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisa Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
2. Sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3. Peranan Orang Tua terhadap siswa yang terlambat
4. Solusi dalam mengurangi siswa yang terlambat
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertai
ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah
berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula
persoalan fundamental melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya
untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam
pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang
diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi
negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan.
Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan berkualitas secara intelektual, mental dan
spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan,
adanya peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada
masa dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah
kedisiplinan harus masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas
dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa SMA Negeri 8
Surabaya, maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa yang terlambat
sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri
kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di SMA
Negeri 8 Surabaya sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan siswa yang
terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas dan
mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke
sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering
terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 06.25 WIB,
tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya
siswa yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar
mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam
alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang
tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya.
Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat
pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai. Tak terkecuali juga dengan peranan
orang tua dirumah. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat
menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu
saja sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai
dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan
berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Dari bagaimana
peranan orang tua dan juga kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan suatu
tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam pelajaran
dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak
yang terkait yaitu siswa, orang tua, guru disekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa
bahwa keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam
kegiatan belajar meliputi penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah
“PERANAN ORANG TUA DALAM MENGURANGI KETERLAMBATAN SISWA
SMA NEGERI 8 SURABAYA.”

2. Rumusan Masalah
a. Apakah faktor – faktor penyebab keterlambatan siswa ?
b. Apakah sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat ?
c. Bagaimanakah peranan siswa terhadap siswa yang terlambat ?
d. Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat ?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
b. Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
c. Untuk mengetahui peranan orang tua pada keterlambatan siswa
d. Untuk mengetahui solusi dalam mengurangi siswa yang terlambat

4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Siswa
- Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan
sekolah, terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
- Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
b. Manfaat Bagi Guru
- Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa
terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.
c. Manfaat Bagi Peneliti
- Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian
terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke
sekolah.
d. Manfaat Bagi Sekolah
- Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
BAB II
KERANGKA TEORI

1. Tinjauan Pustaka
Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley
Press. Sedangkan “sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut
WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions,
Cambridge University Press. Dan pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada
waktunya, menurut WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential
Geometry, Oxford University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar
tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan
norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Kepatuhan dan ketaatan
siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa
disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah “Refers to students
coplying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud
dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian
(standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski
kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya,
sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan
kesalahan perlakuan psikologis ( Phsychological maltreatment), sebagaimana
diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous
School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999)
mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.
c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
d. lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah
e. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992)
mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) Ensure the safety of staff
and students, and (2) Create an environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of
discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept
personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is
necessary, and commit themselves to change”. Hal senada dikemukakan oleh
Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan
dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang
guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi
kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi
kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis mengatakan,
“Discipline is management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena
itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif.
Disiplin preventif adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa
untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang
ada. Karena pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun
khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai
tata tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya
mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa
berasal dari berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan
kemampuan yang berbeda pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya
dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau
tata tertib sekolah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong
perilaku negatif atau tidak disiplin, diantaranya siswa datang terlambat ke
sekolah.

2. Kerangka Teoritis
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih
kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku
pada masyarakat, misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang
siswa yang menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu
siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut
deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang
tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan
kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
a. James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
b. Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang
berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
c. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
e. Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:


1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan
menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.

Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab


penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:


1. Penyimpangan primer dan sekunder
a. Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara
(temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat
diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus
melanggar norma-norma umum.

b. Penyimpangan sosial sekunder


Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan
secara terus-menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga
para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku
menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus datang terlambat ke
sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus menyontek pekerjaan
temannya di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku
menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah
masyarakat (dibenci).

2. Perilaku menyimpang menurut pelakunya


a. Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah
mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai penyakit mental sehingga
tak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar
panyimpangannya adalah sebagai berikut:
 Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua
agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
 Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada
orang-orang.
 Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku.
 Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-
norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
 Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata
bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
b. Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang
tunduk pada norma kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat
yang berlaku.

Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1) Penyimpangan harus dapat didefinisikan.
2) Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5) Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:
a. Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai
dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak
positif terhadap sistem sosial.
b. Penyimpangan yang bersifat negatif.
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai
sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem
sosial itu.

Teori-teori penyimpangan sosial:


a. Teori Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber
dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku
menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar
belakang asal, kelompok dan budaya.
b. Teori Labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi
menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang
ditujukan pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer,
tetapi adanya julukan membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan
julukan tersebut.Teori psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi
karena id tidak bisa dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun
superego yang tidak aktif. Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego
adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri
yang telah menyerap nilai-nilai dan norma dan berfungsi sebagai suara hati.
c. Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan
antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya
tersebut. Menurut K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara
yang wajar sampai dengan yang menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme (pengunduran diri)
5) Rebellion (pemberontakan)

d. Teori Fungsi
Dikemukakan oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya
kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena faktor keturunan,
perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada,
sebab orang yang berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim
berpandangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat
berkembang secara normal.
Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena
berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural
yang telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat
untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan
upaya untuk menghentikan atau paling tidak menahan bertambahnya
penyimpangan perilaku tersebut.
BAB III
METEDOLOGI

1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis,
dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah
belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti
sejarah perkembangan.

2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat diartikan
sebagai prosedur penulisan yang menghasilkan data data deskriptif kata-kata tertulis
atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini
bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci
disertai dengan bukti.

3. Tempat dan Waktu Pelaksana


Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 8 Surabaya, sedangkan waktu
penelitian dilaksanakan mulai tanggal 7 Maret 2023 – 12 Maret 2023.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi
atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian
adalah objek penelitian. Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi
adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang
tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan
dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54)
mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat
kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda
atau keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek
penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.

b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian
dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh
yang diambil dari sebagain populasi penelitian yang dapat mewakili populasi.
Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan
penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan
terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat
kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan
siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surabaya yang sering datang terlambat ke sekolah.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini
adalah dengan metode wawancara. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode
wawancara (disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan
melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau
sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan hingga yang
diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta
bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: “A clinical
task-based interview can be seen as a situation where the interview-interviewee
interaction on a task is regulated by a system of explicit and implicit norms, values,
and rules”. Dalam jurnal lain, Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview
were chosen as the main data gathering strategy for the original project because it was
felt that potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both before
and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas
dapat dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara
pewawancara dan yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada
hasil tes yang telah diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan
untuk memperoleh data primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian.

6. Teknik Analisa Data


Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data
tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya
adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya
adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil
membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam
mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa
metode tertentu.

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi
tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh
data.

Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data
bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen,
berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini
ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan di
SMA Negeri 8 Surabaya. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “PERANAN ORANG
TUA DALAM MENGURANGI KETERLAMBATAN SISWA DI SMA NEGERI 8
SURABAYA”. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti, peneliti melakukan
wawancara sebagai metode penelitian utama secara mendalam kepada siswa-siswi di SMA
Negeri 8 Surabaya.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab
keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta solusi dalam
mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas data
yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan
metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar
pertanyaan penelitian.
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
No Hari/Tanggal Nama Siswa Kelas
1. Selasa/ 07 Maret 2023 Aulia Rochma XI MIPA 1
2. Selasa/ 07 Maret 2023 Icasia Izzah XI MIPA 7
3. Rabu/ 08 Maret 2023 Iswa Adiba X-1
4. Jumat/10 Maret 2023 Varizka Putri X-5
5. Jumat/10 Maret 2023 Kiki Intan X-8

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara, maka pembahasan
dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa SMA Negeri 8
Surabaya masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah yang dimajukan 5
menit lebih awal menjadi pukul 6.25 WIB, dari yang awalnya siswa-siswi masuk
sekolah pukul 6.30 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti jarak dari
rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor
bocor, dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai
yang dikatakan oleh Kiki bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor
bocor serta belum ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat
ke sekolah para siswa bermain hp dulu, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Icasia
bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin lagu atau
menonton tv”. Sedangkan menurut Aulia mengatakan bahwa “saya datang terlambat
karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman untuk pergi
bareng”.
2. Sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa SMA Negeri 8
Surabaya yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari dikurung di luar pagar,
mengisi buku hukum, berdiri di lapangan voli, mengutip sampah yang ada di
pekarangan sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang
tuanya datang ke sekolah.
3. Peranan Orang Tua terhadap siswa yang terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswi SMA Negeri 8 Surabaya,
Bahwa peran orangtua tentunya sangat dibutuhkan dirumah, hal ini tentunya untuk
mencegah keterlembatan seperti penjelasan Iswa bahwa “ibu saya dari malam sudah
menyuruh saya tidur tidak terlalu malam, agar besoknya tidak terlambat sekolah”, hal
ini sama juga dengan penjelasan dari Varizka bahwa “ Mama selalu mengomel tiap
pagi biar saya bangun dan cepat-cepat berangkat sekolah “.
4. Solusi dalam mengurangi siswa yang terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan
yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas
bisa saja menjadi kacau.
Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi
siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
a. Adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa
yang melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
b. Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak
datang terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau
gurunya sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
c. Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar
tidak terlambat.
d. Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan
waktu. Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan
sekolah apabila tidak adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk
datang ke sekolah tepat pada waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
kedisiplinan siswa SMA Negeri 8 Surabaya masih rendah. Hal ini dikarenakan masih
ada saja siswa yang terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut
bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang
sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah
transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang
sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama
sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa
terlambat, mulai dari sanksi yang ringan seperti mencabut rumput, mengambil sampah
yang bertebaran di pekarangan sekolah dan sebagainya sampai kepada pemberian
sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan pemanggilan orang tua siswa yang terlambat.
Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi siswa terlambat
meskipun frekuensi siswa terlambat semakin sedikit setiap hari.
Peranan Orangtua Siswa yang terlambat tentunya sangat besar pengaruhnya
terhadap keterlambatan siswa, dari malam agar anak diingatkan untuk tidur lebih awal
dan tidak begadang, dan memberikan nasihat kepada anaknya, hingga pagi harinya
mengingatkan dan membantu menyiapkan perlengkapan anak, agar tidak terlambat
kesekolah. Dan jika ini diterapkan maka pasti aka nada penurunan pada keterlambatan
siswa, khususnya SMA Negeri 8 Surabaya.

b. Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
a. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin,
orangtua dan guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan
terbuka dan juga terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima
perasaan dan mendorong kepatuhan siswa
b. Orangtua dan Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang
salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-
akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.


Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta :
Penerbit Ita.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press
WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge
University Press
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai