Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk
dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Perlu diketahui bahwa di MAN 2 Blitar sudah mempunyai tata tertib yang akan
mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat
haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi
datang ke sekolah.
Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 06.45 WIB, tetapi
kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang
terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam
pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh
dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti
inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran
pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat
menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja
sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan
sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi
ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2. Apakah sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
2. Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat
D. Manfaat Penelitian
a) Bagi siswa
1. Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah,
terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2. Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
b)Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa
terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.
c) Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian
terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke sekolah.
d) Bagi Sekolah

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 1


Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajarnya.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 2


BAB II

KERANGKA PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah
Refers to students coplying with a code of behavior often known as the school rules. Yang
dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.
3. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya
serta bagi lingkungannya.
Dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin
preventif adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku. Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi
peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki
dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena pada hakikatnya tata
tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto,
1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata
tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya
mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.Dalam kaitan ini guru
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal
dari berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang
berbeda pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut
agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara
optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib
sekolah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin,
diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 3


B. Kerangka Teoritis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi
(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut
devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk
interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang
berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau masyarakat.
Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:


1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation, sebab-sebab


penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:


1. Penyimpangan primer dan sekunder
o Penyimpangan sosial primer

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 4


Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara
(temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima
oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma
umum.
o Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan
secara terus-menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para
pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang.
Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus datang terlambat ke sekolah atau
seorang siswa SMA yang terus menerus menyontek pekerjaan temannya di kelas.
Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku menyimpang sekunder tidak
diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).
2. Perilaku menyimpang menurut pelakunya
o Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah
mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Orang seperti itu biasanya mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat
mengendalikan dirinya. Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai
dengan kadar panyimpangannya adalah sebagai berikut:
Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua
agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada
orang-orang.
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku.
Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-
norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata
bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
o Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada
norma kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan.
2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6. Penyimpangan bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:
a. Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai
dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak
positif terhadap sistem sosial.
b. Penyimpangan yang bersifat negatif.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 5


Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-
nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu
sistem sosial itu.

Teori-teori penyimpangan sosial:


a. Teori Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber
dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku
menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang
asal, kelompok dan budaya.
b. Teori Labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi
menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan
pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya
julukan membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
c. Teori psikologi
Dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa
dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif.
Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat
sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai dan
norma dan berfungsi sebagai suara hati.
d. Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan
antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya
tersebut. Menurut K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara
yang wajar sampai dengan yang menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme (pengunduran diri)
5) Rebellion (pemberontakan)
6) Teori Fungsi
e. Dikemukakan oleh Emile Durkheim.
Yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari semua anggota
masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun akan
selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas
dan hukum dapat berkembang secara normal.
f. Dalam perspektif sosiologi.
Kajian perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan dengan pelanggaran
terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh
masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-
akar penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan upaya untuk menghentikan atau
paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 6


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di MAN 2 Blitar, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan
mulai tanggal 21 Februari 2017 s/d 27 Februari 2017.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden. Jenis penelitian pada
penelitian menggunakan library research.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang telah ada sebelumnya sehingga tidak perlu terlibat langsung di
lapangan/objek yang diteliti.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif ini menggunakan teknik dokumentasi.
E. Teknik Analisa Data
Proses analisis data dimulai dari pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian dengan tahapan pada penelitian kualitatif yaitu:
Proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 7


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan
di MAN 2 Blitar. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai dampak siswa yang terlambat
sekolah terhadap prestasi belajar di MAN 2 Blitar. Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan peneliti, peneliti melakukan dokumentasi sebagai metode penelitian utama secara
mendalam kepada siswa-siswi di MAN 2 Blitar.
Dokumentasi yang dilakukan adalah dokumentasi tentang seputar faktor-faktor
penyebab keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta
solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan
membahas data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari
hasil pendokumentasian.
A. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil dokumentasi yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa MAN 2
Blitar masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah yang dimajukan 15 menit
lebih awal menjadi pukul 06.45 WIB, dari yang awalnya siswa-siswi masuk sekolah pukul
7.00 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti jarak
dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor
bocor, dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai dengan
alasan siswa bahwa saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor bocor serta belum
ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat
ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini
sesuai dengan alasan bahwa Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin
lagu atau menonton tv. Ataupun alasan seperti saya datang terlambat karena rumah saya
jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman untuk pergi bareng.

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 8


B. Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat
Dari hasil observasi yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa MAN 2 Blitar yang
terlambat ada bermacam-macam, mulai dari berdoa di depan kantor guru, mengisi buku
hokum dan pengurangan poin, tidak boleh masuk kelas selama satu jam pelajaran , sampai
membaca Al-Quran sebanyak satu juz .
C. Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan
yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa
saja menjadi buyar.
Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk
mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1. Adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2. Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya
sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak
terlambat.
4. Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu.
Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila
tidak adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah
tepat pada waktunya.

BAB V

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 9


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan
siswa MAN 2 Blitar masih rendah. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang terlambat
setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam
alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal
jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan
seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran
pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat,
mulai dari sanksi yang ringan seperti membaca doa di depan kantor guru , mengisi buku
hokum dan pengurangan poin dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat
yaitu dipulangkan dan pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut
belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa
terlambat semakin sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena
dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran
tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada
mata pelajaran jam pertama.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu
siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku
yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 10


www.google.com
Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.
Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta :
Penerbit Ita.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison Wesley Press
WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge
University Press
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University
Press

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 11


LAMPIRAN

Nama : Tini Dwi Purwaningsih

Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 10 Juni 1999

Alamat : RT/RW 05/01 Sei Bahar XXII , Kec. Bahar Selatan Kab.
Muara Jambi, Jambi.

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 215/IX Muara Jambi


2. SMP Islam AL-Arief Muara Jambi
3. MAN 2 Blitar

Hobi : Membaca

Nama : Siti Mudawamah

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 12


Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 20 Agustus 1998

Alamat : RT/RW 03/07 Sumberagung, Kec. Gandusari Kab. Blitar.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharma Wanita Sumberagung


2. SDN Sumberagung 02
3. MTs. Negeri Gandusari
4. MAN 2 Blitar

Hobi : Menggambar

MAN 2 Blitar 2016/2017 | 13

Anda mungkin juga menyukai