KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian sosial ini yang berjudul
“PENGARUH SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI
BELAJARNYA” dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian sosial ini juga
merupakan salah satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XII IPS SMA Negeri 1 Babakan
sebagai tugas sosiologi.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material
dalam proses penyelesaian penelitian sosial ini. Ucapan terima kasih tersebut ditujukan
kepada:
1. Ibu Ila Raudhatul Jannah, selaku pembimbing penelitian sosial yang turut membantu
dan membimbing kami dalam pembuatan penelitian ini.
2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Babakan yang telah berpartisipasi sebagai responden.
4. Teman-teman kelas XII.IPS 1 yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan
kritik yang membangun.
Terima kasih,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................
1.2 rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
1.4 Manfaat penelitian ..............................................................................
1.4.1 Manfaat Bagi Siswa ...................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi Guru ....................................................................
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti .................................................................
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah .................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat
membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan karena
banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental
melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan
pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam pembangunan
bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat
membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah
bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan
berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten dalam
menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat
bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya
peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya
nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus
masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai
peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan
dirasa sangat penting bagi siswa SMA Negeri 1 Babakan, maka pihak sekolah pertama kali
perlu menertibkan siswa yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang
penting dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui
bahwa di SMA Negeri 1 Babakan, sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan
siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas
dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam
aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.00 WIB, tetapi kenyataannya
masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat
mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama
pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh
dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti
inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran
pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat
menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja
sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan
sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi
ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah
dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat
jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua
pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru
BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa
keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar meliputi
penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA
YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMAN 1
BABAKAN”
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
No Hari/Tanggal Nama Siswa Kelas
1 Kamis / 15 Februari 2018 Marshitoh XI. IPA 3
2 Kamis / 15 Februari 2018 Nia X. IPS 2
3 Senin / 19 Februari 2018 Syahroni XI. IPA 5
4 Selasa / 20 Februari 2018 M.Ridwan XI. IPS 1
5 Selasa / 20 Februari 2018 Jimmy X. IPA 2
(Sumber: Arsip peneliti,2018)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara, maka
pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:
Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk
mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1. adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2. Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya sendiri
juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak
terlambat.
4. Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu.
Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak
adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat pada
waktunya.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah
“Refers to students coplying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang
dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
1. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib
sekolah tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-
norma kelompok atau masyarakat.
Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.
- Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
- Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
- Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
- Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
- Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat
kepercayaan dan berlagak membela.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong, 2007:3)
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui
makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau
keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan
menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).
Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu
yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain
populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel,
tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan
penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Babakan yang sering datang terlambat ke sekolah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan
metode wawancara. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut
pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara
peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini
pewawancara menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka
mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi
mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based
interview can be seen as a situation where the interview-interviewee interaction on a task is
regulated by a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that potentially ‘data rich’
environment this afforded would provide the best context for assesistry and probing for
presence of three models of thinking (mathematical knowledge, contextual knowledge and
strategic knowledge) both before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat
dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan
yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah
dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-
satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu
dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data
dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa
metode tertentu.
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis
data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud
pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi,
artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan
pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori substantif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan
siswa SMA Negeri 1 Babakan masih kurang. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang
terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab,
berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah
siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya.
Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada
saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat,
mulai dari sanksi yang ringan seperti mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan
sekolah dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan
pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu
untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin sedikit setiap
hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena
dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran
tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada
mata pelajaran jam pertama.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga
membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah;
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.
Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta :
Penerbit Ita.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley
Press
WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge
University Press
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University
Press