Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UU No. 20 tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam KBBI, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar

dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Menurut tingkatannya ada sekolah

dasar, sekolah lanjutan dan sekolah tinggi.

Penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal diluar

sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan bagi para pelajar untuk

menimba ilmu baik secara akademis maupun non akademis. Dalam prosesnya, para siswa akan

belajar banyak hal di sekolah, mulai dari bersosialisasi, tata krama, disiplin menjalankan tata

tertib dan mengasah kemampuan dirinya secara maksimal. Banyak sekali peraturan dan tata tertib

yang ada di sekolah. Hal tersebut bertujuan sebagai dasar dan pedoman yang mengatur segala

hal, baik sistem kerja maupun personil anggota sekolah. Tata tertib dibuat untuk dijalankan dan

dipatuhi oleh semua anggota sekolah. Baik dari Kepala Sekolah, Guru, staf, dan para siswa. Jika tata

tertib ini dilanggar maka akan ada sanksi atau hukuman yang diberikan.

Pelanggaran terhadap tata tertib memang banyak dijumpai di sekolah-sekolah yang

umumnya dilakukan oleh para siswa. Pelanggaran adalah tindakan menyalahi aturan yang dilakukan

oleh seseorang dengan sengaja. Sedangkan menurut tarmidzi (2008) “Tidak terlaksananya peraturan

atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai

bentuk dan kenakalan yang dilakukan siswa, baik di dalam maupun di luar sekolah.”

Bentuk pelanggaran menurut Sarwono (2008) adalah : a) agresi fisik (pemukulan,

perkelahian), b) kesibukan berteman (berbincang-bincang), c) mencari perhatian, d) menantang

wibawa guru (memberontak), e) merokok di sekolah, datang terlambat dan berbohong. Dari berbagai
macam pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa datang terlambat merupakan salah satu

bentuk pelanggaran yang paling umum dan sering kali dijumpai di sekolah-sekolah.

Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan

dan peraturan. Disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple).

Untuk mendisiplinkan berarti mengintruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui

aturan-aturan. Biasanya kata “disiplin” berkonotasi negatif. Ini karena untuk melangsungkan tatanan

dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan

kepada murid. Orang dulu menyebutnya vak (disiplin) ilmu. Di perguruan tinggi, disiplin bisa

disamakan artinya dengan “disiplin ilmu”.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai

peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku

sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat

penting bagi siswa maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa yang terlambat datang.

Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk

meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di semua sekolah sudah mempunyai tata tertib yang akan

mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat

haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke

sekolah.

Datang terlambat ke sekolah memang bukan termasuk pelanggaran yang sangat berat seperti

mencuri atau membunuh, namun jika tidak segera diatasi dan ditindak lanjuti akan berdampak

negatif bagi perkembangan dan prestasi belajar siswa. Sebagaimana kita ketahui menurut Zainal

(2009) “Disiplin adalah satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Oleh itu ia

hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak sama halnya di sekolah atau di luar sekolah”.

Oleh karena itu siswa harus mendisiplinkan dirinya agar berhasil pada setiap aspek. Perilaku

terlambat datang ke sekolah merupakan perilaku maladaptif yang sering kali dijumpai di semua

instansi pendidikan. SMAS Katolik Frateran Podor Larantuka membiasakan siswa siswinya untuk

hidup disiplin dan mempunyai aturan yang cukup ketat terhadap jam masuk. Siswa siswi sudah

harus hadir di sekolah selambat lambatnya pukul 06.45 dan melakukan kegiatan literasi saat mulai
tiba di sekolah sampai dengan jam 07.00 dan dilanjutkan dengan doa bersama. Pukul 07.10 pintu

masuk sekolah ditutup. Tidak ada sedikit pun toleransi bagi mereka yang sudah terlambat memasuki

gerbang sekolah.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam

aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.15 WIB, tetapi kenyataannya masih

ada siswa yang datang melebihi jam tidak tepat waktu. Keterlambatan mengakibatkan kurang

lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.

Pada minggu pertama bulan februari 2023 di SMAS Katolik Frateran Podor Larantuka, total

ada 123 orang siswa siswi yang terlambat, lalu pada minggu kedua ada 50 orang siswa terlambat.

