Anda di halaman 1dari 25

PENTINGNYA PENANAMAN SOPAN SANTUN BAGI SISWA

DI SEKOLAH

Oleh :
TINA LORENSA
NISN 0058609008

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 SENDAWAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pentingnya Penanaman Sopan Santun Siswa Di


sekolah
Nama : Tina Lorensa
NISN : 0058609008
Sekolah : SMAN 2 Sendawar
Jurusan : IPS 4

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Sudarmo, S.Pd Albina Purnama S., S.Pd


NIP. 19650082005021002 NIP.

Penguji

F. Marse, SE
NIP.

Mengetahui,
Kepala SMAN 2 Sendawar

Fardinandus Erikson, S.Fil


NIP.19691010 200801 1 026

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Berkat limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Pentingnya Penanaman Sopan Santun Bagi Siswa Di sekolah” ini
tepat pada waktunya. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menempuh Pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 2
Sendawar.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis tidak bekerja sendiri melainkan atas
dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, didalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Fardinandus Erikson, S.Fil selaku kepala SMA Negeri 2 Sendawar.
2. Bapak Sudarmo, S.Pd selaku guru pembimbing I.
3. Ibu Albina Purnama S., S.Pd selaku guru pembimbing II.
4. Ibu F. Marse, SE selaku penguji hasil Karya Tulis Ilmiah.
5. Kedua orang tua tersayang yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan,
motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca dalam rangka penyempurnaan karya tulis. Atas perhatian dan
sumbangan pikirannya penulis mengucapkan terima kasih.

Sendawar, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................4
LANDASAN TEORI................................................................................................4
A. Pengertian Karakter Sopan Santun...................................................................4
B. Upaya Guru Kelas...............................................................................................5
1. Pengertian upaya.................................................................................................5
2. Pengertian Guru Kelas........................................................................................5
3. Tugas Guru Kelas................................................................................................6
4. Peranan Guru Kelas.............................................................................................6
C. Budaya Sopan Santun.........................................................................................7
1. Pengertian Sopan Santun....................................................................................7
BAB III....................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................10
A. Bentuk-Bentuk Penanaman Adab Sopan Santun...........................................10
1. Membiasakan disiplin........................................................................................10
2. Tata krama.........................................................................................................11
B. Metode Penanaman Adab Sopan Santun Siswa..............................................12
1. Penanaman Adab Sopan Santun.......................................................................12
2. Metode Penanaman Adab Siswa.......................................................................12
3. Perhatian atau pengawasan...............................................................................13
C. Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Sikap Sopan Santun pada siswa 13
1. Hambatan guru dalam menanamkan sopan santun........................................13
2. Solusi dalam mengatasi penghambat penanaman sopan santun....................14

iv
BAB IV....................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................16
A. KESIMPULAN..................................................................................................16
B. SARAN...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sopan santun merupakan sebuah prilaku atau etika yang mencerminkan sikap
seseorang dengan orang lain dengan maksud dan tujuan untuk menghormati seseorang
tersebut dengan bersikap baik, menghargai, tidak sombong dan lemah lembut.
Hilangnya sikap sopan santun merupakan salah satu dari sekian penyebab kurang
terbentuknya akhlak. Tidak terpeliharanya sikap sopan santun ini dapat berdampak
negatif terhadap budaya bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kehidupan yang beradab.

Pendidikan yang selama ini berjalan ternyata tidak menjamin siswa memiliki sifat
dan akhlak yang baik. Lebih dari satu pertanyaan pun muncul mengapa anak sekarang
menjadi anak yang tidak memiliki sikap santun tersebut, sikap seperti ini banyak
ditemui pada anak-anak pelajar. Kondisi ini menunjukan bahwa sekolah hanya
menghasilkan siswa yang memiliki intelektual yang tinggi namun tidak memiliki budi
pekerti luhur. Hal serupa juga terjadi di sekolah seperti siswa menyepelekan
kehadiran guru di kelas dengan sikap cuek, keluar masuk kelas tanpa minta izin guru,
berani menolak tugas yang diberikan guru. Gejala-gejala negatif tersebut merupakan
tantangan bagi guru untuk lebih memperhatikan sikap dan prilaku siswa. Karena itu
peran guru, untuk menanamkan adab sopan santun harus ditekankan.

Membina karakter bukan terjadi secara serta merta, akan tetapi terbentuk melalui
proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu, faktor yang ikut serta dalam upaya
membentuk karakter tersebut seperti faktor lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah. Lingkungan keluarga dan masyarakat saja tidak cukup untuk membentuk
pribadi siswa/anak, karena sebagian kegiatan peserta didik dalam kesehariannya
banyak dihabiskan di lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru sebagai pendidik
memiliki tugas yang besar terhadap perkembangan karakter peserta didik.

1
Dalam memberi pembinaan akhlak kepada para siswa diperlukan kerjasama dari
seluruh warga sekolah, seperti adanya kerjasama antar kepala sekolah dengan semua
guru, baik guru akidah akhlak dan wali kelas. Dengan adanya kerjasama dari seluruh
warga sekolah, maka pembinaan akhlak kepada siswa dapat berjalan dengan baik dan
dapat meminimalisir kenakalan siswa. Upaya guru kelas sangat penting dalam
memperbaiki akhlak siswa, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia untuk mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Disamping
itu guru juga dituntut profesionalisme dalam membentuk akhlak siswa contohnya
membentuk akhlak siswa untuk selalu sopan santun dengan siapapun dan untuk selalu
mentaati peraturan sekolah yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Dalam lingkungan
masyarakat pun banyak anak yang bertingkah laku mengikuti perkembangan zaman
dan kehilangan sopan santunnya terhadap orang yang lebih tua, banyak anak yang
tidak memperhatikan tata krama atau sopan santun. Hal ini terbukti oleh cara bersikap
dengan orang secara baik, cara tutur kata dan cara berprilaku yang tidak semestinya
dilakukan oleh usia seperti melihat dari kenyataan zaman sekarang orang tua dan guru
berperan penting untuk membentuk karakter sopan santun pada anak, terlebih seorang
guru yang menjadi panutan disekolah.

Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses


pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-
kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa ini.
Sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang
dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya guru dalam memberikan penanaman sopan santun bagi siswa di
sekolah ?

2
2. Apa saja hambatan guru kelas dalam memberikan penanaman sopan santun bagi
siswa ?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan penanaman
sopan santun siswa di sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian :
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya guru dalam penanaman sopan
santun siswa di sekolah.
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan guru dalam memberikan
penanaman sopan santun siswa di sekolah.
c. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan solusi dalam menghadapi permasalahan
penanaman sopan santun siswa di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan referensi dan bahan
masukan pada penelitiaan selanjutnya mengenai penanaman nilai sopan santun
peserta didik terhadap guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat sebagai acuan kebijakan dalam memberi
pengarahan meningkatkan kualitas siswa bersopan santun terhadap guru di
sekolah.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran dalam menambah
wawasan dan intropeksi diri sudah sampai sejauh mana peran guru dalam
pengembangan kepribadiaan siswa kearah yang lebih baik

3
c. Bagi siswa, hasil penelitian ini bermanfaat langsung dalam meningkatkan sopan
santun/budi pekerti terhadap guru dan dapat memberi pemahaman untuk lebih
bisa bersikap baik serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku disekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Karakter Sopan Santun


Menurut Darmiyati Zuchdi, dalam buku (Adisusilo, 2011, hal. 77) memaknai
karakter sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda
kebaikan, kebijakan, dan kematangan seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa
tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu,
nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan prilaku yang baik dan
bertanggung jawab. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat,
tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, etos kerja,
dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang dilihat dari tujuan pendidikan
karakter, yaitu penanaman seperangkat nilai-nilai maka pendidikan karakter dan
pendidikan nilai pada dasarnya sama. Jadi, pendidikan karakter pada dasarnya
pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar menjadi sifat pada diri
seseorang dan karenanya mewarnai kepribadian atau karakter seseorang.

Karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan yang membedakannya
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan prilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang karakter :

1. Menurut Scerenko, karakter adalah ciri-ciri yang membentuk dan


membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompeksitas mental dari seseorang.
2. Menurut Winnie bahwa istilah karakter memiliki 2 pengertian. Pertama,ia
menunjukan bagaimana prilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang
berprilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya

4
wc dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral
seseorang berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan.

Pengertian yang sudah dijelaksan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter


merupakan nilai-nilai universal prilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas
kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia
maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.

B. Upaya Guru Kelas


1. Pengertian upaya

Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional, upaya adalah


usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan,
mencari jalan keluar, dan sebagainya. Maka upaya adalah suatu usaha yang
dilakukan dengan maksud tertentu agar semua permasalahan yang ada dapat
terselesaikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
(Novitasari, 2014, hal.5).
Dalam hal ini, upaya guru kelas dalam pembentukan karakter siswa adalah
peranan seorang guru membentuk karakter siswa dengan suatu kegiatan secara
terus-menerus yang dilakukan oleh para pendidik terhadap peserta didik sebagai
upaya pembentukan karakter sopan santun siswa, sehingga output yang dihasilkan
dari peranan guru tidak lain terinternalisasinya nilai-nilai karakter terhadap diri
peseta didik sehingga memunculkan sikap dan prilaku yang berkarakter mulia.
2. Pengertian Guru Kelas

Guru merupakan semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina siswa, baik secara individual maupun klasikal, di

5
sekolah ataupun di luar sekolah. Secara formal, guru adalah seorang pengajar di
sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar
belakang Pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan ketetapan hukum yang
sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di
Indonesia (Hamzah dan Nina, 2016:2).
Berdasarkan undang-undang dan pendapat ahli diatas, guru/wali kelas adalah
tenaga kependidikan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing
dan membina siswa dalam proses pembelajaran.
3. Tugas Guru Kelas

Guru adalah figur seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan untuk


membentuk dan membangun kepribadian anak didik. Jabatan guru sebagai suatu
profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan
melatih anak didik adalah tugas guru sebagai profesi.
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan
mengemban tugas yang dipercayakan orangtua atau wali. Untuk itu guru perlu
pemahaman terhadap jiwa dan watak anak. Begitulah tugas guru sebagai orang tua
kedua, setelah orangtua anak dalam keluraga rumah. Bila dipahami tugas guru
tidak hanya sebatas dinding sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara
sekolah dan masyarakat, guru sebagai perantara dalam belajar, pembimbing, dan
juga sebagai penegak disiplin.
4. Peranan Guru Kelas

Peran guru kelas dalam pelaksanaan pembentukan karakter siswa adalah


seperangkat sikap yang dimiliki oleh guru meliputi mendidik, mengajar,
membimbing, melatih, dan mengevaluasi.

a. Guru Sebagai Pengajar

Tugas guru yang utama adalah mengajarkan ilmu kepada peserta didiknya,
dengan menyampaikan materi pada proses pembelajaran menggunakan strategi

6
dan metode tertentu yang tujuannya agar peserta didik mampu dengan jelas
memahami materi yang disampaikan.

b. Guru Sebagai Pendidik

Kedudukan sebagai pendidik menuntut guru untuk membekali diri dengan


pribadi yang berkualitas berupa tanggung jawab, kewibawaan, kemandirian,
dan kedisiplinan. Guru sebagai seorang pendidik harus bisa menanamkan serta
membentuk sikap dan karakter peserta didik agar nanti peserta didik menjadi
pribadi yang baik ketika mereka terjun dimasyarakat.

Guru harus bisa membentuk sikap dan karakter peserta didik sesuai nilai dan
norma yang berlaku.

c. Guru Sebagai Pembimbing

Guru melakukan kegiatan membimbing yaitu membantu murid yang


mengalami kesulitan (belajar, pribadi, sosial), mengembangkan potensi murid
melalui kegiatan-kegiatan kreatif diberbagai bidang (ilmu, seni, budaya, olah
raga). Karaktersitik-karakteristik pembimbing telah ada dalam diri guru untuk
mengolah proses belajar-mengajar (PBM).

d. Guru Sebagai Motivator

Guru sebagai motivator artinya sebagai pendorong siswa dalam rangka


meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru
harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat
pada siswanya serta mengarahkan agar mereka dapat memanfaatkan potensinya
tersebut secara tepat, sehingga siswa dapat belajar dengan tekun untuk
mencapai cita-cita yang diinginkan. Kondisi inilah yang menyebabkan
pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada
guru (teacher oriented) kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa

7
(student oriented). Pembelajaran yang berorientasi kepada siswa bertujuan agar
dapat menimbulkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Maksudnya bahwa
motivasi siswa dapat timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar karena
didalam diri mereka sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya
siswa yang memiliki minat membaca.
C. Budaya Sopan Santun
1. Pengertian Sopan Santun

Sopan santun adalah sikap ramah yang diperlihatkan pada beberapa orang di
hadapannya dengan maksud untuk menghormati orang tersebut, hingga
membuat kondisi yang nyaman serta penuh kerharmonisan. Sikap sopan santun
adalah satu kewajiban yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok mulai dari
anak-anak sampai orangtua tanpa ada kecuali.

Sopan santun adalah bagian dari terminologi etika yang seringkali dikaitkan
dengan terminologi moral atau yang sering kali disebut sebagai filsafat moral.
Secara etimologi kata etika berasal dari dua kata yaitu ethos dan ethikos. Ethos
berati sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berate Susila, keadaban,
kelakuan dan perbuatan yang baik. Istilah moral berasal dari kata latin mores,
yang merupakan bentuk jamak dari mos, yang berati adat istiadat atau kebiasaan
watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup. Etika membahas baik buruk atau benar
tidaknya tingkah laku dan Tindakan manusia sekaligus menyoroti kewajiban-
kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu,
tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak. Etika bisa juga
diartikan dengan ilmu yang membahas mengenai moralitas atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moralitas, yaitu sebagaimana diungkapkan oleh M. Said
sebagai berikut :

“Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penggunaannya ada sedikit
perbedaan. Moral dan moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai
seperti baik dan buruk. Sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai
dan kode. Orang menyebut perbuatan yang bermoral dan immoral, atau orang

8
menyebut sistem nilai, norma etika atau kode etik. Yang membedakan ialah kata
akhlak yang berarti tabiat, watak, budi pekerti.”

Jadi etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang disebut
menjadi manusia baik dan juga merupakan masalah sifat keseluruhan
masyarakat. Yang membedakan arti kata etika dan moral dalam pemakaiannya
yaitu dalam penggunaannya. Dapat dikatakan bahwa etika lebih umum sifatnya
dibandingkan dengan moral. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai
seperti baik dan buruk, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
dan kode

2. Macam Sopan Santun

a. Kesopanan Berbahasa

Santun bahasa menunjukan bagaimana seseorang melakukan interaksi


sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap orang harus menjaga santun
bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang
dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menentukan keberhasilan
pembicaraan.

Sudah sebaiknya kita memiliki prilaku kesopanan sebagai konsep yang


tegas seperti gagasan etika dan tingkah laku sosial yang terdapat dalam
budaya. Melalui sikap kesopanan orang dapat dikatakan memiliki sifat bijak,
pemurah, simpatik, dan rendah hati. Sudah saatnya kita menyadari jika
partisipan interaksi merupakan norma-norma dan prinsip-prinsip yang ada
didalam masyarakat luas. Kesantunan berkaitan dengan budaya dan nilai yang
yang bersifat relatif di suatu masyarakat. Suatu tuturan dapat dikatakan sopan,
akan tetapi di tempat lain bisa saja dianggap menjadi tidak sopan. Sebaiknya
kita harus paham dan bisa menempatkan diri dengan sadar dimana kita
berkomunikasi.

b. Sopan Santun Berperilaku

9
Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam,
berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam prilaku dan perbuatan
positif. Prilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat
diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan
orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun. Santun juga
merupakan sifat halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
prilakunya ke semua orang. Santun yang tercermin dalam prilaku bangsa
Indonesia ini tidak tumbuh dengan sendirinya namun juga merupakan suatu
proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa yang luhur.

c. Sopan Santun Terhadap Orangtua

Setiap orangtua harus mengajari anaknya untuk bersikap sopan santun


(beretika) dan berbakti kepada orang tuanya. Jika bersikap sopan santun
merupakan hal yang sudah sepatutnya dilakukan terhadap orang lain apalagi
terhadap orang tua yang telah sangat berjasa dalam kehidupan kita di dunia
ini. Orang tua telah mengasuh serta membesarkan dan merawat anaknya
hingga dewasa. Jangan sampai melakukan sikap yang tidak sepantasnya dan
bersikap tidak sopan santun terhadap orang tua.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Penanaman Adab Sopan Santun


1. Membiasakan disiplin

Secara etimologi kedisiplinan belajar diambil dari kata disiplin yang berarti
ketaatan (kepatuhan) kepada peraturaan di sekolah, tata tertib dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikembangkan bahwa disiplin belajar
adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan kata lain orang

10
dikatakan disiplin apabila pikiran dan tindakannya selalu didasari oleh aturan-
aturan yang berlaku.

