Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan
keterampilan manusia lebih terasa dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan yang
makin kompleks. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa Sekolah
berusaha untuk menerapkan tata tertib sekolah dalam upaya membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat serta mencetak generasi-generasi penerus bangsa sesuai
dengan kepribadian manusia Indonesia yang berlandasarkan Pancasila melalui pendidikan.
Dalam hal ini Sekolah berusaha menerapkan kedisiplinan peserta didik dari awal seorang
anak masuk dalam dunia pendidikan formal. Syahir (2003:91) menyatakan bahwa: Disiplin
sangat penting dalam perkembangan moral. Melalui disiplin anak belajar berprilaku sesuai
dengan kelompok sosialnya, anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima.
Disiplin Sekolah menurut Foerster (dalam Syahir, 2003:234) adalah ukuran bagi tindakan-
tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan
berjalan lancar dan tidak terganggu.
Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasa adalah latihan ingatan dan watak untuk
menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi
arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan
tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung
jawab tanpa paksaan dari siapapun (Ays Mas’udi, 2000:34).
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan peserta didik remaja pada akhir-akhir
ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti kehidupan sexs bebas, keterlibatan
dalam narkoba, geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya,
yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di
lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah
masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan
pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemajakan, pencurian
dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan
upaya pencegahan dan penanggulangannya dan disinilah arti penting disiplin sekolah.

1
Disiplin peserta didik terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah
satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi disiplin siswa. Di sekolah seorang
peserta didik berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan,
perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh peserta
didik dapat meresap masuk begitu ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang
melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap disiplin yang ditampilkan guru tersebut
pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan peserta didik di sekolah.
Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di Sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di Sekolahnya, dan setiap peserta didik
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
Sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan peserta didik terhadap berbagai aturan dan tata tertib
yang berlaku di Sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib,
dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku peserta didik disebut
disiplin sekolah. Disiplin Sekolah adalah usaha untuk memelihara perilaku peserta didik agar
tidak menyimpang dan dapat mendorong peserta didik untuk berprilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolah.
Hadir di sekolah merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana dalam
mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Namun pada
kenyataannya masih terdapat banyak peserta didik yang enggan melakukannya tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan peserta didik kurang
memahami dan menyadari statusnya sebagai peserta didik serta arti tujuan hidupnya
Penyimpangan kedisplinan bukan semata-mata karena peserta didik itu sendiri
melainkan juga dari peran guru, dalam hal ini Guru sebagai guru yang mengajarkan tentang
kedisiplinan siswa. Guru dituntut harus bekerja keras untuk meningkatkan kedisiplinan siswa,
guru harus menekankan nilai-nilai kedisplinan pada setiap siswa. Secara umum kedisiplinan
sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan suatu Sekolah, dan secara lebih khusus
kedisiplinan juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik karena menyangkut
minat belajarnya.
Kedisiplinan di lingkungan SMK Negeri 1 Kademangan masih rendah, di antaranya;
peserta didik datang terlambat ke sekolah, pulang lebih cepat sebelum waktunya, asyik
bermain HP pada jam belajar, tidak menghormati guru, perserta didik perempuan mengenakan
perhiasan dan make up berlebih, merokok dalam lingkungan sekolah, berada di kantin pada
saat pelajaran berlangsung, dan lain-lain.
2
Pelanggaran disiplin yang dilakukan, menjadikan peserta didik tidak serius mengikuti
proses pembelajaran di sekolah bahkan peserta didik tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Peserta didik lebih sering melakukan perbuatan-perbuatan menyenangkan
yang melanggar disiplin, sehingga motivasi untuk belajar hilang. Dampak dari semua itu
adalah hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. Bahkan data alumni peserta didik
SMK Negeri 1 Kademangan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik yang
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri tidak lulus seleksi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka perlu tindakan nyata untuk mengetahui hal-
hal yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin serta peran guru dalam pembinaan disiplin.
Sehingga diharapkan akan diperoleh cara caya yang baik untuk mencegah dan membina
disiplin peserta didik SMK Negeri 1 Kademangan. Oleh karena itu agar tujuan tersebut dapat
tercapai secara optimal maka diperlukan adanya kesadaran bagi setiap siswa-siswi untuk
mematuhi setiap aturan yang berlaku. Hal ini sangat dibutuhkan karena dengan kepatuhan
terhadap peraturan inilah yang akan menimbulkan disiplin dalam diri setiap siswa-siswi.
Kemudian berdasarkan visi dan misi SMK Negeri 1 Kademangan yaitu: Visi “Menjadi
Sekolah Yang Unggul Dalam Prestasi, Terampil, Berkarakter, Berdaya Saing Berlandaskan
Iman dan Taqwa Serta Berwawasan Lingkungan”, Misalnya yaitu: (1) sebagai sarana belajar
yang efektif dan efisien, (2) kerjasama dengan orang tua, masyarakat, (3) menyelenggarakan
ekstrakulikuler sebagai modal pengembangan bakat peserta didik dan bekal keterampilan
hidup, (4) menumbuhkan semangat belajar dan semangat untuk melanjutkan sekolah.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi seluruh warga sekolah untuk mematuhi tata tertib.
Apabila terdapat pelanggaran terhadap tata tertib maka sudah seharusnya pihak sekolah
menanganinya secara serius demi terwujudnya visi dan misi SMK Negeri 1 Kademangan itu
sendiri. Penanaman disiplin merupakan bagian yang sangat penting dari tugas sekolah, hal ini
dikarenakan sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak sebagai peserta didik selain
memperoleh pendidikan formal juga memperoleh penanaman nilai moral. Agar penanaman
nilai moral dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik maka di setiap sekolah
pasti terdapat tata tertib atau peraturan yang mengatur pergaulan atau tindakan dalam
lingkungan sekolah tersebut, jadi setiap warga sekolah wajib melaksanakan ketentuan yang
terdapat di dalam tata tertib sekolah secara tanggung jawab dan penuh kesadaran. Namun
demikian sekarang ini banyak sekali terdapat pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh para
siswa.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk pelanggaran tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1
Kademangan?
2. Bagaimana bentuk pembinaan tatatertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1
Kademangan yang dilakukan oleh Guru?
3. Bagaimana peranan Guru dalam pembinaan disiplin dan tata tertib peserta didik SMK
Negeri 1 Kademangan ?

1.3. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri
1 Kademangan
2. Untuk mengetahui bentuk pembinaan tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1
Kademangan yang dilakukan oleh Guru
3. Untuk mengetahui peranan Guru dalam pembinaan tata tertib dan disiplin peserta didik
SMK Negeri 1 Kademangan

1.4. Manfaat
Penelitian diharapkan bermanfaat, baik untuk penulis, orang lain, maupun untuk
perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan penulis
sebagai guru berkaitan dengan pembinaan disiplin siswa.
2. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi para peserta
didik agar tidak melanggar tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan.
3. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para guru SMK Negeri 1
Kademangan untuk mencegah pelanggaran disiplin dan lebih mengintensifkan pembinaan
disiplin.

4
4. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi SMK Negeri 1 Kademangan sehingga lebih
meningkatkan peran guru dalam pembinaan disiplin siswa.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Disiplin


Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan
belajar mengajar. Dalam bahasa Inggris “disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar
di bawah pengawasan seorang pemimpin. Sehingga dapat diartikan merupakan kegiatan
belajar untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin.
Disiplin dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2003 ada tiga
makna: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib,
dst); (3) bidang studi yang memiliki objek sistem dan metode tertentu. Dari ketiga makna
tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya
dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
(Hadisaputro, 2003: 4).
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang diberlakukan bagi
dirinya sendiri. (Lemhanas 1997:12).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa disiplin adalah suatu sikap
mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan
penuh kesadaran dan bertanggung jawab.

2.2. Macam-macam Disiplin


Menurut Samsudin (2006:85) disiplin dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kedisiplinan pribadi yaitu kerelaan untuk mematuhi peraturan pada setiap individu.
b. Kedisiplinan sosial yaitu sikap mental masyarakat untuk memenuhi tugas kewajiban
masing-masing secara taat dan sadar.
c. Kedisiplinan nasional yaitu kesadaran dan ketaatan setiap warga Negara untuk
melaksanakan norma-norma atau peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berbagai macam disiplin menuntut orang yang bersangkutan bertanggungjawab dengan
kepatuhan terhadap keputusan, perintah atau perlakuan yang diberlakukan bagi suatu sistem
dimana ia berada. Seseorang yang dalam hatinya telah tertanam kedisiplinan akan terdorong
untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang
berlaku dimana ia berada. Sikap dan perbuatan yang selalu taat pada peraturan yang berlaku

6
tersebut merupakan perwujudan dari perilaku disiplin, jadi perilaku disiplin akan menyatu
dengan seluruh aspek kepribadian seseorang.

2.3. Unsur-unsur Disiplin


Menurut Hurlock (1990: 84-91) ada beberapa unsur disiplin yaitu sebagai berikut:
a. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk perilaku. Pola tersebut dapat ditetapkan
oleh guru dan sebagainya, tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman
perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah, sekolah dalam situasi tertentu.
b. Hukuman
Hukuman menurut para ahli pendidikan dipandang mempunyai tiga peranan penting
dalam membantu anak menjadi insan bermoral, fungsinya yaitu:
a) Fungsi pertama adalah menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan
tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
b) Hukuman mempunyai fungsi mendidik, yakni menyadarkan anak bahwa setiap
perbuatan itu mempunyai konsekuensi.
c) Hukuman mempunyai fungsi memberi motivasi anak untuk menghindari
kesalahan.
c. Penghargaan
Penghargaan yang diberikan orang tua kepada anak-anak sebenarnya tidak perlu selalu
berupa materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata, pujian, senyuman, tepukan punggung
dan sebagainya.
d. Konsisten
Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan, konsisten harus menjadi ciri
semua aspek disiplin. Harus ada konsisten dalam peraturan, hukuman dan juga
penghargaan, supaya anak tidak bingung, kalau tidak konsisten anak tidak dapat tahu
mana yang baik dan benar (boleh dilakukan) dan mana yang salah (tidak boleh
dilakukan).

2.4. Faktor-faktor Disiplin


Tu’u (2004: 48-50) menyebutkan bahwa,ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai
berikut:

7
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan
dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya
disiplin.
b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-
peraturan yang mengatur perilaku individunya.
c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik
kehidupan sehari-hari, maka disiplin akan terbentuk dalam diri seseorang. Pembiasaan
disiplin di sekolah, dengan aturan yang dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya
dipatuhi secara sadar untuk kebaikan, bisa berkembang menjadi kebiasaan yang berpengaruh
positif bagi kehidupan peserta didik di masa depan.

2.5. Tujuan Disiplin


Muliadi (2009:39) mengemukakan bahwa kedisiplian memiliki dua tujuan, yaitu
memberi kenyamanan pada para peserta didik dan staf (guru) serta menciptakan lingkuangan
yang kondusif untuk belajar. Disiplin mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap suatu
peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu. Disiplin mempunyai
tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia
dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.
Muliadi (2009:45) berpendapat bahwa tujuan disiplin adalah perkembangan dari
pengembagan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.
Disiplin adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar
orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya disiplin diharapkan anak didik
mendisiplikan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan lancer dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak
didik perlu dibimbing dan ditunjukan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana
peraturan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah memberi
kenyamanan pada para peserta didik dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan
diri sendiri tanpa pangaruh atau kendali dari luar.
8
2.6. Bentuk-bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa
Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada peserta didik di sekolah
sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan
setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka peserta didik akan terbiasa
berdisiplin. Namun kenyataannya harapan guru agar peserta didik menaati segala tata tertib
sekolah sebagai bentuk disiplin malah lebih banyak dilanggar oleh siswa.
Pelanggaran disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dari persoalan perilaku negatif siswa.
Perilaku negatif yang terjadi di kalangan peserta didik remaja antara lain: kehidupan sex
bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah
kriminal lainnya.
Di lingkungan sekolah, pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sering
ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran
tingkat tinggi, seperti: bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku lainnya.

2.7. Bentuk-bentuk Pembinaan Disiplin


Tujuan pembinaan disiplin bagi peserta didik yang melanggar peraturan dan tata tertib
sekolah adalah memperbaiki dan mendidik peserta didik yang melakukan pelanggaran
disiplin. Menurut Mangkunegara (2011:131), tindakan yang dapat dilakukan dalam
pembinaan disiplin adalah:
1. Pemberian Peringatan
Peserta didik yang melanggar disiplin perlu diberikan peringatan. Tujuan pemberian
peringatan adalah agar peserta didik yang bersangkutan menyadari pelanggran yang telah
dilakukannya. Di samping itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan
pertimbangan penilaian siswa.
2. Pemberian Sangsi
Peserta didik yang melanggar disiplin harus diberikan sanksi yang sesuai dengan
peraturan sekolah yang berlaku. Tujuannya, agar peserta didik yang bersangkutan
memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di sekolah. Pemberian sanksi kepada peserta
didik yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini bertujuan agar peserta didik sadar dan
menghargai peraturan-peraturan yang berlaku pada sekolah. Pemberian sanksi
pelanggaran disiplin harus tidak membedabedakan siswa, pria-wanita, tetap diberlakukan
sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar peserta didik menyadari
9
bahwa disiplin berlaku untuk semua peserta didik dengan sanksi pelanggaran yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku di sekolah.
3. Teladan
Dalam menentukan disiplin peserta didik maka guru dijadikan teladan dan panutan oleh
para siswanya. Guru harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil,
serta sesuai kata dengan perbuatan. Guru harus menyadari bahwa perilakunya akan
dicontoh dan diteladani oleh para siswanya.
4. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis antara peserta didik dan guru ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu sekolah. Guru harus berusaha menciptakan suasana
hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara
semua siswanya.

2.8. Tugas dan Peran Guru


Peran yang diharapkan dari guru adalah: korektor, inspirator, informatory, organisator,
motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, supervisor dan
evaluator (Djamarah, 1999:75). Peran guru dalam proses belajar mengajar yang dianggap
paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Guru sebagai demonstrator
b) Guru sebagai pengelola kelas
c) Guru sebagai mediator dan fasilitator
d) Guru sebagai evaluator (Usman, 2004:23)
Guru juga memiliki banyak tugas baik yang terikat dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk
pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yakni: tugas dalam bidang
profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
a. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sedangkan melatih artinya mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada siswa
b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia manjadi idola
bagi para siswanya. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik maka ia
tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya kepada para siswanya.

10
c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Masyarakat menempatkan guru pada tempat
yang lebih terhormat di lingkungannya kerena dari seorang guru diharapkan masyarakat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
peran guru adalah sebagai berikut :
a. Guru sebagai pendidik artinya guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus
menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berwibawa, mandiri dan disiplin.
b. Guru sebagai pengajar artinya di dalam tugasnya guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya.
c. Guru sebagai pembimbing artinya diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggung jawab, sebagai
pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas dalam menetapkan jalan yang
harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
d. Guru sebagai pengarah artinya guru sebagai seorang pengarah bagi peserta didik bahkan
sebagai orang tua. Guru harus mampu mengarahkan peserta didik dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil
keputusan dan menemukan jati dirinya.
e. Guru sebagai pelatih artinya proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak
sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar
sesuai dengan kompetensi masing-masing siswa.

2.9. Peran Guru Dalam Pembinaan Disiplin Siswa


Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan
memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa.
Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

11
Berkaitan dengan pembinaan disiplin, Syahir (2003:39) menjelaskan bahwa guru
memiliki peran dalam membina peserta didik agar terhindar dari pelanggaran disiplin. Peran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketaqwaan peserta didik dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
2. Mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian anak didik
dalam kelasnya
3. Mengetahui dan meningkatkan kehadiran anak didik setiap hari
4. Mengetahui dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak didik dalam
kelasnya (tentang pelajaran, status sosial/ekonomi, dan lain-lain)
5. Membimbing dan menilai tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah
6. Mengambil tindakan terhadap peserta didik bila dianggap perlu
7. Melakukan pemberitahuan, pembinaan, dan pengarahan tentang anak didiknya kepada
kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru-guru yang lain
8. Memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP,
Kepala Sekolah, dan Orang Tua peserta didik
9. Memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan peserta didik
10. Memberikan Teladan yang baik kepada peserta didik

12
BAB III
PEMBAHASAN

Bentuk pelanggaran disiplin peserta didik yang sering terjadi di SMK Negeri 1
Kademangan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan atau mengoperasikan gadget atau handphone selama proses belajar
mengajar.
SMK Negeri 1 Kademangan merupakan salah satu sekolah yang melarang peserta didik
mengoperasikan HP selama proses belajar mengajar berlangsung dengan maksud agar
peserta didik tidak terganggu konsentrasinya pada saat belajar mengajar.
Namun masih banyak peserta didik yang dengan sengaja dan sadar membawa dan
menggunakan HP pada saat proses belajar mengajar berlangsung hanya sekedar untuk
menggunakan sosial media, chatting maupun browsing yang tidak ada hubungannya
dengan materi belajar. Peserta didik sering menyimpan HP di tempat pensil, di dalam
buku, di dalam kaos kaki.
2. Terlambat datang di sekolah
Masih banyak peserta didik yang sering datang terlambat dengan berbagai alasan. Bahkan
ada peserta didik yang selalu terlambat walaupun jarak tempat tinggalnya dekat dengan
sekolah. Karena terlambat datang tentu saja peserta didik akan terlambat masuk kelas dan
mengikuti pelajaran, yang mengakibatkan peserta didik akan tertinggal materi pelajaran.
3. Tidak menghormati guru
Beberapa tindakan yang mencerminkan sikap peserta didik yang tidak menghormati guru
di lingkungan SMK Negeri 1 Kademangan adalah peserta didik jarang menyapa guru
yang berpapasan dengan mereka, tidak menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara
dengan guru, menirukan gaya bicara maupun gaya berjalan guru, menyindir guru melalui
media sosial.
4. Meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir (Bolos)
Sering terjadi peserta didik dengan alasan izin kepada guru kelas dan satpam ke kantin,
izin ke UKS atau izin ke kamar mandi, namun ternyata peserta didik tersebut justru
meninggalkan sekolah dan tidak kembali sampai jam pelajaran sekolah berakhir.
5. Mengenakan make up berlebih (bagi peserta didik perempuan)

13
Karena SMK Negeri 1 Kademangan memiliki peserta didik yang mayoritas putri (hampir
93%), sementara banyak peserta didik yang datang ke sekolah pagi-pagi sekali, maka
siswi yang mengenakan make up berlebih sering luput dari pengawasan guru. Siswi-siswi
tersebut pun sering berada di dalam kelas walaupun jam istirahat karena takut dandanan
mereka diketahui guru. Bahkan saat menerima pelajaran pun sikapnya cenderung
menunduk dan menutupi wajah mereka dengan jilbabnya, agar dandanannya tidak terlihat
oleh guru.
Menyikapi tingginya pelanggaran disiplin peserta didik SMK Negeri 1 Kademangan,
maka sekolah selalu mengkaji ulang tata tertib peserta didik bersama dengan perwakilan
siswa, guru BP, guru kelas dan pihak komite sekolah untuk dapat merumuskan aturan dan tata
tertib yang dapat diterapkan guna meningkatkan dan menjaga sikap disiplin peserta didik
SMK Negeri 1 Kademangan. Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model,
pembimbing dan pengarah anak dalam berperilaku yang baik yang diterima lingkungannya.
Selain penerapan aturan dan tata tertib sekolah, ada beberapa kegiatan dan upaya yang
dilakukan oleh guru dalam membina dan meningkatkan sikap disiplin peserta didik SMK
Negeri 1 Kademangan, yaitu sebagai berikut:
1. Memberi contoh dan menunjukkan sikap teladan
Untuk membina peserta didik agar bersikap disiplin, guru dituntut untuk terlebih dahulu
memberikan contoh dan teladan seperti, datang tepat waktu, memulai pelajaran tepat
waktu, berpakaian dan berdandan yang sopan dan rapi serta tidak berlebihan, tidak
membawa atau mengoperasikan HP selama memberikan pelajaran, dan bersikap dan
bertutur kata yang sopan dan baik kepada siswa.
2. Memberi peringatan atau teguran
Guru harus memahami dan mengetahui perilaku dan apa saja yang terjadi pada peserta
didik di dalam kelas maupun lingkungan sekolah, sehingga jika ada peserta didik yang
ketahuan melakukan pelanggaran aturan dan tata tertib yang berlangsung, guru
berwenang dan wajib memberi peringatan dan teguran terhadap peserta didik yang
melanggar tersebut. Teguran yang diberikan sebaiknya tidak membeda-bedakan yang
satu dengan yang lain, baik peserta didik yang diajarnya maupun yang tidak diajarnya di
SMK Negeri 1 Kademangan.
3. Memberi sanksi atau hukuman
Berkaitan dengan tindakan guru untuk memberikan sanksi kepada siswa-siswi SMK
Negeri 1 Kademangan yang melanggar aturan di lingkungan sekolah, jika pelanggaran
disiplin ringan maka guru langsung memberikan teguran lisan, namun jika peserta didik
14
melakukan pelanggaran disiplin berat maka guru melaporkan kepada guru BP, apabila
pelanggaran sudah dilakukan berulang kali, maka guru mengadukan kepada wali kelas,
wali kelas mengundang orang tua peserta didik untuk membicarakan dengan pihak
sekolah pola pembinaan disiplin anak di lingkungan rumah, masyarakat, dan sekolah.
4. Memberi reward kepada peserta didik yang disiplin
Tindakan memberikan reward atau penghargaan kepada peserta didik yang disiplin
diharapkan dapat memberikan motivasi kepada peserta didik lain untuk semakin
meningkatkan kedisiplinannya.
5. Sering memberikan motivasi tentang kedisiplinan
Berkaitan dengan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengertian tentang manfaat
kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan bermasyarakat, guru harus
pro aktif menyampaikan kepada peserta didik manfaat dari kedisiplinan, setiap peserta
didik melanggar guru memberikan teguran lisan tentang pelanggaran itu dan
menyampaikan pentingnya mematuhi aturan.
Berikut peranan guru dalam pembinaan disiplin peserta didik di SMK Negeri 1
Kademangan:
1. Meningkatkan ketaqwaan peserta didik dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Tujuan dari peningkatan ketaqwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
pembinaan disiplin. Sehingga peserta didik yang taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian, dan
kedisiplinan peserta didik
Pembinaan disiplin sebenarnya yang didahulukan adalah tindak moral, yaitu melatih
peserta didik untuk bertingkah laku menurut ukuran-ukuran lingkungan di mana ia hidup
sesuai dengan umur yang dilaluinya. Setelah peserta didik terbiasa bertindak sesuai yang
dikehendaki oleh aturan-aturan moral dan kecerdasan serta kematangan berpikir telah
tercapai maka pembinaan disiplin akan berkembang dalam kehidupan bermasyarkat.
Selain itu pembinaan disiplin yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kademangan adalah
dengan kegiatan kesamaptaan yang diberikan sebanyak 3 kali bagi siswa kelas sepuluh
yang berlangsung selama 3 hari dan bekerjasama dengan unsur TNI.
3. Mengetahui dan meningkatkan kehadiran anak didik setiap hari
Upaya mengatasi masalah ketidakhadiran peserta didik yang bersumber dari faktor
keluarga tentu saja sangat membutuhkan peran dan keterlibatan dari keluarga itu sendiri
15
untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Namun apabila faktor penyebabnya
diduga dari dalam diri siswa, maka layanan konseling perorangan atau bantuan individual
tampaknya bisa dijadikan sebagai sebuah pilihan.
Oleh karena itu, dalam upaya membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
kehadirannya di sekolah, maka guru atau konselor seyogyanya dapat memahami latar
belakang dan faktorfaktor penyebab ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah
yang sebenarnya. Dengan demikian, upaya pengentasan ketidakhadiran peserta didik ini
tidak terjebak pada penyelesaian yang bersifat simptomik.
4. Mengetahui dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak didik dalam
kelasnya (tentang pelajaran, status sosial/ekonomi, dan lain-lain)
Guru harus mampu memberi pengertian kepada peserta didik untuk mengatur
kegiatannya di rumah ataupun di sekolah. Mengingatkan kepada peserta didik bahwa
suatu kemampuan belajar haruslah dikembangkan, dan memotivasi peserta didik agar
mengoptimalkan belajar sehingga prestasi tidak akan menurun, dan kemungkinan prestasi
akan bisa terus dipertahankan juga semakin meningkat. Mengusahakan peserta didik
untuk sering bertemu dan belajar bersama dengan orang yang dipercaya dan mengerti
keadaan siswa, dan interaksi sosial peserta didik tidak akan terpuruk serta berkembang
secara teratur. Mengusahakan peserta didik untuk bisa terbuka kepada orang tua ataupun
guru pembimbing agar jika peserta didik mengalami masalah. Menciptakan kedisiplinan
kepada anak, orang tua atau pun guru pembimbing dapat menciptakan disiplin dalam
belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Kerjasama dengan
orang tua, orang tua hendaknya memberikan perhatian yang penuh kepada siswa, agar
dapat menambah semangat siswa, untuk belajar lebih baik lagi, meskipun keadaan orang
tua kurang harmonis. Orang tua hendaknya memberikan semangat kepada peserta didik
agar selalu giat belajar. Orang tua harus selalu mengingatkan kepada peserta didik untuk
memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar.
5. Membimbing dan menilai tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah
Upaya meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan peserta didik merupakan
tanggung jawab wali kelas dan orang tua siswa. Peran orang tua sangat dibutuhkan pada
saat peserta didik telah pulang dari sekolah. Kerja sama Guru dan orang tua peserta didik
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa.
6. Mengambil Tindakan Terhadap Peserta didik Bila Dianggap Perlu

16
Pembinaan disiplin di SMK Negeri 1 Kademangan berjalan dengan baik. Guru telah
menjalankan peran yang sesuai dengan peraturan sekolah. Hukuman yang diberikan
menimbulkan efek positif bagi perkembangan moral siswa.
7. Melakukan Pembinaan dan Pelimpahan Masalah Peserta didik Kepada Kepala Sekolah,
Orang Tua Siswa, dan Guru-Guru Lain
Guru telah melibatkan kepala sekolah dan orang tua peserta didik dalam pengembangan
moral peserta didik di SMK Negeri 1 Kademangan. Pertemuan antara Guru, kepala
sekolah, dan orang tua peserta didik akan memberikan informasi tentang perkembangan
moral anak di sekolah, lingkungan rumah, dan lingkungan masyarakat.
8. Memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala
Sekolah, dan Orang Tua siswa
Pembinaan disiplin peserta didik dapat dilakukan dengan baik, jika semua komponen
sekolah dan orang tua peserta didik saling bekerja sama satu sama lain untuk
memecahkan setiap persoalan yang muncul dalam perkembangan moral anak. Surat
peringatan sangat penting artinya baik sebagai informasi maupun sebagai sanksi pada
peserta didik yang melakukan pelanggaran.
9. Memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa
Memberikan perhatian secara personal kepada peserta didik sebagaimana seorang sahabat
mutlak dan perlu dilakukan seorang guru. Kegiatan ini bisa saja disisipkan diawal
pembelajaran dengan cara menyapa siswa, memberikan pujian, menanyakan kondisi
kesehatan siswa, dan hal-hal personal lainnya sehingga peserta didik merasa
mendapatkan perhatian. Bila suasana dirasa kondusif, guru bisa memulai mengajarkan
materi yang akan disampaikan. Dalam proses pembelajaran, guru tidak mesti
menjelaskan seluruh materi dan mengesampingkan keterlibatan siswa. Guru cukup
mengurai kerangka materi yang akan dibahas lalu memberikan porsi yang cukup kepada
peserta didik untuk ikut terlibat di dalam pembahasan materi.
Pola hubungan guru dan peserta didik sebagai sahabat sangat membantu guru dalam
memberikan berbagai penugasan yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar.
Tugas tidak akan dimaknai sebagi beban, tetapi menjadi sebuah kegiatan yang
menyenangkan. Peserta didik akan memiliki motivasi yang tinggi dalam mengerjakan
berbagai tugas yang diberikan bila mereka memahami bahwa tugas itu dilakukan untuk
meningkatkan kemampuannya.
10. Memberikan Teladan yang Baik Kepada Siswa

17
Pendidik yang jadi dambaan adalah guru yang dapat berpenampilan baik, selalu
mencerminkan akhlak mulia, adil, sopan, kasih sayang, ramah tamah, rendah hati,tidak
menganggap remeh dan rendah orang lain, cerdas dan profesional dalam menyampaikan
materi pembelajaran, dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik, sehingga
peserta didik bergairah dalam belajar dan termotivasi dengan sendirinya. Jadi keteladanan
guru adalah sesuatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya. Guru
disini juga dapat disebut sebagai subjek teladan atau orang yang diteladani oleh peserta
didiknya.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas maka dapat dsimpulkan bahwa:
1. Bentuk pelanggaran tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1 Kademangan
adalah sebagai berikut: Menggunakan atau mengoperasikan gadget selama pelajaran
berlangsung, terlambat dating di sekolah, tidak menghormati guru, tidak masuk
sekolah tanpa keterangan, meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir,
mengenakan make up berlebihan.
2. Bentuk pembinaan tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1 Kademangan
yang dilakukan oleh Guru adalah: menunjukan/memberi contoh sikap disiplin;
menegur peserta didik yang melanggar secara lisan; menyampaikan manfaat dari
berdisiplin; melaksanakan stardar fisik secara rutin kepada siswa untuk mengecek
kerapian berpakaian dan penampilan sesuai dengan ketentuan sekolah; memberikan
sanksi terhadap peserta didik yang melanggar baik sanksi ringan maupun sanksi berat;
mengadukan peserta didik yang melanggar kepada wali kelas, guru BP, kepala
sekolah, dan orang tua siswa.
3. Peranan Guru dalam pembinaan tata tertib dan disiplin peserta didik SMK Negeri 1
Kademangan adalah: meningkatkan ketaqwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa; mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian
siswa; meningkatkan kehadiran peserta didik setiap hari di sekolah; menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik (tentang pelajaran, status
sosial/ekonomi, dan lain-lain); membimbing tingkah laku peserta didik sehari-hari di
sekolah; meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan; memberikan tindakan
terhadap peserta didik yang melanggar; melakukan pembinaan, dan pengarahan
tentang anak didiknya kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru-guru yang
lain; memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP,

19
Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa; memperhatikan dan membina suasana
kekeluargaan dengan siswa; dan memberikan teladan yang baik kepada siswa.

4.2. Saran
Penerapan aturan dan tata tertib di SMK Negeri 1 Kademangan hendaknya dilakukan
oleh semua unsur sekolah mulai dari siswa, guru dan karyawan sesuai dengan aturan dan tata
tertib yang telah disepakati bersama. Semua guru SMK Negeri 1 Kademangan sebaiknya
memiliki persepsi dan pemahaman yang sama dalam menerapkan aturan dan tata tertib yang
ada, sehingga pembinaan disiplin peserta didik dapat berjalan dengan baik dan didukung
secara penuh oleh semua guru dan karyawan SMK Negeri 1 Kademangan.
Perlu kembali diberlakukan buku penghubung peserta didik guna mengetahui tingkat
kehadiran siswa, bentuk pelanggaran dan disiplin peserta didik serta poin pelanggaran yang
diperoleh guna memberikan pembinaan disiplin yang lebih maksimal demi tercapainya situasi
belajar mengajar yang baik, kondusif, berdisiplin tinggi dan teratur di SMP Negeri 2 Blitar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ays Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT. Tiga
Serangkai.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.

Hadisaputro. 2003. Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Lemhannas. 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muliadi, Rudi. 2009. Menumbuhkan Karakter Siswa. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Cetakan keempat. Jakarta: PT
Abadi.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka


Setia.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah (Direvisi dan
Dilengkapi). Depok : Universitas Indonesia.

Syahir, Abdul. 2003. Membina Disiplin Guru dan Siswa. Makassar: Rachamt Offset.

Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya
21
LAMPIRAN

 Siswa yang disiplin waktu dengan datang pagi

 Kegiatan kesamaptaan

22
 Pembagian tata tertib siswa melalui ketua kelas

 Briefing bagi siswa sebelum berangkat prakerin

23
 Pemberian hukuman bagi siswa yang terlambat dan standar fisik siswa sesuai ketentuan
(kerapian rambut)

 Pemanggilan dan pembinaan bagi siswa yang membolos

24
 Mendatangkan orang tua siswa yang melakukan pelanggaran, dan melakukan pembinaan
terhadap siswa, sehingga terbangun kerjasama antara orangtua dan sekolah dalam
mendidikn dan membina siswa.

25

Anda mungkin juga menyukai