Pada minggu ketiga ada 41 siswa terlambat. Dan pada minggu keempat ada 79 siswa yang terlambat.

Mereka datang dengan berbagai alasan keterlambatan, seperti ban bocor, sakit perut, bangun

kesiangan, tidak ada angkot atau angkotnya yang terlambat jemput, hujan dan lainnya.

Terlambat datang ke sekolah merupakan sesuatu yang cukup fatal akibatnya. Siswa tidak

bisa mengikuti pelajaran selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam pelajaran. Hal ini

akan mengganggu jalannya proses pembelajaran bagi siswa lain, karena siswa yang baru datang

mengambil perhatian siswa lain yang sudah fokus terhadap pelajaran yang diberikan.

Untuk mendisiplinkan siswanya yang datang terlambat, SMAS Katolik Frateran Podor

Larantuka memberikan beberapa sanksi. Pelaksanaan sanksi itu dilaksanakan oleh Guru Piket yang

bekerja sama dengan Guru BK dan TIM Kesiswaan. Awalnya siswa yang terlambat mengisi buku

daftar keterlambatan. Kemudian, mereka akan diberi pembinaan oleh Guru BK atau pun TIM

Kesiswaan. Setelah itu mereka diberi sanksi seperti membersihkan toilet, membersihkan kapela,

membersihkan lorong sekolah, mencabut rumput di halaman sekolah dan sebagainya. Bagi yang

sudah 5 kali terlambat, diwajibkan mendatangkan orang tuanya untuk memberikan keterangan.

Setelah itu baru dipersilahkan mengikuti jam pelajaran selanjutnya. Namun bagi mereka yang

terlambat sudah lebih dari 10 kali, orang tua tidak hanya diminta datang ke sekolah namun juga

diminta untuk membawa anaknya pulang. Karena selama satu hari itu, siswa tersebut tidak

diperbolehkan mengikuti pelajaran.


B. Rumusan Masalah
1. Mengapa sebagian besar siswa di SMAS Katolik Frateran Podor Larantuka sering

terlambat masuk sekolah ?

2. Bagaimana upaya sekolah dalam menangani siswa yang terlambat datang ke sekolah ?

3. Apakah sanksi yang diberikan sudah tepat dan dapat mengurangi keterlambatan siswa ?

4. Bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan ini ?

C. Tujuan
Secara umum, tujuan dilaksanakannya penelitian atau kajian ini adalah untuk mengetahui :

1. Faktor penyebab mengapa masih banyak siswa di SMAS Katolik Frateran Podor

Larantuka yang terlambat masuk sekolah

2. Upaya sekolah dalam menangani siswa yang terlambat masuk sekolah di SMAS

Katolik Frateran Podor Larantuka

3. Ketepatan hubungan antara sanksi yang diberikan dengan perilaku terlambat siswa-siswi

SMAS Katolik Frateran Podor Larantuka

4. Solusi terbaik dalam mengatasi keterlambatan siswadi SMAS Katolik Frateran Podor

Larantuka

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk sekolah sebagai salah satu bentuk upaya meminimalisir

keterlambatan siswa di SMAS Katolik Frateran Podor di masa yang akan datang.

E. Kerangka Pemikiran
1. Pengertian Terlambat
Terlambat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lewat dari waktu yang

sudah ditentukan. Terlambat adalah tingkah laku yang menyimpang yang menyalahi segala

aturan tata tertib yang ada disekolah baik tertulis maupun tidak tertulis. Dalam kamus besar

bahasa indonesia dinyatakan bahwa perilaku terlambat adalah perilaku yang tidak sesuai dengan

waktunya atau lewat dari waktu yang telah ditentukan.


Menurut Wilmore.T.J perilaku terlambat adalah datang tidak pada waktunya. Wilmore

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada individu dalam proses

pendidikan dipengaruhi beberapa faktor baik dari luar maupun dari dalam individu. Individu

yang terlambat mempengaruhi perilaku menghindar atau tidak masuk kelas pada saat terlambat

berlari masuk kelas dengan takut, tenang dan lain-lain. Keterlambatan dapat dibagi menjadi dua

kemungkinan :

 Terlambat yang disengaja kebanyakan siswa melanggar tata tertib yaitu terlambat

dengan sengaja karena ada mata pelajaran yang dia tidak suka atau dengan alasan

yang tidak sesuai dan tidak bisa diterima secara rasional.

