Anda di halaman 1dari 17

Analisis Bermacam Faktor

Penyebab Murid Berangkat Terlambat

LEMBAR PENGESAHAN
Proposal “Analisis Bermacam Faktor Penyebab Murid Berangkat Terlambat”
telah disetujui dan disahkan di Jakarta pada 3 Februari 2021 oleh:

Kepala Sekolah, Pembimbing,

..... ....

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian sosial ini yang berjudul
“PENGARUH SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI
BELAJARNYA” dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Penelitian sosial ini juga merupakan salah satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XI
IPA SMA PUSAKA 1 JAKARTA di semester dua.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material dalam
proses penyelesaian penelitian sosial ini.
Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada:
Ibu Evi Mapela, selaku pembimbing penelitian sosial yang turut membantu dan membimbing
kami dalam pembuatan penelitian ini.
Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
Siswa-siswi SMA pusaka 1 serta teman-teman saya yang telah berpartisipasi sebagai
responden.
Teman-teman kelas XI IPA yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan
kritik yang membangun.
Terima kasih,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4 Manfaat penelitian ..............................................................................
1.4.1 Manfaat Bagi Siswa ............................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi Guru .............................................................................
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti .........................................................................
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah .........................................................................

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................
2.2 Kerangka Teoritis ..................................................................................

BAB III
METODOLOGI
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................
3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................
3.3 Tempat dan Waktu Pelaksana ............................................................
3.4 Populasi dan Sampel ...........................................................................
3.4.1 Populasi ...........................................................................................
3.4.2 Sampel .............................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
3.6 Teknik Analisa Data ............................................................................

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Faktor penyebab keterlambatan siswa ................................................
4.2 Sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat .................................
4.3 Solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat .....................................

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Wawancara Informan.................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat
membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan karena
banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental
melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan
pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam pembangunan bangsa
dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat membangun
dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah bagaimana
perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan berkualitas
secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat
terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya
peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya
nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus
masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai
peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan
dirasa sangat penting bagi siswa, maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa
yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri
kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di SMA Negeri
maupun Swasta di Jakarta sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan siswa yang
terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas dan
mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam
aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.15 WIB, tetapi kenyataannya
masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat
mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama
pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh
dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti
inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran
pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat
menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja
sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan sanksi
yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi ketertiban
sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah dengan
mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam
pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak
yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru BP/BK dan
kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa
keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar meliputi
penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA
YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR”

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2. Apakah sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
2. Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Siswa
1. Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah,
terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2. Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.

1.4.2 Bagi Guru


Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa terganggu
adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.

1.4.3 Bagi Peneliti


Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian terutama yang
berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke sekolah.

1.4.4 Bagi Sekolah


Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajarnya.
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK, D.J.
(1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press. Sedangkan
“sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E.
(1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press. Dan
pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J.
(1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah
“Refers to students coplying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang
dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi)
sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi
dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan
perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis ( Phsychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam
bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa
tujuan disiplin sekolah adalah:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.
3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya
serta bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan:
“School discipline has two main goals: (1) Ensure the safety of staff and students, and (2)
Create an environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of discipline, once the
need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their
actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change”.
Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk
menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam
kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin
menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi
kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis mengatakan, “Discipline
is management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena itu perlu
dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif adalah upaya
menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin
korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang
melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga
memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena pada hakikatnya tata tertib sekolah baik
yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata
tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya mampu
menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari
berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula.
Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat
menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib
sekolah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin, diantaranya
siswa datang terlambat ke sekolah.

2.2 Kerangka Teoritis


Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah
semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial
dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-
norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun
demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya
seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek pada saat
ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation),
sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant).
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering
disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
§ James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi.
§ Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku
dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§ Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
§ Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-
norma kelompok atau masyarakat.
§ Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab penyimpangan
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1. Penyimpangan primer dan sekunder
· Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer).
Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok
sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
· Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-
menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum
dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-
menerus datang terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus
menyontek pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku
menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).

2. Perilaku menyimpang menurut pelakunya

· Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan
menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya
mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya
adalah sebagai berikut:

- Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
- Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada orang-
orang.
- Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
- Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
- Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat
kepercayaan dan berlagak membela.
· Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.

Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1) Penyimpangan harus dapat didefinisikan.
2) Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5) Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan bersifat adaptif (menyesuaikan).

Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:


1. Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-
aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem
sosial.

2. Penyimpangan yang bersifat negatif.


Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang
dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial itu.
Teori-teori penyimpangan sosial:
a) Teori Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan
yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari interaksinya
dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok dan budaya.
b) Teori Labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang
karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang oleh
masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya julukan membuat pelaku
mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa
dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif. Id adalah
bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan
rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai dan norma dan
berfungsi sebagai suara hati.
c) Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan
budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut K.
Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan
yang menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme (pengunduran diri)
5) Rebellion (pemberontakan)
d) Teori Fungsi
Dikemukakan oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral
dari semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun
akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas
dan hukum dapat berkembang secara normal.
Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan dengan
pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh
masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-akar
penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan upaya untuk menghentikan atau paling tidak
menahan bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.

BAB III
METODOLOGI

3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek
yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat
nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur
penulisan yag menghasilkan data data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku
orang-orang yang diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.

3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini bertempat di bebrapa SMA yang berada di Jakarta, sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan mulai tanggal 30 Januari – 1 Februari 2021.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek
penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian.
Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo
dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi
seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau keadaan
dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan menjadi target
kesimpulan dari hasil suatu penelitian.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Mardalis
(2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang
menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain populasi
penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil
penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian
digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas XI SMA di Jakarta
yang sering datang terlambat ke sekolah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan
metode wawancara. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut
pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara
peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini
pewawancara menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka
mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi
mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based
interview can be seen as a situation where the interview-interviewee interaction on a task is
regulated by a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that potentially ‘data rich’
environment this afforded would provide the best context for assesistry and probing for
presence of three models of thinking (mathematical knowledge, contextual knowledge and
strategic knowledge) both before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan
bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang
diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah diberikan
kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer yang
terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data


Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca,
dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman
yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu
kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil
membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan
data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil
sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis
data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud
pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi,
artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan
pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori substantif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan di
beberapa SMA yang ada di Jakarta. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “dampak siswa
yang terlambat sekolah terhadap prestasi belajar’. Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan peneliti, peneliti melakukan wawancara sebagai metode penelitian utama secara
mendalam kepada siswa-siswi yang berada di Jakarta.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab


keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta solusi
dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas
data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Dengan metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar
pertanyaan penelitian.

Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
No Hari/Tanggal Nama Siswa Kelas/Sekolah
1 Sabtu / 30 Januari 2021 Rasyiqa Zatalini XI IPS/ SMAN 54 Jakarta
2 Sabtu / 30 Januari 2021 Ananda Ashita XI IPS/ SMAN 54 Jakarta
3 Minggu / 31 Januari 2021 Nantika Anabella XI IPA/ SMA Pusaka 1
4 Minggu / 31 Januari 2021 Putri Sasna XI IPA/ SMA Pusaka 1
5 Senin / 1 Februari 2021 Rafael Ilyas XI/ SMK 26 Jakarta

(Sumber: Arsip peneliti,2021)


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara, maka pembahasan
dari hasil penelitian sebagai berikut:

4.1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa


Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa SMA di beberapa
sekolah di Jakarta masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah yang dimajukan
15 menit lebih awal menjadi pukul 7.15, dari yang awalnya siswa-siswi masuk sekolah pukul
7.30 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti jarak dari rumah
ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor bocor, dan
berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai yang dikatakan
oleh syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor bocor serta belum
ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat ke
sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan Marshitoh bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya
main hp, dengerin lagu atau menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya
datang terlambat karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman
untuk pergi bareng”.

4.2. Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat


Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa SMAN maupun SMAS
yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari dikurung di luar pagar, mengisi buku
hukum, berdiri di lapangan voli, mencabut rumput, mengutip sampah yang ada di pekarangan
sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang tuanya datang ke
sekolah.

4.3. Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat


Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan yang
umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa saja
menjadi buyar.

Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi
siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1. Adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2. Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya sendiri
juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak
terlambat.
4. Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu.
Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak
adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat pada
waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa
SMA Negeri maupun SMA Swasta di Jakarta masih rendah. Hal ini dikarenakan masih ada
saja siswa yang terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti
tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat,
diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun
kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa
ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat, mulai
dari sanksi yang ringan seperti mencabut rumput, mengambil sampah yang bertebaran di
pekarangan sekolah dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu
dipulangkan dan pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum
sepenuhnya mampu untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat
semakin sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran tentang
materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata
pelajaran jam pertama.

B. Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu
siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku
yang salah;

DAFTAR PUSTAKA

· www.google.com
· Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.
· Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta :
Penerbit Ita.
· Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
· Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
· Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
· Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
· Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
· Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
· Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
· STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley
Press
· WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions,
Cambridge University Press
· WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford
University Press

Anda mungkin juga menyukai