Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENDIDIKAN KONSERVASI

TRADISI MASYARAKAT KUDUS DALAM MENYAMBUT HARI


RAYA IDUL FITRI YANG BERUPA BULUSAN

DISUSUN OLEH:
Muhammad Syafiq Fadhilah
4611422033
Dosen Pengampu: Dr. Kusmuriyanto, M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii


BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Bulusan ........................................................................................... 3
2.2 Perayaan Tradisi Bulusan ............................................................................ 3
BAB III.................................................................................................................. 4
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 4
3.2 Saran ............................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 5

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, merupakan momen yang sangat dinantikan
oleh semua umat muslim di dunia tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat
berbagai macam tradisi adat istiadat dalam menyambut kedua bulan tersebut. Dengan adanya
tradisi adat istiadat tersebut diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan juga dapat menjalin
tali persaudaraan antar umat muslim. Diantara berbagai daerah yang memiliki adat istiadat di
Indonesia adalah Kabupaten Kudus. Kudus sendiri merupakan kota yang terdapat 2 makam
walisongo, yaitu Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq dan Sunan Muria atau Raden Umar
Said. Di kota Kudus sendiri ada 2 tradisi adat istiadat dalam rangka menyambut dan
menyemarakkan Bulan suci Ramadhan dan Hari raya Idul Fitri yang diselenggarakan rutin
setiap tahunnya. Yaitu tradisi Dhandhangan dan tradisi Bulusan.

Tradisi Dhandangan yaitu tradisi yang diselenggarakan di sepanjang jalan Sunan Kudus
satu pekan sebelum awal Ramadhan. Tradisi ini merupakan warisan dari Sunan Kudus. Awal
mula terjadinya tradisi dhandhangan yaitu ketika Sunan Kudus mengumumkan awal
Ramadhan kepada para muridnya dengan memukul bedug yang berada di pelataran Masjid
Menara Kudus sehingga masyarakat sekitar mendengar pemukulan bedug tersebut yang
berbunyi ‘dang dang dang’. Sehingga peristiwa Pemukulan bedug tersebut dinamakan dengan
Dhandhangan oleh masyarakat sekitar. Seiring berjalannya waktu, masyarakat luar Kudus ikut
menyaksikan pemukulan bedug tersebut. Selain menyaksikan, ada beberapa yang menawarkan
berbagai dagangannya di pelataran Masjid Menara Kudus. Sejak saat itu, tradisi dhandhangan
identik dengan pasar malam hingga pasar rakyat yang isinya kebanyakan para pedagang yang
menjual aneka makanan dan minuman, pakaian, hiasan keramik, celengan tanah liat, kebutuhan
rumah tangga dan lain sebagainya.

Selain tradisi Dhandhangan, di Kudus juga terdapat tradisi adat istiadat dalam merayakan
Hari Raya Idul Fitri. Yaitu tradisi Bulusan. Tradisi Bulusan merupakan kegiatan peringatan
haul “bulus”. Menurut legenda, “bulus” tersebut adalah perwujudan dari dua murid Mbah
Buyut Dudo atau Joko Samudra yang disabda oleh Sunan Muria atau Raden Umar Said.

Tradisi ini diadakan di dukuh Sumber, Desa Hadipolo dan dirayakan setiap tanggal 1
Syawal sampai puncaknya tanggal 7 Syawal yang dimeriahkan dengan kirab menuju makam
Mbah Buyut Dudo dan juga dengan memberi makan bulus.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tradisi bulusan?
2. Apa yang melatarbelakangi adanya tradisi bulusan di dukuh Sumber?
3. Bagaimana tradisi Bulusan dilaksanakan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang apa itu tradisi Bulusan yang diselenggarakan di dukuh Sumber.
2. Mengetahui faktor yang melatarbelakangi adanya tradisi Bulusan yang di dukuh
Sumber.
3. Mengetahui tentang bagaimana tradisi Bulusan itu dilaksanakan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah membantu pembaca supaya dapat
melestarikan budaya berbagai macam tradisi menyambut dan menyemarakkan bulan suci
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bulusan
Tradisi Bulusan merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan di dukuh Sumber,
Desa Hadipolo. Bagi warga sekitar, tradisi ini merupakan kegiatan peringatan haul atau
lahirnya “bulus”. Menurut legenda, “bulus” tersebut adalah perwujudan dari dua murid dari
Mbah Buyut Dudo yang bernama Kumoro dan Komari yang disabda oleh Sunan Muria.

Asal muasal tradisi ini terlahir yaitu ketika Sunan Muria atau Raden Umar Said berjalan ke
arah selatan pada waktu malam hari menjelang lebaran. Beliau melihat ada warga yang masih
bekerja di tengah sawah (daud). Lantaran yang demikian itu tidak lumrah, Sunan Muria tidak
sengaja berkata kalau orang tersebut berendam di sawah seperti bulus (kura-kura). Karena
perkataan Sunan Muria itulah warga tersebut menjadi bulus. Karena merasa bersalah, Sunan
Muria segera menemui Mbah Buyut Dudo selaku tetua daerah tersebut untuk meminta maaf
karena tidak sengaja mensabda muridnya menjadi bulus. Setelah itu mereka berjalan ke arah
utara dengan membawa tongkat ‘Adem Ati’. Setibanya di suatu wilayah, Sunan Muria bersama
Mbah Buyut Dudo kemudian menancapkan tongkat tersebut ke dalam tanah dan keluar sumber
air yang mengucur deras. Beliau akhirnya memberi nama wilayah itu Sumber dan mengatakan
bahwa nantinya bulus tersebut akan diberi makan oleh warga. Sejak saat itulah tradisi bulusan
diadakan hingga sekarang.

2.2 Perayaan Tradisi Bulusan


Tradisi Bulusan ini rutin diselenggarakan setiap tahunnya yang dimulai dari tanggal 1
Syawal hingga puncaknya pada tanggal 7 Syawal. Sama seperti Dhandhangan, Tradisi ini juga
dimeriahkan dengan pasar malam yang berupa wahana permainan seperti komidi putar, perahu
kora – kora hingga rumah hantu. Dan juga dimeriahkan oleh pasar rakyat berupa bazar pakaian,
makanan, minuman, mainan dan lain sebagainya. Selain itu, pada puncak tradisi Bulusan
tanggal 7 Syawal ini ditandai dengan adanya iring-iringan kirab menuju makam Mbah Buyut
Dudo. Selain itu, pada acara puncak berlangsung warga akan memberi makan bulus yang
berada di sebelah barat makam Mbah Buyut Dudo.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tradisi Bulusan merupakan kegiatan peringatan haul atau hari lahirnya “bulus”.
Menurut legenda, “bulus” tersebut adalah perwujudan dari dua murid Mbah Buyut Dudo atau
Joko Samudra yang disabda oleh Sunan Muria atau Raden Umar Said. Tradisi ini diadakan di
dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kabupaten Kudus. Tradisi ini dirayakan setiap tanggal 1
Syawal sampai puncaknya tanggal 7 Syawal yang ditandai dengan kirab menuju makam Mbah
Buyut Dudo dan memberi makan bulus. Sama seperti dhandhangan, pada tradisi Bulusan ini
juga dimeriahkan oleh pasar malam yang berupa wahana permainan seperti komidi putar,
perahu kora – kora, hingga rumah hantu. Dan juga dimeriahkan oleh pasar rakyat berupa bazar
pakaian, makanan, minuman, mainan dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Masyarakat dan juga Pemerintah desa harus bekerja sama dalam hal melestarikan
budaya Bulusan agar anak cucu dapat terus menyaksikan budaya tersebut.

4
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. (2022, Mei 9). Kisah di Balik Tradisi Bulusan di Kudus. Retrieved from GATRA:
https://www.gatra.com/news-542771-hiburan-kisah-di-balik-tradisi-bulusan-di-kudus.html

Aji, D. U. (2022, Mei 8). Kisah Sabda Sunan Muria di Balik Tradisi Bulusan. Retrieved from
detikjateng: https://www.detik.com/jateng/berita/d-6067346/kisah-sabda-sunan-muria-di-
balik-tradisi-bulusan-kudus

TV, K. (2022, Mei 5). Mengenal Tradisi Bulusan di Kudus, saat Kura-kura Diarak Ikut Lebaran Syawal.
Retrieved from Kompas TV: https://www.kompas.tv/article/285947/mengenal-tradisi-
bulusan-di-kudus-saat-kura-kura-diarak-ikut-lebaran-
syawal#:~:text=Peristiwa%20ini%20dikenal%20dengan%20nama,makan%20bulus%20atau%
20kura%2Dkura.

Anda mungkin juga menyukai