Disiplin yang diterapkan di sekolah, sebagai berikut :

a. Masuk sekolah tepat waktu

b. Berseragam sesuai ketentuan sekolah

c. Menaati tata tertib sekolah

d. Mendengarkan pelajaran dengan tekun

e. Berlaku sopan santun

f. Partisipasi aktif dalam suasana belajar

g. Tidak berbuat gaduh di kelas

h. Bila keluar kelas meminta izin

i. Berbaris dengan tertib

j. Melaksanakan tugas piket

Oleh karena itu, belajar disiplin sangat penting artinya bagi para siswa untuk
menentukan identitas dirinya. Bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan
disiplin, berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi. Jika seseorang
telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan terencana, maka ia akan
mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan sendirinya tinggal berlatih
mematuhi rencana itu sendiri.

Belajar disiplin juga merupakan usaha untuk menanamkan kesadaran pada


setiap personal tentang tugas dan tanggung jawabnya agar menjadi orang yang
bersedia dan mampu memikul tanggung jawab atas semua pekerjaannya. Setiap
pekerjaan akan berhasil dengan baik jika dikerjakan dengan teratur dan disiplin,

11
lebih-lebih dalam hal belajar. Hanya dengan kedisiplinan siswa akan memperoleh
prestasi yang baik. Timbulnya sikap disiplin bukanlah peristiwa yang mendadak
terjadi seketika. Kedisplinan pada seorang siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya
intervensi dari pendidik dan itupun dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit.
Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam
lingkungan keluarga akan terbawa oleh anak-anak dan sekaligus akan
memberikan warna terhadap prilaku kedisplinan anak dimana dengan disiplin
akan menciptakan kemauan dalam bekerja secara teratur.

2. Tata krama

Tata krama yang ada di sekolah tidak hanya berlaku untuk hubungan antara
siswa dan guru, tetapi mengikat terhadap seluruh warga sekolah. Baik hubungan
antara siswa dengan siswa, dan hubungan antara guru dengan guru. Serta
hubungan antara semua orang yang ada dalam lingkungan sekolah baik para
karyawan sekolah, tamu, pedagang, dan sebagainya.

Tata krama berpenampilan adalah segala sesuatu yang berupa tindakan dari
seseorang, berikut ini yang harus diperhatikan dalam tata krama berpenampilan :

1). Tata krama berpakaian

a. Berpakaian seragam sekolah sesuai dengan aturan sekolah yang berlaku.

b. Menjaga aurat terhadap guru atau sesama siswa

c. siswa tidak boleh bersolek, berdandan atau memakai parfum berlebihan.

d. Siswa tidak boleh memakai pakaian olahraga selain jam belajarnya.

e. Siswa tidak boleh memakai sendal ke sekolah

2). Tata Krama Belajar

12
a. Tidak membuat keributan atau berisik saat jam belajar

b. Meminta izin jika hendak keluar pada saat jam pelajaran berlangsung

c. Siswa berdoa sebelum dan sesudah belajar

d. Memperhatikan guru saat berbicara

3). Tata krama Dengan Guru

a. Mengucapkan salam bila bertemu dengan guru

b. Berbicara sopan di hadapan guru

c. Tidak memotong pembicaraan guru

d. Segera melaksankan tugas yang diperintah oleh guru

B. Metode Penanaman Adab Sopan Santun Siswa


1. Penanaman Adab Sopan Santun

Pengertian penanaman adalah proses cara menanamkan suatu perangkat


keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan
ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria, maupun prilaku. Sedangkan
pengertian adab, artinya bersopan santun, beradab

Penanaman adab dapat diartikan sebagai proses pembentukan prilaku


seseorang, sehingga dapat menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun,
menghormati, menghargai, dan tidak sombong. Perwujudan dari adab sopan
santun adalah prilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi
menggunakan bahasa yang santun. Secara garis besarnya penanaman adab berarti
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menumbuhkan sopan santun sehingga
berkepribadian luhur yang dapat tercerminkan melalui sikap dan prilaku
keseharian.

13
2. Metode Penanaman Adab Siswa

Metode adalah cara atau yang dipergunakan dalam pengajaran sebagai


strategi, metode ikut memperlancar kearah pencapaian tujuan pembelajaran.
Peranan metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan
tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran. Untuk dapat
memberikan Pendidikan budi pekerti, khususnya dalam penanaman adab sopan
santun terhadap anak butuh kesabaran dalam memilih metode yang tepat. Metode
yang digunakan dalam penanaman adab sopan santun adalah :

a. Metode secara langsung

Yaitu dengan mengadakan hubungan secara pribadi dan kekeluargaan dengan


individu yang bersangkutan. Dengan cara menggunakan nasehat, petunjuk,
tuntutan, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya.

b. Metode secara tidak langsung

Yaitu strategi guru yang bersifat pencegahan, penekanan pada hal-hal yang akan
merugikan. Cara ini digunakan untuk memberikan pembelajaran pada siswa yang
sifatnya pencegahan, menekan pada hal-hal yang merugikan, sebelum kesalahan
itu berlangsung lebih jauh selalu ada usaha-usaha dengan cara larangan,
pengawasan dan sanksi. Strategi ini dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu larangan,
pengawasan dan sanksi/hukuman.
3. Perhatian atau pengawasan

Yang di maksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan


perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak,
mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, disamping selalu
bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.

1) Sudah menjadi kesepakatan, bahwa memperhatikan dan mengawasi anak


yang dilakukan oleh pendidik, adalah asas pendidikan yang paling utama.
Mengingat anak akan senantiasa terletak dibawah perhatian dan

14
pengawasan pendidikan jika pendidik selalu selalu memperhatikan
terhadap ssegala gerak-gerik, ucapan, perbuatan dan orientasinya. Jika
melihat sesuatu yang baik, dihormati, maka doronglah sang anak untuk
melakukannya. Dan jika melihat sesuatu yang jahat crgahlah mereka,
berilah peringatan dan jelaskanlah akibat yang membinasakan dan
membahayakan. Jika pendidik melalaikan anak didiknya, sudah tentu anak
didik akan menyeleweng dan terjerumus ke jurang kehancuran dan
kebinasaan.

C. Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Sikap Sopan Santun pada siswa


1. Hambatan guru dalam menanamkan sopan santun

Dalam menanamkan sikap sopan santun pada siswa pastinya seorang guru
mendapati faktor penghambatnya. Faktor penghambat adalah faktor yang
mempersulit guru dalam menanamkan sikap.

1) Lingkungan keluarga, orang tua tidak begitu paham apa sebenarnya tujuan
dari sekolah itu sendiri bagi mereka yang terpenting yaitu menyekolahkan
anaknya. Hal ini biasa terjadi pada orang tua yang telalu sibuk dengan
urusannya sehingga waktu untuk anaknya terbatas dan akhirnya anak
kurang diperhatikan oleh orang tuanya, terutama sikap dan prilaku yang
lepas dari pengawasan orang tua. Sehingga menjadi penghambat dalam
menanamkan sopan santun siswa, karena partisipsinya dan dukungan
orangtuanya kurang.
2) Lingkungan masyarakat, anak-anak bergaul dengan orang yang lebih
dewasa dan orang tersebut membawa dampak buruk bagi anak. Anak
bukannya diajari hal-hal positif melainkan hal negatif .

Menurut teori Mahfudz bahwa kurangnya sopan santun pada anak disebabkan
oleh beberapa hal, Sehingga dalam hal ini sangat mempengaruhi penanaman
karakter sopan santun diantaranya yaitu :

15
a. Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspetasi yang
diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat mereka cerna pada
tingkatan pertumbuhan mereka saat itu.
b. Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan kebebasannya.
c. Anak-anak cenderung meniru perbuatan orang tua.
d. Adanya perbedaan perlakuan di sekolah dan di rumah
e. Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan oleh orang tua
sejak dini.

Hal ini senada dengan teori Abu Ahmadi yang mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi penanaman sikap adalah faktor internal, yaitu faktor yang terdapat
dalam pribadi manusia itu sendiri, Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih
sesorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor
eksternal , yaitu faktor yang terdapat dari luar pribadi manusia, faktor ini berupa
interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya, interaksi manusia dengan hasil
budaya manusia melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi,
majalah lain dan sebagainya.

2. Solusi dalam mengatasi penghambat penanaman sopan santun

Solusi merupakan cara atau langkah pemecahan masalah yang ditempuh oleh
seseorang atau suatu kelompok untuk mengatasi hambatan yang dihadapi, guru
sebagai pengelola pembelajaran sudah semestinya memiliki kecerdasan dalam
mengidentifikasi masalah atau hambatan dan mencari yang namanya solusi dari
setiap detail hambatan yang ditemui dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Solusi yang tepat dan akurat akan mempercepat pencapaian yang dituju dan
bahkan akan tercapai secara maksimal.

Berikut upaya untuk mengatasi kendala/hambatan dalam menanamkan sopan


santun pada siswa :

16
a. Bekerjasama dengan orang tua siswa untuk membimbing dan
mengarahkan siswa, agar siswa bisa berprilaku jauh lebih sopan dan
santun dari sebelumnya. Bentuk kerjasamanya bisa disampaikan melalui
rapat sekolah.
b. Sering berkomunikasi atau berkerjasama dengan orang tua siswa agar
mereka ikut berpartisipasi dalam pendidikan anaknya. Hal ini diwujudkan
dengan saling memberikan masukan apabila ditemukan siswa melanggar
etika, maka guru menyampaikan kepada orang tua siswa demikian
sebaliknya orang tua harus berlapang dada dalam menerima dari pihak
sekolah.
c. Guru memberikan contoh prilaku sopan santun yang nyata dimulai dari
prilaku-prilaku kecil guru seperti datang ke sekolah tepat waktu,
berkomunikasi antar sesama guru dengan baik, dan memberikan nasihat
atau motivasi kepada peserta didik.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam menanamkan sopan santun


siswa. Maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Upaya guru kelas dalam menanamkan sopan santun siswa adalah memberi
pengertian untuk selalu menghargai atau menghormati orang yang lebih
tua, menegur anak yang berbicara tidak sopan, membimbing dan selalu
memotivasi anak, serta mengajarkan norma-norma yang berlaku.

17
2. Hambatan guru dalam menanamkan sopan santun siswa yaitu guru harus
lebih bersabar dalam menanamkan sopan santun, kurangnya perhatian dari
orang tua menyangkut masalah pendidikan, serta lingkungan masyarakat
yang kurang baik,
3. Solusi guru dalam menghadapi upaya menanamkan sopan santun siswa
yaitu mengajari anak dengan penuh kasih sayang dan perhatian karena
sebagai guru sudah sewajarnya menjadi contoh yang baik bagi siswanya.
Dengan menasihati secara halus maka siswa akan menerima nasihat
gurunya dengan terbuka dan mengingat pesan gurunya tanpa rasa takut
terhadap gurunya

Dari uraian di atas, dapat kita ambil sebuah pemahaman bahwa proses
penanaman sopan santun ini merupakan sebuah proses yang didesain untuk
membentuk dan memperbaiki akhlak siswa-siswinya. Hal ini adalah sebagai
upaya untuk memberikan bekal hidup berupa pembentukan kepribadian yang
sopan dan santun sehingga bermanfaat kedepannya bagi siswa.

B. SARAN

1. Bagi pihak sekolah


Saran penulis bagi pihak sekolah ialah agar lebih menekankan lagi budaya
sopan santun kepada siswanya, serta membimbing dan membina peserta
didik.

2. Bagi guru
Untuk guru kelas, hendaknya meningkatkan kerjasama dalam penanaman
sopan santun sekaligus dalam mengawasi tingkah laku siswa. Supaya
prilaku siswa dapat terkontrol dengan baik, guru harus memberikan
keteladanan yang baik untuk siswanya baik di dalam maupun diluar
sekolah serta harus lebih aktif dan peduli untuk menegur siswanya yang
masih berprilaku kurang baik.

18
3. Bagi siswa
Peserta didik hendaknya menyadari dan menanamkan pada dirinya bahwa
pentingnya membudayakan prilaku sopan santun dimana pun. Kapan pun,
dan dengan siapa pun.
4. Bagi orang tua
Kepada orang tua hendaknya ikut mendukung adanya penanaman sopan
santun, dengan membimbing anak berbudaya sopan dan santun saat di
rumah.

DAFTAR PUSTAKA
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8591/6/bab%20II.pdf

http://repository.uinjambi.ac.id/2196/1/TPG151726_SARIFAH%20INAYAH_PGMI%20-
%20sarifah%20inayah.pdf

http://repository.iainkudus.ac.id/3165/5/5.%20BAB%20II_to.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/16186/8/BAB%20V.pdf

19
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14280/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR
%20PUPTAKA.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai