Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hakikat Tauhid ini. Dan tak lupa pula kita kirimkan salawat serta salam kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Nabi yang menjadi suri tauladan
ummat manusia di persada bumi ini. Serta kami menghaturkan terima kasih
kepada Bapak Apri Gunawan, M.Pd selaku dosen mata kuliah AIK IV : Islam dan
Ilmu Pengetahuan, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini mampu memperkuat


ketauhidan kita sebagai ummat Islam yang beragama. Serta kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Karena tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Martapura, 12 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

A. Konsep keluarga ideal menurut Islam ...................................................... 2


B. Potret keluarga Indonesia.......................................................................... 3
C. Konsep dan strategi dakwah pencerahan................................................... 4
D. Dakwah pencerahan sebagai solusi strategis keluarga
Indonesia berkemajuan ......................................................................... 5
BAB III PENUTUP............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin merujuk pada
instruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple). Untuk
mendisiplinkan berarti mengintruksikan orang untuk mengikuti
tatanan tertentu melalui aturan-aturan. Biasanya kata “disiplin”
berkonotasi negatif. Ini karena untuk melangsungkan tatanan
dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu
ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Orang dulu
menyebutnya vak (disiplin) ilmu. Di perguruan tinggi, disiplin bisa
disamakan artinya dengan “disiplin ilmu”.1
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah
tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang
diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku
sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika
kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa maka pihak sekolah
pertama kali perlu menertibkan siswa yang terlambat datang. Untuk
itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri
kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui
bahwa di semua sekolah sudah mempunyai tata tertib yang akan
mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam
mendisiplinkan siswa yang terlambat

1 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk


Pendidikan, (Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2014), pp.35-36.

1
haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak
akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa
yang sering terlambat. 2 Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa
datang sebelum jam 07.15 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa
yang datang melebihi jam tidak tepat waktu. Keterlambatan
mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar
pada saat jam pertama pelajaran.
Fenomena tersebut terjadi di SMP Negeri 1 Kresek dan SMP
Al-Falah Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang. Berdasarkan
dari data yang peneliti dapatkan di SMP Negeri 1 Kresek siswa
terlmbat di tangani oleh guru BK sedangkan di SMP Islam Al-Falah
siswa terlambat di tangani oleh guru piket.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan tegas
disertai dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin
nantinya akan berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu
sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan
tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat
jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu
dengan melibatkan semua pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket,
guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru bimbingan dan
konseling, dan kesiswaan.

2
“Faktor-faktor Siswa Datang Terlambat ke Sekolah”
Makalah Tentang Faktor Keterlambatan Siswa ke Sekolah,
http://google.co.id/search. (diakses pada 30 Januari 2015)
3
“Faktor-faktor Siswa Datang Terlambat ke Sekolah”
Makalah Tentang Faktor Keterlambatan Siswa ke Sekolah,
http://google.co.id/search. (diakses pada 30 Januari 2015)
Contoh kasus siswa terlambat yang ada di sekolah SMP Islam
Al-Falah berdasarkan hasil wawancara dengan M. Abu Nukman,
S.Pd.i, sebagai Kepala Sekolah di SMP Islam Islam Al-Falah. Jika ada
siswa yang terlambat masuk sekolah, tidak datang sesuai jam yang
sudah ditentukan sekolah maka di serahkan kepada guru piket.4
Selanjutnya contoh kasus siswa terlambat yang ada di SMP
Negeri 1 Kresek berdasarkan hasil wawancara dengan Supardi, S.Pd
sebagai Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Kresek apabila ada siswa
yang terlambat datang pagi maupun siang sesuai jam yang sudah
ditentukan sekolah maka pihak sekolah menyerahkan tugas sanksi
tersebut kepada guru bimbingan dan konseling. SMP Negeri 1 Kresek
terbagi menjadi dua jam pelajaran masuk pagi jam 7.15 WIB
sedangkan kelas siang jam 12.30.5
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
mengambil untuk meneliti usaha sekolah di SMP Negeri 1 Kresek
dalam meminimalisir siswa terlambat datang dengan penanganan
guru bimbingan dan konseling dan usaha sekolah di SMP Islam Al-
Falah dalam meminimalisir siswa terlambat datang dengan
penanganan guru piket.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini
Adalah :
“Usaha Sekolah Dalam Menangani Keterlambatan Siswa”