 Terlambat tidak sengaja kemungkinan siswa tersebut mempunyai rumah lebih jauh

dengan lingkungan sekolah dengan kemungkinan besar mereka akan terlambat.

Namun hal ini tidak termasuk terlambat sengaja, mungkin saja keterlambatanya ini

ada beberapa hal tidak diduga seperti : tidak ada kendaraan (karena supir angkot

mogok kerja), mobil yang mereka tumpangi bannya bocor sehingga terlambat,

kemungkinan hujan lebat atau dengan alasan yang rasional. Tempat tinggal jauh

menjadi kendala kedisiplinan waktu. Hal tersebut sangat berpengaruh pada prestasi

belajar siswa karena hasil usaha bekerja atau belajar siswa menjadi tidak maksimal

disebabkan oleh telatnya siswa masuk ke kelas. Prestasi adalah hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok

dalam bidang kegiatan tertentu.

Faktor-faktor penyebab siswa datang terlambat:

a. Keluarga

Faktor keluarga mempengaruhi keterlambatan siswa. Seorang siswa selalu datang

terlambat masuk sekolah karena harus membantu orang tuanya berjualan hanya untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga atau uang saku siswa.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi siswa pergi kesekolah seperti pergaulan. Pergaulan


adalah hal yang paling cepat mempengaruhi psikologi seorang siswa. Terutama dengan

siapa siswa tersebut tidak akan terlambat, tapi sebaliknya jika seorang siswa tersebut

tinggal di wilayah yang kurang diisiplin akan mempengaruhi siswa tersebut saat berangkat

sekolah.

c. Individu

Faktor ini sangat berpengaruh sekali terhadap keterlambatan siswa. Salah satu contoh dari

individu itu sendiri adalah rasa malas. Rasa malas adalah faktor yang timbul pada diri

siswa. Ini bisa dikatakan penyakit yang hanya penyakit yang bisa disembuhkan oleh diri

siswa itu sendiri.

2. Disiplin
Keterkaitan antara disiplin dengan terlambat disebabkan karena disiplin diperlukan ketika kita
punya cita-cita. Sudah banyak diakui bahwa pengantungan cita-cita merupakan teknik yang
efektif bagi pencapaian prestasi seperti dalam dunia olahraga (Weinberg). Karena untuk
mencapainya diperlukan disiplin. Tidak ada olahragawan yang langsung bisa dan langsung
jago dalam bidang yang diceburinya. Semuanya perlu latihan. Dan latihan itu perlu disiplin.
Di dunia pendidikan, pelajar yang berdisiplin akan menganggap cita-citanya sebagai
alat ukur untuk berhati-hati atas perilakunya. Oleh karena itu, semua perbuatannya
ditunjukan untuk cita-cita tersebut. Dalam prosesnya pelajar tersebut akan dapat
menentukan sendiri apa saja yang akan dapat mendekati cita- citanya. Dan itu
merupakan pengalaman yang menarik.
Dengan mengutip pemikiran Lasane dan Jones dalam buku Sugiyo mengemukakan
pelajar yang kurang disiplin mungkin kurang strateginya dalam mengembangkan
cita-citanya. Bahkan jika pun ada cita-cita dia akan mendapatkan kesulitan untuk
tetap setia mengerjakan tugasnya dan bisa saja selalu tergusur, minimal harus selalu
didorong-dorong.

3. Tanggung Jawab
4. Meningkatkan Peran Pendidikan Dengan Memberikan Sanksi
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan

yang juga disebut sebagai pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data

dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang orang di tempat penelitian

(McMillan & Schumacher, 2003).

Penelitian kualitatif juga dimaksudkan sebagai penelitian yang temuan-temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003).

Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk

dianalisis melalui suatu perhitungan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan

(riwayat hidup).

Pada metode studi kasus ini diperlukan informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak

luas. Metode ini menurut Walgito (2010) merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan

metode lain. Sedangkan W.S Winkel dan Sri Hastuti (2006), menyatakan bahwa studi kasus dalam

rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan

siswa secara lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan

membantunya dalam perkembangan selanjutnya. Alasan mengapa menggunakan metode studi kasus

ini adalah karena :

1. Penelitian studi kasus menurut Surakhmad dalam Prastowo (2011:128) berupaya mencari

kebenaran ilmiah dengan cara memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan

mendetail.

2. Penelitian studi kasus menurut Basuki dalam Prastowo (2011:129) mengkaji secara

mendalam tentang peristiwa, lingkungan dan situasi tertentu yang memungkinkan

mengungkapkan atau memahami sesuatu.

Sesuai dengan pernyataan para ahli diatas, alasan penelitian ini ingin mengkaji secara

mendalam tentang peristiwa atau situasi dalam rangka berupaya mencari kebenaran ilmiah dengan
cara mempelajarinya secara intensif dan mendetail. Menurut Muhadjir dalam Prastowo (2011:130),

tujuan dari penelitian studi kasus yaitu untuk memahami secara menyeluruh suatu kasus (yang

mungkin pribadi, satuan sosial dan masalah).

Menurut Prastowo (2011:129), penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara

intensif dan mendetail terhadap suatu kasus, yang bisa mengungkapkan atau memahami suatu hal.

Karena sifatnya yang mendalam dan mendetail, studi kasus menghasilkan gambaran longitudinal.

Lebih lanjut Prastowo (2011:130) menjelaskan metode studi kasus memiliki ciri-ciri khas sebagai

berikut :

1. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit yang dipandang sebagai kasus

2. Penyelidikan terhadap suatu kasus dilakukan secara intensif dan mendetail sehingga

pada umumnya menghasilkan gambran yang longitudinal

3. Hasil penelitian adalah suatu generalisasi dari pola-pola yang tipikal dari individu,

kelompok, lembaga dan sebagainya.

HASIL STUDI KASUS :

1) Pola Keterlambatan Siswa

Dari hasil observasi dan wawancara, Paling banyak terjadi keterlambatan di hari Sabtu.

Di hari itu para siswa berpikir bahwa itu adalah hari yang longgar atau lebih santai dari hari

lainnya. Tapi justru membuat mereka terlambat. Hari lain yang sering terjadi keterlambatan

adalah hari yang mengharuskan masuk lebih awal. Misalnya hari Senin karena ada upacara

dan Senin merupakan hari pertama untuk beraktivitas dalam setiap minggunya.

Kesimpulannya, hari yang paling sering terjadi keterlambatan di SMAS Katolik Frateran

Podor Larantuka adalah hari Sabtu.

Waktu keterlambatan siswa untuk tiba di sekolah pun bermacam-macam. Ada yang

tepat ketika pintu pendopo tertutup sempurna, ada yang sekitar 3 sampai 5 menit dari

waktu yang telah ditentukan sekolah. Ada pula yang terlambat sampai 20 menit.

2) Faktor yang Melatarbelakangi


Dari seluruh percakapan hasil wawancara terhadap siswa-siswi yang sering terlambat,

dan juga dengan orang tua siswa, faktor yang paling sering menjadi penyebab keterlambatan

siswa tiba di sekolah adalah faktor internal atau dari dalam diri siswa itu sendiri.

3) Penanganan Siswa yang Terlambat

Berdasarkan aturan terbaru Tata Tertib Siswa (TATIBSI), pintu pendopo ditutup

pukul 07.10. Siswa yang terlambat (diatas pukul 07.10) harus menunggu di depan pintu

gerbang terlebih dahulu hingga siswa yang lain telah memasuki ruang kelas ketika doa

bersama, Kemudian mengisi buku keterlambatan di guru piket. Setelah itu, para siswa yang

terlambat ini diberi pengarahan dan pembinaan oleh Guru Bk dan atau TIM Kesiswaan dan

setelahnya mereka akan diberi sanksi membersihkan lingkungan sekolah. Setelah

semuanya itu barulah mereka diizinkan untuk masuk kelas.

Seiringnya berjalannya waktu, diawal maret ini sekolah mengambil sebuah langkah

yang cukup berani dengan menetapkan pukul 07.00 semua pintu baik itu pintu gerbang

maupun pintu pendopo harus ditutup. Setiap siswa yang datang saat pintu gerbang sudah

tertutup dinyatakan terlambat dan diharuskan kembali ke rumah (dipulangkan). Hal ini juga

berlaku untuk para Guru, Pegawai dan Karyawan sekolah SMAS Katolik Frateran Podor

Larantuka. Hal ini dianggap perlu dilakukan untuk meningkatkan kedisplinan para warga

sekolah.

4) Persepsi Siswa Terlambat

Dari penanganan yang diberikan guru BK terhadap siswa terlambat sudah memberikan

efek jera. Namun kembali lagi pada diri masing-masing siswa, apakah dengan merasa jera

itu mereka merubah perilaku maladaptif atau justru belum menemukan solusinya dan

mengulangi keterlambatannya lagi.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


Berikut ini adalah beberapa pengertian sistem menurut para pakar yang mengeluti dunia
Hukum, HAM dan Peraturan yang coba saya paparkan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
penelitian ini :
A. Pelanggaran
Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut
kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat. Sedangkan menurut
Tarmizi dalam website (http://tarmizi.word.com//2008/12/12antarhukuman-dan-disiplin-
sekolah/), pelanggaran adalah ”tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten
akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan yang
dilakukan siswa, baik di didalam mauipun di luar sekolah”. (Tarmizi, 2008 : 1).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran adalah bentuk
kenakalan siswa yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan
yang telah dibuat.
B. Peraturan
Peraturan adalah sesuatu yang harus ditaati sesuai dengan perintah yang telah ditetapkan
yang harus dilaksanakan oleh siswa, apabila siswa melakukan pelanggaran akan mendapatkan
sanksi.
Menurut Soejanto, (2005:108) peraturan adalah “peraturan tata tertib disekolah selalu
dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu, yang berpuncak kepada pemberian hukuman”.
Adanya peraturan itu untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga
kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peraturan adalah yang harus
ditaati siswa untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang dan jika melakukan
pelanggaran maka dikenakan sanksi.
C. Fungsi Tata Tertib
Tujuan tata tertib menurut Rudi dalam website (http://rudi.blogspot.com/2009/01/antara-
hukuman-dan disiplin sekolah.html/) adalah sebagai berikut :
 Agar sekolah tertib
 Agar kita dapat mengikuti proses KBM (kegiatan belajar mengajar)
 Melatih untuk tepat waktu
 Melatih kita disiplin
 Melatih kita untuk mandiri
 Melatih kita untuk mentaati peraturan di masyarakat kelak
 Melatih respon kita dalam menyikapi sebuah peraturan
D. Bentuk-Bentuk Pelanggaran
Bentuk pelanggaran menurut Sarwono (2006:7) adalah sebagai berikut :
 Agresi Fisik (pemukulan, perkelahian)
 Kesibukan berteman (berbincang-bincang)
 Mencari perhatian
 Menantang wibawa guru (memberonta) dan mencari perselisihan
 Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos dan menipu
E. Afektif
Untuk lebih jelas lagi peneliti uraikan dari afektif. Ahmadi, (2007:152) menyatakan. afektif
adalah “menunjukkan dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan
objek, yang dirasakan menyenangkan atau tidak”.
Krathwol dan Bloom (2006:27) membagi ranah afektif terdiri dari lima perilaku-perilaku
sebagai berikut :
1. Penerimaan. Yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-
perbedaan.
2. Partisipasi. Yang mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan dalam suatu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap. Yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima pendapat orang lain.
4. organisasi. Yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai
dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5. pembentukan pola hidup. Yang mencakup kemampuian menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

Masalah pelanggaran yang terjadi di sekolah menurut Sarwono (2008:07) adalah sebagai
berikut :
a) Ribut dalam kelas selama pembelajaran berlangsung sehingga mengganggu proses
belajar-mengajar
b) Siswa pria berambut gondrong, memakai kalung, gelang dan bertindik
c) Membuat coretan dinding maupun dimeja
d) Sering terlambat masuk sekolah, sering alpa / merokok
e) Berkelahi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
f) Membawa dan menggunakan obat-obat terlarang / minuman yang memabukkan,
membawa senjata api / tajam, gambar / bacaan porno
g) Membawa rokok dan merokok di lingkungan sekolah / di luar sekolah ketika masih
menggunakan seragam sekolah
h) Menikahi / hamil di luar nikah.
F. Mengatasi Siswa Yang Melakukan Pelanggaran Tata Tertib Sekolah 
Cara mengatasi siswa yang melakukan pelanggaran menurut Jono dalam website
(http://Jono.ilmu.blogspot.com.) adalah sebagai berikut :
 Ketegasan sikap dari guru maupun orang tua
 Ketegasan sikap dilakukan dengan orang tua / guru tidak lagi memberikan toleransi
kepada anak atas pelanggaran -pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang
 Ketegasan sikap ini dikenakan saat mulai benar-benar menolak dan membantah
dengan alasan yang dibuat-buat
 Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah
disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.
G. Penyebab Sulit Mematuhi Tata Tertib Sekolah
Sulit mematuhi tata tertib sekolah menurut Rudi (2003:47) mengapa-ada-peraturan adalah
sebagai berikut :
1) Seorang anak yang mempunyai citra diri yang sangat buruk dan sangat dipengaruhi
oleh kegagalannya pasti membutuhkan penghargaan
2) Seorang anak yang takut mencoba hal-hal yang baru, takut menerima tantangan dan
sulit melakukan kegiatan yang melelahkan, mungkin akan lebih bersemangat bila
diberikan penghargaan
3) Seorang anak yang sangat manja dan takut melakukan tugasnya sendirian perlu
diberikan penghargaan jika dia ternyata mampu
4) Seorang anak yang merasa kecewa kaena selalu dibandingkan dengan saudaranya
yang lebih pintar, lebih rajin, lebih mandiri dan lebih aktif, perlu diberikan
penghargaan agar dia merasa mampu untuk berhasil
5) Seorang anak yang sering memperlihatkan citra diri yang negative atau perasaan takut
yang berlebihan dengan mengatakan hal-hal seperti “Saya tidak dapat melakukannya”
dan “Saya selalu gagal” adalah anak yang mungkin membutuhkan penghargaan
6) Seorang anak yang mengalami gangguan fisik, motorik atau orrganik dank arena
kesulitan semacam itu sering mengalami kegagaln dibandingkan anak lainnya yang
sebaya dengannya, perlu diberikan tugas yang sesuai dengan kebutuhannya yang khas
dan juga perlu diberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan
tugasnya.

H. Sanksi Jika Melanggar Tata Tertib Sekolah


Sanksi pelangaran menurut Jono dalam website adalah sebagai berikut :
a) Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan
b) Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman
buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa Inggris
c) Melaporkan secara tertulis kepada orang tua siswa tentang pelanggaran yang
dilakukan putera-puterinya
d) Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutan tidak
mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya
e) Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran
peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat
f) Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutan
tersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.
Cara mengatasi siswa yang sering melakukan pelanggaran berulang-ulang menurut Jono
dalam website (http://Jono.ilmu.blogspot.com.) adalah sebagai berikut:
 Ketegasan sikap dari guru maupun orang tua
 Ketegasan sikap dilakukan dengan orang tua / guru tidak lagi memberikan toleransi
kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang
 Ketegasan sikap ini dikenakan saat mulai benar-benar menolak dan membantah
dengan alasan yang dibuat-buat
 Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah
disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.
2.2 Variabel dan Indikator Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini sebagai
berikut : Upaya Mengatasi Keterlambatan Siswa di SMASK Frateran Podor Larantuka adalah variabel
bebas atau variabel (X), Sugiono menjelaskan mengenai variabel bebas sebagai berikut :
“Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, predictor dan
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel
dependen (variabel terikat). Jadi variabel independent adalah variabel yang
mempengaruhi”. (Sugiyono, 2002:2)
Sedangkan Indikator dari variabel X di atas dapat dilihat dalam uraian di bawah ini sebagai
berikut :
1. Pengertian Terlambat
2. Tujuan Mengatasi Keterlambatan Siswa
3. Peran dan Fungsi Mengatasi Keterlambatan Siswa
4. Sikap Kepatuhan Siswa yang Melanggar Peraturan Sekolah (Terlambat)

Keterlambatan Siswa adalah variabel terikat atau variabel Y, Sugiyono (2002:3) menjelaskan
tentang variabel terikat ini sebagai berikut :
“Sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”
Segala hal yang berkaitan dengan Indikator dari variabel Y diatas dapat dilihat dalam uraian
di bawah ini sebagai berikut :
1. Pengertian Disiplin Siswa terhadap Peraturan Sekolah
2. Disiplin Siswa terhadap Peraturan Sekolah
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai