Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG FAKTOR

KETERLAMBATAN SISWA KE SEKOLAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian sosial ini yang berjudul
“PENGARUH SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI
BELAJARNYA” dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian sosial ini juga
merupakan salah satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XII IPS SMA Negeri 1 Babakan
sebagai tugas sosiologi.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material
dalam proses penyelesaian penelitian sosial ini. Ucapan terima kasih tersebut ditujukan
kepada:
1. Ibu Ila Raudhatul Jannah, selaku pembimbing penelitian sosial yang turut membantu
dan membimbing kami dalam pembuatan penelitian ini.
2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Babakan yang telah berpartisipasi sebagai responden.
4. Teman-teman kelas XII.IPS 1 yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan
kritik yang membangun.

Terima kasih,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah .....................................................................
1.2  rumusan Masalah ............................................................................
1.3  Tujuan Penelitian ................................................................................
1.4  Manfaat penelitian ..............................................................................
1.4.1 Manfaat Bagi Siswa ...................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi Guru ....................................................................
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti .................................................................
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah .................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1

BAB III METODOLOGI


3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................
3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................
3.3 Tempat dan Waktu Pelaksana ...........................................................
3.4 Populasi dan Sampel .........................................................................
3.4.1 Populasi ..............................................................................
3.4.2 Sampel .................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................
3.6 Teknik Analisa Data ...........................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1  Faktor penyebab keterlambatan siswa ................................................
4.2  Sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat .................................
4.3 Solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat ....................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Wawancara Informan...........................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat
membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan karena
banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental
melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan
pendidikan tersebut.

Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam pembangunan
bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat
membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah
bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan
berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten dalam
menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat
bangsa dapat terjamin.

Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya
peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya
nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus
masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai
peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan
dirasa sangat penting bagi siswa SMA Negeri 1 Babakan, maka pihak sekolah pertama kali
perlu menertibkan siswa yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang
penting dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui
bahwa di SMA Negeri 1 Babakan, sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan
siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas
dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam
aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.00 WIB, tetapi kenyataannya
masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat
mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama
pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh
dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti
inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran
pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat
menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja
sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan.

Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan
sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi
ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah
dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat
jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua
pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru
BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa
keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar meliputi
penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA
YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMAN 1
BABAKAN”

1.2  rumusan Masalah


1.      Apakah faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2.      Apakah dampak bagi siswa yang sering terlambat?
3.      Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?

1.3  Tujuan Penelitian


1.      Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
2.      Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3.      Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat

1.4  Manfaat Penelitian


1.4.1        Bagi Siswa
1.      Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah, terutama
pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2.      Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
1.4.2        Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa
terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.
1.4.3        Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian terutama
yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke sekolah.
1.4.4        Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Babakan. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “dampak siswa yang
terlambat sekolah terhadap prestasi belajar di SMA Negeri 1 Babakan. Untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan peneliti, peneliti melakukan wawancara sebagai metode penelitian
utama secara mendalam kepada siswa-siswi di SMA Negeri 1 Babakan.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab


keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta solusi
dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas
data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Dengan metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar
pertanyaan penelitian.

Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
No Hari/Tanggal Nama Siswa Kelas
1 Kamis / 15 Februari 2018 Marshitoh XI. IPA 3
2 Kamis / 15 Februari 2018 Nia X. IPS 2
3 Senin / 19 Februari 2018 Syahroni XI. IPA 5
4 Selasa / 20 Februari 2018 M.Ridwan XI. IPS 1
5 Selasa / 20 Februari 2018 Jimmy X. IPA 2
(Sumber: Arsip peneliti,2018)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara, maka
pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:

4.1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa


Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa SMA Negeri
1 Babakan masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah yang dimajukan 15
menit lebih awal menjadi pukul 06.45, dari yang awalnya siswa-siswi masuk sekolah pukul
07.00 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti jarak
dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor
bocor, dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor bocor
serta belum ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat
ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini
sesuai dengan apa yang dikatakan Marshitoh bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah
biasanya main hp, dengerin lagu atau menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan
bahwa “saya datang terlambat karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang
menunggu teman untuk pergi bareng”.

4.2. Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat


Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa SMA Negeri 1
Babakan yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari dikurung di luar pagar, mengisi
buku hukum, berdiri di bawah tiang bendera, mengutip sampah yang ada di pekarangan
sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang tuanya datang ke
sekolah.

4.3. Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat


Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan
yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa
saja menjadi buyar.

Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk
mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah:

1.      adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2.      Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya sendiri
juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3.      Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak
terlambat.
4.      Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu.
Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak
adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat pada
waktunya.

2.1 Tinjauan Pustaka


Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK,
D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press. Sedangkan
“sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E.
(1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press. Dan
pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J.
(1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University Press.

Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah
“Refers to students coplying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang
dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.

Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman


(sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk
kesalahan perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
( Phsychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela
A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan


bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1)      Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2)      Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.
3)      Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4)      Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992)
mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) Ensure the safety of staff and
students, and (2) Create an environment conducive to learning”.

Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of discipline,


once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility
for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to
change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah
adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas.
Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa
mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana
belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis
mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts”. Dan oleh
karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif
adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi
peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki
dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena pada hakikatnya tata
tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto,
1990:123-124) yaitu:

1.      Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2.      Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3.      Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib
sekolah tersebut.

Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya


mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari
berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula.
Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat
menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2.      Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
3.      Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib
sekolah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin, diantaranya
siswa datang terlambat ke sekolah.

2.2  Kerangka Teoritis


Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah
semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial
dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku yang menyimpang tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi


(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian
(deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang
yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:


  James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi.

  Robert M.Z. Lawang


Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku
dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.

  Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

  Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-
norma kelompok atau masyarakat.

  Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1.      Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2.      Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.

Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab


penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1)      Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).
2)      Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1.       Penyimpangan primer dan sekunder

         Penyimpangan sosial primer


Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer).
Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok
sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
         Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-
menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum
dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-
menerus datang terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus
menyontek pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku
menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).

2.       Perilaku menyimpang menurut pelakunya

         Penyimpangan individual


Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan
menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya
mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya
adalah sebagai berikut:

-          Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
-          Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
-          Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
-          Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
-          Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat
kepercayaan dan berlagak membela.

         Penyimpangan kelompok


Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.

Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:

1)      Penyimpangan harus dapat didefinisikan.


2)      Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3)      Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
4)      Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5)      Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6)      Penyimpangan bersifat adaptif (menyesuaikan).

Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:


1.      Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-
aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem
sosial.
2.      Penyimpangan yang bersifat negatif.
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang
dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial itu.
Teori penyimpangan sosial salah satunya sebagai berikut:

a)      Teori Differential Association (kelompok yang berbeda)


Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan
yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari interaksinya
dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok dan budaya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong, 2007:3)
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui
makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur
penulisan yag menghasilkan data data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku
orang-orang yang diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.

3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Babakan, sedangkan waktu penelitian


dilaksanakan mulai tanggal 15 Februari – 20 Februari.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek
penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian.
Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo
dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi
seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.

Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau
keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan
menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).
Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu
yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain
populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel,
tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan
penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Babakan yang sering datang terlambat ke sekolah.

3.5  Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan
metode wawancara. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut
pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara
peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini
pewawancara menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka
mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi
mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based
interview can be seen as a situation where the interview-interviewee interaction on a task is
regulated by a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that potentially ‘data rich’
environment this afforded would provide the best context for assesistry and probing for
presence of three models of thinking (mathematical knowledge, contextual knowledge and
strategic knowledge) both before and following the intevention phase of project”.

Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat
dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan
yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

3.6  Teknik Analisa Data

Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah
dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-
satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu
dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data
dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa
metode tertentu.
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis
data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang didasarkan oleh data.

Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud
pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi,
artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan
pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori substantif

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan
siswa SMA Negeri 1 Babakan masih kurang. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang
terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab,
berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah
siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya.
Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada
saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat,
mulai dari sanksi yang ringan seperti mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan
sekolah dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan
pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu
untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin sedikit setiap
hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena
dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran
tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada
mata pelajaran jam pertama.

B.     Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1.      Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka;
2.      Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3.      Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga
membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah;
DAFTAR PUSTAKA

         www.google.com
         Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.
         Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta :
Penerbit Ita.
         Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
         Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
         Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
         Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
         Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
         Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
         Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
         STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley
Press
         WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge
University Press
         WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University
Press

Anda mungkin juga menyukai