4
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M. Abu
Nu’Man, S.Pd sebagai Kepala Sekolah di SMP Al-Falah Pada Selasa
27 Januari 2015 Jam 10.00 Wib
5
Hasil wawancara dengan Bapak Supardi, S.Pd sebagai
Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Kresek Pada Rabu 28 Januari 2015
Jam 08.45 Wib
b. Rumusan Masalah
1. Mengapa sebagian siswa sekolah SMP Negeri 1 Kresek dan
SMP Islam Al-Falah terlambat masuk ?
2. Bagaimana upaya pengurus sekolah dalam menangani siswa
yang terlambat datang di kedua sekolah tersebut?

c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengapa sebagian siswa sekolah SMP
Negeri 1 Kresek dan SMP Islam Al-Falah terlambat masuk.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengurus sekolah dalam
menangani siswa terlambat datang di kedua sekolah tersebut.

d. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, bagi peneliti dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana S1.
2. Untuk menambah pengetahuan peneliti bagaimana usaha
sekolah dalam menangani keterlambatan siswa.
3. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya pada jurusan Bimbingan Konseling
Islam dan umumnya bagi mahasiswa yang lain, agar
mahasiswa dapat mengetahui dan menambah ilmu
pengetahuan dari apa yang saya teliti.

e. Kerangka Pemikiran
1. Pengertian Terlambat
Terlambat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
lewat dari waktu yang ditentukan.6 Terlambat adalah
tingkahlaku yang menyimpang yang menyalahi segala aturan
tata tertib yang ada disekolah baik tertulis maupun tidak
tertulis. Dalam kamus besar bahasa indonesia dinyatakan
bahwa perilaku terlambat adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan waktunya atau lewat dari waktu yang telah ditentukan.
Menurut Wilmore.T.J perilaku terlambat adalah
datang tidak pada waktunya. Wilmore menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada individu
dalam proses pendidikan dipengaruhi beberapa faktor baik
dari luar maupun dari dalam individu. Individu yang
terlambat mempengaruhi perilaku menghindar atau tidak
masuk kelas pada saat terlambat berlari masuk kelas dengan
takut, tenang dan lain-lain.7
Keterlambatan dibagi menjadi dua kemungkinan :
a. Terlambat sengaja kebanyakan siswa melanggar tata
tertib yaitu terlambat dengan sengaja karena ada mata
pelajaran yang dia tidak suka atau dengan alasan yang
tidak sesuai dan tidak bisa diterima secara rasional.
b. Terlambat tidak sengaja kemungkinan siswa tersebut
mempunyai rumah lebih jauh dengan lingkungan sekolah
dengan kemungkinan besar mereka akan terlambat.
Namun hal ini tidak termasuk terlambat sengaja,
mungkin saja keterlambatanya ini ada beberapa hal
tidak diduga seperti : tidak ada kendaraan (karena supir
angkot mogok kerja), bis yang mereka tumpangi bannya
bocor sehingga terlambat, kemungkinan hujan lebat atau
dengan alasan yang rasional. Tempat tinggal jauh
menjadi kendala kedisiplinan waktu. Hal tersebut sangat
berpengaruh pada prestasi belajar siswa karena hasil usaha
bekerja atau belajar siswa menjadi tidak maksimal
disebabkan oleh telatnya siswa masuk ke kelas. Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok dalam
bidang kegiatan tertentu.
Faktor-faktor penyebab siswa datang terlambat :
a. Keluarga
Faktor keluarga mempengaruhi keterlambatan siswa.
Seorang siswa selalu datang terlambat masuk sekolah
karena harus membantu orang tuanya berjualan hanya
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga atau uang
saku siswa.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi siswa pergi kesekolah
seperti pergaulan. Pergaulan adalah hal yang paling cepat
mempengaruhi psikologi seorang siswa. Terutama
dengan siapa siswa tersebut tidak akan terlambat, tapi
sebaliknya jika seorang siswa tersebut tinggal di wilayah
yang kurang diisiplin akan mempengaruhi siswa tersebut
saat berangkat sekolah.
c. Individu
Faktor ini sangat berpengaruh sekali terhadap
keterlambatan siswa. Salah satu contoh dari individu itu
sendiri adalah rasa malas. Rasa malas adalah faktor yang
timbul pada diri siswa. Ini bisa dikatakan penyakit yang
hanya penyakit yang bisa disembuhkan oleh diri siswa
itu sendiri.
2. Disiplin
Keterkaitan antara disiplin dengan terlambat disebabkan
karena disiplin diperlukan ketika kita punya cita-cita. Sudah
banyak diakui bahwa pengantungan cita-cita merupakan teknik
yang efektif bagi pencapaian prestasi seperti dalam dunia olahraga
(Weinberg). Karena untuk mencapainya diperlukan disiplin. Tidak
ada olahragawan yang langsung bisa dan langsung jago dalam
bidang yang diceburinya. Semuanya perlu latihan. Dan latihan itu
perlu disiplin.
Di dunia pendidikan, pelajar yang berdisiplin akan
menganggap cita-citanya sebagai alat ukur untuk berhati-hati atas
perilakunya. Oleh karena itu, semua perbuatannya ditunjukan
untuk cita-cita tersebut. Dalam prosesnya pelajar tersebut akan
dapat menentukan sendiri apa saja yang akan dapat mendekati
citacitanya. Dan itu merupakan pengalaman yang menarik
Dengan mengutip pemikiran Lasane dan Jones dalam buku
Sugiyo mengemukakan pelajar yang kurang disiplin mungkin
kurang strateginya dalam mengembangkan cita-citanya. Bahkan
jika pun ada cita-cita dia akan mendapatkan kesulitan untuk tetap
setia mengerjakan tugasnya dan bisa saja selalu tergusur, minimal
harus selalu didorong-dorong.

8 “Faktor-faktor Siswa Datang Terlambat ke Sekolah”


Makalah Tentang
Faktor Keterlambatan Siswa ke Sekolah,
http://google.co.id/search. (diakses pada 30
Januari 2015)
Wollfolk menjelaskan pula dalam buku Sugiyo bagi
pelajar, untuk bisa berdisiplin terhadap cita-citanya, harus dicatat
pula bahwa cita-citanya itu harus jelas, spesifik, tantangannya tidak
terlalu berat dan tidak terlalu ringan, wajar, dan dapat dicapai.
Sebagai warga Negara anak bangsa merupakan tulang
pungung dan tiang bagi suatu Negara, karena apabila hancur
perilaku anak bangsa maka negarapun akan hancur pula. Oleh
karena itu anak bangsa karakternya perlu dibangun supaya kokoh
dan kuat melalui disiplin.
Ayat ini menjelaskan perintah untuk menekuni bidang
tertentu hingga menghasilkan karya atau keahlian tertentu
sesuai potensi yang dimiliki. Masing-masing orang dengan
keahliannya, diharap saling bekerjasama dan bahu membahu
menghasilkan buah karya yang bermanfaat bagi banyak orang.







Artinya : Katakanlah, “Setiap orang berbuat menuut
keadaannya, maka Tuhan kamu lebih mengetahui siapa-siapa
yang lebih benar jalannya”. (QS. Al-Israa’ (17): 84)
A. Pentingnya Disiplin dalam Membangun Karakter Anak Bangsa
Disiplin merupkan upaya dalam satu pembuatan untuk
meningkatkan karakter anak bangsa karena dengan disiplin segala
kegitan akan teratur dan terarah sehingga tujuan Negara yang dharapkan dapat
dicapai dengan baik. Dengan demikian, sebagai
salah satu upaya meningkatkan karakter anak bangsa disiplin
sebagai komitmen perlu dilaksanakan dalam hal berikut.
a. Dengan disiplin semua karakter anak bangsa terarah, tertib dan
teratur. Sehingga tujuan yang diharapkan tercapai secara
optimal.
b. Dengan disiplin kreatifitas anak bangsa ke satu arah dan tujuan
yang tepat.
c. Dengan disiplin anak bangsa menjadi giat sehingga hal yang
dilakukannya menghasilkan suatu yang berguna.
d. Dengan disiplin, semua kegiatan anak bangsa akan lebih
meningkat kualitasnya. Karena anak tersebut akan lebih peka
terhadap pengaruh hal-hal yang sifatnya negatif.
e. Dengan disiplin semua kegiatan anak bangsa bisa dilaksanakan
secara efektif dan efesien.
f. Dengan disiplin semua karakter anak bangsa yang sedang
berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan
dan merangsang aktivitas.
g. Suasana dan situasi karakter anak bangsa mudah mengarahkan
kepada tujuan yang hendak dicapai.
Membangun anak bangsa dapat diselenggarakan di sekolah
ataupun di luar sekolah. Sekolah sebagai tempat untuk belajar anak
bangsa yang lebih baik dibanding proses belajar bentuk lainnya,
sehingga masyarakat bahkan pemerintah sekalipun melihat peranan
sekolah memiliki program yang dirancang secara seksama,
administratif serta dukungan guru sebagai tenaga pendidik
mempunyai pengalaman khusus, gedung dan fasilitas belajar dan
10
ketekunan yang menjamin terlaksananya disiplin bagi anak bangsa
secara efektif dan efesien.
B. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Anak Bangsa
Kualitas anak bangsa merupakan tantangan yang dihadapi
dewasa ini karena karakternya mudah dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor ekonomi, faktor perilaku, maupun faktor lainnya.
Maka dari itu, disiplin perlu dibina, dikembangkan, dan dibangun
kearah yang konndusif sehingga karakter anak bangsa benar-benar
menjadi tulang punggung Negara yang kokoh dan kuat.9
3. Tanggung Jawab
Salah satu karakteristik anak bangsa adalah tanggung jawab,
potensi ini perlu dibina, dikembangkan dan dibangun melalui
disiplin agar anak bangsa tersebut memiliki rasa tanggung jawab
dalam berbagai hal.
Anak bangsa makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki
kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadp dirinya, terhadap
sesama dan juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta terhadap
Bangsa dan Negara.
Kebebasan terhadap dirinya itu dibatasi oleh kemampuan
jasmani dan rohani yang dimilikinya, juga dibatasi oleh lingkungan
yang menjadi sumber keperluan hidupnya. Kebebasan terhadap
sesamanya dibatasi oleh hak dan kemampuan sesamanya. Kita
9 Sugiyo,
Administrasi dan Organisasi Bimbingan Konseling Sekolah,
(Semarang: Semarang Press, 1994), cet. 1, p. 51
11
wajib mengembangkan sikap tidak sewenang-wenang terhadap
orang lain. Kita wajib menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian juga halnya dengan kebebasan dan tanggung
jawab dalam hubungannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia wajib menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Inilah yng menjadi ukuran batas kebebasan manusia, sekaligus
menjadi tanggung jawabnya.10
Islam sangat menganjurkan bagaimana seeseorang muslim
itu senantiasa mendisiplinkan diri:








Artinya :Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada
Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada pemangku
kekuasaan di antaramu. Maka jika kamu berselisih dalam sesuatu
(urusan), kembalikanlah ia kepada (Kitab) Allah dan (Sunnah)
Rasul, jika kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari
kemudian. Itulah yang lebih baik dan lebih bagus kesudahannya.
(QS. An-Nisa (4): 59)
Ayat ini menjelaskan tentang manusia yang wajib patuh
dan taat pada perintah yang sudah ditentukan, dari ayat di atas
terungkap pesan untuk patuh dan taat kepada para pemimpin.
10 H.A. Tabrani Rusyan, Membangun Disiplin Karakter Anak Bangsa,
(Jakarta: PT. Gilang Saputra Perkasa, 2012 ),p. 159
12








Artinya : Maka apabila kamu telah menunaikan shalat, ingatlah
Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk dan
dalamkeadaan berbaring. Dan apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
mukmin, shalat fardu, wajib dilaksanakan pada waktu yang
ditentukan, yaitu lima kali sehari semalam, dan tidak ada suatu
alasan pun untuk tidak melakukannya. (QS. An-Nisa(4): 103)






Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
shalat pada hari jum’at, maka hendaklah kamu bersegera untuk
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikianlah yang
lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumu’ah
(62): 9)
Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa kita wajib
mengerjakan shalat tepat waktu seperti yang telah ditentukan oleh
Allah.Saat adzan memanggiltidak ada lagi aktivitas selain
mendatangi Allah dengan menunaikan shalat.
4. Meningkatkan Peran Pendidikan Dengan Memberikan Sanksi
Disiplin yang di hubungkan dengan hukuman adalah
disiplin yang ada hubungannya dengan orang lain. Hukuman disini
berarti konsekuensi yang harus dihadapi ketika kita melakukan
13
pelanggaran hukum. Disiplin seperti ini penting, mengingat
manusia memang haarus dipaksa. Tanpa paksaan, kita mungkin
tidak bisa makan nasi. Kita bisa makan segala macam karena orang
tua kita mengajarkan cara makan, termasuk memberi makan dari
yang paling lunak sampai yang paling keras, secara teratur.
Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah.
Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan
yang ada di sekolah. Disini pihak sekolah harus melaksanakan
secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara sosial tetap
dipertahankan, lama-lama tidak memihak. Lama-lama tiap individu
pun menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri.11
Dalam upaya mendisiplinkan anak, kadang kala ada orang
tua yang merapkan pemberian hukuman dalam beberapa bentuk,
namun sering kali dalam bentuk hukuman fisik.
Motivasi manusia yang berupa kelezatan dan kepedihan,
merupakan motivator utama dalam kehidupan yang baru, (karena
reward dapat memuaskan jiwa, sehingga jiwa terdorong untuk
belajar, sebagaimana jiwa juga membutuhkan penghargaan dan
penguat) yaitu penghargaan sosial, dengan syarat tidak berubah
menjadi suap. Oleh sebab itu yakinlah bahwa reward yang paling
besar adalah reward yang bersifat maknawi, yang dapat
mewujudkan keridhaan orang yang menerimanya, dengan
menghindari sikap mengugkit-ngungkit reward tersebut.
Oleh sebab itu, seorang guru-sebagai orang yang memiliki
wawasan luas-hendaknya tidak mencampur aduk antara penafsiran
memukul dengan asas pemberian sanksi atas sikap dalam belajar.
11 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan … pp. 36-37
14
Karena insting meraasakan kenikmatan dan kepedihan merupakan
salah satu motivator kehidupan yang alami. Dan hal ini akan
membentuk kekuatan alami dalam menerima realita kehidupan
yang bersifat negatif atau positif. Dari sejak pertama kali
merasakan kehidupan di dalam rahim seorang ibu, hingga terakhir
kali ketika kita meninggalkan kehidupan dunia ini.
Memukul adalah bagian yang terikat dalam beberapa
syarat, terbatas dengan sifat-sifat, sesuai dengan kondisi, dan
terikat dengan efek yang akan ditimbulkan. Jika syarat-syarat itu
tidak ada, maka ia harus ditiadakan dan diabaikan, sebagaimana
punishment ataupun sanksi dalam pendidikan dan pengajaran.
Kitab At-Tadris wa As-Shihah An-Nafsiyyah, Umar Basyir
Ath-Thuwaibi dalam buku Muhammad Nabil Khazhim
menjelaskan punishment adalah pintu negatif dalam pendidikan. Ia
akan menggiring seseorang dalam menuju kehancuran, sehingga
hidup di dalam kecemasan, ketakutan, dan kegagalan.
Sesungguhnya kebiasaan memukul anak dalam mendidiknya,
menunjukan bahwa kita sebagai orang dewasa salah dalam
meimilih metode yang tepat, sehingga dapat menyentuh jiwa dan
meluruskan perilakunya.
Kitab Kaifa Nurabbi Awladana dalam buku Muhammad
Nabil Khazhim menjelaskan sesungguhnya tongkat (pukulan) dan
kata-kata yang menyakitkan, selamanya tidak akan menciptakan
manusia yang shalih. Terkadang hanya melahirkan kera yang
terlatih, yang perilakunya nampak dari gerak dan diamnya. Namun
kita menginginkan anak-anak kita menjadi manusia, bukan kera.
15
Dalam keterlambatan siswa disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor pribadi yang bersumber dari sendiri malas dan tidak
disiplin, faktor keluarga dan lingkungan juga sangat mempengaruhi.
Kerjasama untuk menghasilkan sebuah kedisiplinan antara diri
sendiri (siswa). Keluarga dan lingkungan memegang peranan
penting. Siswa yang terlambat tentunya tidak dapat dibiarkan begitu
saja, meminta tanda tangan kepada wali kelas dan surat ujin masuk
kepada kepala sekolah sebagai hukuman tidak akan membuat
membuat mereka bosan untuk terlambat. Begitu pula dengan jalan
ditempat atau menulis surat pendek dari Al-Quran. Namun
hukuman diatas ialah salah satu usaha meminimalisir angka
keterlambatan siswa tiap harinya dalam sekolah.12
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
menggunakan metode kualitatif. Penulis menggunakan latar
belakang alamiah untuk menafsirkan fenomena yang terjadi. Latar
alamiah yang penulis cermati adalah lingkungan.
Pendekatan kualitatif, yang mempunyai ciri-ciri yaitu suatu
data yang berupa tulisan, ungkapan, gambar, prasasti atau artepak,
(jejak), interpretatif alamiah. Secara analisa yaitu analisis isi,
fenomenalogi, hermenetik. Ciri berikutnya yaitu makna atau
meaning (menurut orang dahulu hidup penuh dengan simbol dan
12 Muhammad Nabil Khazhim, Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan,
(Solo: Samudra, 2011), pp. 25-27
16
mempunyai makna “realitas”). Dan cara berfikir induktif (cara
berfikir dari khusus ke umum).
Bogdan dan Taylor dalam buku Lexy J. Moleong, M.A.
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam buku yang sama, Krik dan Miller mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya.13
2. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kresek
dan SMP Islam Al-Falah Kecamatan Kresek Kabupaten
Tangerang. Peneliti mengambil lokasi di Lingkungan tersebut
menangani siswa terlambat.
Subjek diambil pada SMP Negeri 1 Kresek dan SMP Islam
Al-Falah Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang. Usaha sekolah
dalam menangani keterlambatan siswa. Subjek penelitian guru
bimbingan dan konseling, guru piket, dan siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Setelah diketahui tentang jenis penelitian ini adalah
kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah observasi, wawancara, dokumen, dan dokumentasi.
13 Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya), cet. 1, P. 4
17
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat
bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga,
penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode
pengupulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.14
Metode studi kasus adalah sebuah metode penelitian
yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang
terdapat dalam konteks kehidupan nyata yang dilaksanakan
ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteks dengan
jelas dengan menggunakan sumber data yang jelas hasil dari
studi kasus yang berada di SMP Negeri 1 Kresek dan SMP
Islam Al-Falah Kresek.
Pada penelitian ini peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-sehari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai data penelitian. Penulis mencermati atau mengobservasi
peristiwa atau kejadian-kejadian yang melibatkan usaha sekolah
dalam menangani keterlambatan siswa.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
14 H.
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2007), cet. 1, p.115
18
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Maksud mengadakan wawancara, Lincoln dan Guba
menegaskan dalam buku H. M. Burhan Bungin antara lain:
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara
yang yang dikemukakan dalam kepustakan. Dua diantaranya
dikemukakan disini. Cara pembagian pertama dikemukakan
oleh Patton sebagai berikut: wawancara pembicaraan informal,
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan
wawancara buku terbuka. Pembagian wawancara yang
dilakukan oleh Patton didasarkan atas perencanaan
pertanyaanya.15
Wawancara ini dilakukan dengan sebagian siswa yang
terlambat masuk ke sekolah dan dilakukan kepada pengurus
sekolah seperti guru bimbingan dan konseling, guru piket
mengenai upaya dalam menangani keterlambatan tersebut di
sekolah tersebut.
3. Dokumentasi
Selain menggunakan wawancara dan observasi penulis
juga menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumentasi merupakan pelengkap dari
15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif … p. 186-187
19
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
4. Teknik Analisa Deskriptif
Deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan.16
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi sesuatu yang
dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.17
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap subjek yang diwawancarai, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel.
Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan,
dimulai dengan menetapkan seorang informan kunci “key
informant” yang merupakan informan memasuki obyek penelitian.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut
dan mencatat hasil wawancara, setelah itu perhatian peneliti pada
16 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), p. 234
17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif … p. 248
20
obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif,
dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara.18
G. Sistematika Pembahsan
Penelitian ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Bab pertama, pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran,
metode penilitian, sitematika pembahasan.
Bab kedua, membahas gambaran umum SMP Negeri 1 Kresek
dan SMP Islam Al-Falah Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang.
Sub bab profil SMP Negeri 1 Kresek dan SMP Islam Al-Falah
Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang, profil guru bimbingan dan
konseling, profil guru piket, dan data pelanggaran disiplin siswa.
Bab ketiga, membahas tentang alasan siswa SMP Negeri 1
Kresek dan SMP Islam Al-Falah Kresek terlambat masuk sekolah.
Bab keempat, membahas tentang upaya pengurus sekolah dalam
menangani siswa terlambat masuk sekolah di kedua sekolah tersebut.
Bab kelima, penutup yang isinya adalah kesimpulan, dan saransaran.
18 Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), p. 245
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Ideal Menurut Islam


Keluarga ideal biasa disebut juga dengan istilah keluarga sakinah.
Keluarga sakinah dapat didefinisikan sebagai “Bangunan keluarga yang
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di Kantor Urusan
Agama yang dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai dengan
penuh
Mukti Ali, rumah tangga sejahtera bahagia dan pembangunan
negara, dalam buku Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara,
1993), hlm. 52-56 rasa tanggung jawab dalam menghadirkan suasana
kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang
diridhai Allah SWT”.
Dalam membangun keluarga sakinah perlu dilandaskan pada lima
asas yaitu : ”Asas karamah insaniyah, asas pola hubungan kesetaraan, asas
keadilan, asas mawaddah wa rahmah, serta asas pemenuhan kebutuhan
hidup sejahtera dunia akhirat (al-falah).
Untuk mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, memerlukan
kehadiran satuan-satuan keluarga sakinah sebgai modal
terwujudnya qaryah thayyibah yang memiliki karakeristik
sebagai berikut:
1. Mesjid sebagai pusat ibadah, pelayanan sosial dan menjadi pusat
kegiatan masyarakat.
2. Masyarkat memiliki tingkat pendidikan yang maju.
3. Masyarkat memiliki berbagai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi keluarganya.
4. Masyarkat memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
5. Masyarkat memiliki hubungan sosial yang harmonis.
6. Masyarkat memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
7. Masyarkat memiliki kesadaran hukum dan politik yang tinggi.
8. Masyarkat memiliki kehidupan kesenian dan kebudayaan yang Islami
yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
9. Masyarakat mampu memanfaatkan tekologi dan informasi yang ada
untuk kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

B. Potret Keluarga Indonesia


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017
jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita
per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di lndonesia mencapai 27,77 juta
orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk). Ditengarai bahwa angka
tersebut bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).
Meski secara presentase angka kemiskinan mengalami penurunan,
namun secara jumlah angka tersebut mengalami kenaikan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Tasikmalaya, kemiskinan di Kota Tasikmalaya mencapai 17,19 persen dari
jumlah penduduk 651.676 jiwa. Kemudian, di 2014 catatan BPS
menunjukkan angka kemiskinan menurun dari 17,19 persen menjadi 15,95
persen dari 654.794 jiwa. Selain itu, rata-rata lama sekolah (RLS)
masyarakat Kota Tasikmalaya hanya 8.89 tahun pada 2013, 8.90 tahun
pada 2014 dan 8.93 tahun pada 2015.

C. Konsep dan Strategi Dakwah Pencerahan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah diartikan
sebagai penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat;
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.
Muhammadiyah memahami kata dakwah sebaagai panggilan atau
seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah, yaitu jalan menuju Islam.
Dakwah juga dimaknai sebagai upaya tiap muslim untuk merealisasikan
fungsi kerisalahan dan kerahmatan.
Muhammadiyah mengelompokkan objek dakwah menjadi empat
kelas masyarakat yaitu kelas elit, menengah, bawah dan marjinal sehingga
Muhammadiyah mengajukan konsep dakwah sosial. Konsep dakwah
sosial yaitu kegiatan dakwah dalam kegiatan-kegiatan sosial yang tidak
hanya berupaya memperkuat pemahaman keagamaan masyarakat terkait
dengan hal-hal ibadah mahdlah, melainkan juga kegiatan yang
memberikan ruang bagi mereka untuk memperkuat kohesi sosial,
mengembangkan diri dan kepercayaan diri, meningkatkan optimisme,
serta serta kegiatan keagamaan yang dirasakan dampak sosial dan
ekonominya secara lebih nyata.
Salah satu bentuk dakwah yang dapat dilakukan untuk kelompok
marjinal yaitu dengan menjadikan dan memasukan mereka sebagai bagian
dari program-program sosial lembaga keagamaan, seperti dalam
pendistribusian zakat infak dan sedekah (ZIS), santunan serta beasiswa
khusus anak-anak jalanan atau anggota dari keluarga kelompok marjinal
tersebut.
Menurut M. Din Syamsudin, bahwa dakwah Muhammadiyah
disebut sebagai dakwah pencerahan, karena Muhammadiyah membawa
konsep Islam Berkemajuan dalam tiga tahap yaitu membebaskan manusia,
memberdayakan, dan memajukan.

D. Dakwah Pencerahan sebagai Solusi Strategis Keluarga Indonesia


Berkemajuan
Menurut Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam usaha
mengimplementasikan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan
Muhammadiyah dapat dilakukan langkah-langkah berikut: 8
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan.
Artinya meningkatkan usaha-usaha untuk memahami dan
memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai pemikiran resmi dalam
Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang berkemajuan.
Konsep Risalah Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk
dilanjutkan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan
berbagai ikhtiar untuk meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan
kajian-kajian pemikiran melalui berbagai diskusi, halaqah, seminar, dan
berbagai forum sejenis untuk memperdalam dan memperluas wawsan
pemikiran di lingkungan Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah,
lebih-lebih para kader dan pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi
keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan Islam yang berkemajuan.
Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi
keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan
Muhammadiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga
memahami perkembangan pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual
dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca meluas maka tidak akan
ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan kehidupan,
apalagi merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan
aktual. Inilah tradisi iqra dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang
dalam sejarah telah membangun peradaban dan kejayaan Islam di era
keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca
dan memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka
akan mudah kehilangan arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah,
bahkan akan mudah terbawa arus oleh berbagai pemikiran dan gerakan
yang berkembang di sekitar.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke
luar. Anggota Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan,
mendialogkan, dan memperluas sebaran pemikiran atau pandangan Islam
yang berkemajuan ke masyarakat luas. Melalui tulisan di media massa,
jejaring sosial, pengajian, pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai
media publikasi lainnya hendaknya senantiasa dipopulerkan dan
dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan.
Keempat, al-ishlah fi al-’amal, yakni selalu memperbarui amaliah
Islam. Dalam hal ini bagaimana Muhammadiyah mewujudkan pandangan
Islam yang berkemajuan dalam amaliah sebagaimana tercermin dalam
akksi gerakannya. Muhammadiyah dengan seluruh majelis, lembaga,
organisasi otonom, dan amal usahanya penting untuk
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Islam yang berkemajuan
dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan ini. Amal usaha, program,
dan kegiatan di seluruh lingkungan Muhammadiyah haruslah
mencerminkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya baik yang
sudah dilaksanakan selama ini maupun yang hendak dikembangkan
hendaknya pengelolaan dan model yang dikembangkan dalam amal usaha,
program, dan kegiatan seluruh institusi di lingkungan Muhammadiyah
harus lebih baik, unggul, dan utama daripada gerakan-gerakan lain.
Kelima, Implementasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan
langkah keempat, bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam
yang berkemajuan mewujudkan amaliah praksis. Istilah praksis (praxis)
dalam ilmu sosial kritis yakni tindakan emansipatoris atau tindakan
pembebasan yang berbasis pada refleksi. Refleksi dalam mazhab kritis
ialah teori atau perspektif berpikir yang selain dibangun di atas Ilmu
pengetahuan yang bersifat abstrak, juga berorientasi pada tindakan yang
konkret yang membebaskan kehidupan manusia dari segela bentuk
belenggu. Karena itu praksis bukanlah tindakan praktis semata, tetapi
praktis yang berbasis pemikiran. Dalam tradisi pemikiran Muhammadiyah,
praksis berarti perpaduan antara “ilmu amaliah” dan “amal ilmiah”. Dalam
pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara “iman dan amal shaleh”
yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang menunjukkan
bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah dan halu-
minannas secara menyatu dan menyeluruh.

BAB III
PENUTUP

Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang


berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi
utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang
berkemajuan. Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan
antara pemurnian atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga
seimbang tetapi kaya dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama
Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia
yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba
utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah
dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan
Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam
perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan, yang
kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan
pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan
dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin,
tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang
membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam
yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang
mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi)
dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan
kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah untuk menghadapi perkembangan
zaman.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mukti Ali. 1958. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta,


Majelis Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya.
Dr. Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta,
Surya Sarana Grafika
Kyai Syuja’. 2009. Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, Banten, Al-Wasath
Mitsuo Nakamura, et al. 2005. Muhammadiyah Menjemput Perubahan, Jakarta,
Kompas Media Nusantara
Solichin Salam, 1962. KH. Ahmad Dahlan : Tjita-Tjita dan Perjoangannya,
Jakarta, Depot Pengadjaran Muhammadijah
https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/11/19/nf9y4n18-
muhammadiyah-dan-dakwah-pencerahan
http://sangpencerah.id/2015/07/membangun-indonesia-berkemajuan-dala/
8

Anda mungkin juga menyukai