Anda di halaman 1dari 3

Makalah Contek-Mencotek di Kalangan Pelajar

Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah

Ujian Akhir Nasional, dalam beberapa tahun terakhir selalu menjadi topik menarik menjelang
pertengahan tahun / pergantian tahun ajaran. Setiap tahun selalu terjadi perubahan kebijakan
dan standar nilai yang menjadi patokan akan lulus atau tidaknya seorang pelajar.Seringkali
kita mendengar kata solidaritas remaja saat ujian,sikap solidaritas remaja dibagi menjadi dua
hal,yaitu solidaritas yang positif dan solidaritas negatif, jika solidaritas ditanggapi secara
positif oleh remaja sekarang maka dampaknya akan baik sekali untuk perkembangan
kehidupan sosial mereka di masa yang akan datang. Tetapi jika sikap solidaritas ini sudah
menyimpang dari arti yang sebenarnya inilah yang membuat sikap solidaritas itu sendiri
menjadi negatif. Melihat fenomena ini kita juga sering melihat para siswa di sekolah
misalnya pada saat ujian berlangsung mereka membantu temannya dengan cara memberikan
jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan sikap solider.

Bab II
Perilaku Menyontek Sebagai Sikap Menghadapi Ujian
1. Pengertian sikap
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sikap adalah “ perbuatan dan sebagainya yang
berdasarkan pendirian dalam Bahasa Inggris disebut Attitude yang artinya segala suatu yang
bereaksi terhadap suatu perangsang.Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau
kecenderungan mental.Sikap pada aspek afektif merupakan aspek yang menentukan
seseorang bertindak, karena kemauan atau kerelaan bertindaklah yang menentukan seseorang
berbuat sesuai dengan sikap yang dimilikinya.Namun demikian aspek yang yang lainnya ikut
mempengaruhinya.Sikap dapat didefinisikan sebagai kesiapan sesorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal – hal tertentu Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja,
melainkan melalui proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dan
orang di sekitarnya.
2. Pengertian Menyontek Dalam Pelaksanaan Ujian
Menyontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan
kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian.Dalam Kamus Modern Bahasa
Indonesia istilah menyontek adalah“ Tiru hasil pekerjaan orang lain”. Maka dapat
disimpulkan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil jawaban soal–soal ujian
dari cara–cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian.
Faktor – faktor Penyebab siswa menyontek saat melaksanakan ujian dan ulangan antara lain
adalah :
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada “hasil study” berupa angka dan nilai
yang diperoleh siswa.
b. Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan
siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa.
d. Anak remaja lebih sering menyontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi mereka
penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman- teman sekelasnya
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan
Dari beberapa faktor penyebab di atas, dapat dikatakan siswa memiliki masalah di sekolah
dan konsep diri yang rendah. Maka guru berkewajiban memberikan motivasi siswa yang
menyontek saat ujian dan ulangan dengan membiasakan bersikap jujur dalam setiap
perbuatan yang dilakukan siswanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam setiap
kegiatan dalam memahami masalah siswa:
1. Siswa bukanlah miniatur orang dewasa.Ia mempunyai dunia sendiri sehingga metode
belajar mengajar tidak boleh disamakan denagan orang dewasa.
2. Siswa mengikuti periode- periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya. Implimintasi terhadap pendidikan adalah
bagaimana menyesuaikan proses pendidiakn itu dengan pola dan tempo, serta irama dan
perkembangan siswa itu sendiri.
3. Siswa memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal
mungkin.
4. Siswa memiliki perbedaan antara individu satu dengan individu yang lain.
5. Siswa merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif.

Bab III
Gambaran Pendidikan Indonesia
A. Dari Sisi Pemerintah
Standar nilai yang selalu mengalami peningkatan merupakan salah satu usaha pemerintah
dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan sekolah menengah maupun sekolah dasar dan
untuk menyadarkan para siswa akan tanggung jawabnya sebagai peserta didik, yang
kemudian justru dianggap sebagai beban berlebih sehingga menaikkan tingkat stres anak.

B. Sekarang kita lihat dari sisi si Anak


Memiliki beban berlebih mungkin terasa sangat berat bagi kebanyakan anak sekolah yang
terbiasa santai menghadapi angka-angka merah di rapotnya. Tetapi tidak jika si Anak sudah
dilatih dengan terapi penanggulangan stress berlebih sejak dini.Namun di antara tekanan-
tekanan yang dialami tersebut, ada keinginan untuk meraih hasil terbaik di setiap mata
pelajaran.Jangankan Ujian Nasional, ulangan harian biasa saja harus dipaksa memeras otak
sedemikian rupa demi menghindari Remidial atau pengulangan ujian bagi para siswa yang
mendapat nilai kurang dari 6,00. Belum lagi pengawas ulangan superketat yang tidak
mengizinkan sedikitpun kegiatan contek mencontek dan bekerja sama untuk mata pelajaran
yang bersifat individu, apalagi mengingat ancaman terberat jika seorang siswa diketahui
sedang mencontek atau melakukan tindakan tidak jujur lainnya, yaitu dikeluarkan dari
sekolah.

C. Dari Sisi Sekolah, Guru dan Orang Tua


Tak jarang hanya demi menjaga nama baik sekolah, agar terkesan memiliki kualitas
pendidikan yang baik, pihak Sekolah melakukan berbagai upaya untuk mempertinggi
persentase angka kelulusan. Memberikan les tambahan di luar jam pelajaran misalnya,
sebuah usaha yang patut diacungi jempol ya kan?
Namun ketika pihak Sekolah telah kehabisan cara untuk mempertahankan kredibilitasnya
sebagai sekolah terpandang, bisa jadi bukan hanya memperbolehkan peserta ujian untuk
melakukan praktek-prektek ketidakjujuran, tetapi bahkan ikut membuka jalan agar siswa
dengan mudah dapat memperoleh jawaban yang “belum tentu benar”.

Bab IV
Cara Mengatasi Perilaku Menyontek
Meskipun tenaga pengajar harus mengambil tindakan untuk mempertahankan dan
mengembangkan pola perilaku siswa yang mendukung belajar disekolah, namun ia akan tetap
dihadapkan pada perilaku yang menghambat dan di pertemukan dengan siswa yang
menganggu dan mengancam.Gejala umum ini bersumber pada berbagai faktor
penyebab,yaitu runtuhnya disiplin hidup bersama dalam masyarakat, menipisnya kesadaran
dan tanggung jawab sosial banyak kalangan, suasana sekolah yang kurang memberikan
kepuasan pada siswa, rasa ketertiban sebagai tenaga kependidikan dipihak sejulah guru yang
mengendor. Guru sebagai orang terdekat dalam pembelajaran disekolah, memiliki tanggung
jawab membimbing siswa.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru:
a. Cuing Promping, yaitu siasat memberikan tanda.Guru menyajikan suatu perangsang yang
berfungsi sebagai pemberitahuan bahwa siswa diharapkan berbuat sesuatu yang sebenarnya
dapat mereka lakukan, tetapi belum dilakukan.
b. Model, yaitu guru memberikan model yang ditiru oleh siswanya.
c. Shaping, yaitu membuat tingkah laku secara perlahan – lahan, yaitu setiap tingkah laku
siswa, seperti mengatur buku, menyapa guru atau teman.Cara ini memerlukan kesabaran yang
sangat dari guru.
Adapun tindakan kuratif guru, berlaku bagi siswa yang sudah terbiasa dengan contek
mencontek, dengan memberikan peringatan . bentuk kongkrit dari peringatan dapat
bermacam- macam, yaitu :
1. Teguran Verbal, yaitu mendekati siswa tertentu dengan berbicara suara kecil sehingga
tidak terdengar oleh teman sekelas.
2. Mengambil suatu hal yang digemari atau disukai siswa, seperti mengikuti kegiatan tertentu
atau menyerahkan benda yang dipegangnya.
3. Mengisolasi siswa dari teman – temannya untuk waktu tidak terlalu lama, seperti
memindahkannya diruang kosong atau tempat yang jarang dilalui orang.
Jadi dari bentuk tindakan guru yang telah dipaparkan, guru dapat membantu siswanya untuk
meninggalkan kebiasaan menyontek dalam ujian atau ulangan dengan berusaha.
a. Membentuk hubungan saling menghargai antara guru –siswa, serta menolong murid
bertindak jujur dan tanggung jawab.
b. Membuat dan mendukung peraturan sehubungan dengan menyontek, karena siswa
memahami peraturan dari tindakan guru.
c. Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang baik dan menolong siswa
melaksanakan cara belajar siswa.
d. Tidak membiarkan siswa menyontek.
e. Menekankan “ Belajar” lebih dari sekedar mendapat nilai, yaitu membantu siswa
memahami arti belajar sebagai suatu tujuan mereka sekolah, dan nilai akan berarti bila murni
dengan kemampuan siswa sendiri.
f. Bertanggung jawab merefleksikan “kebenaran dan kejujuran”, yaitu guru menjadikan diri
sebagai teladan siswa dalam menanamkan nilai kebenaran dan kejujuran.
g. Menggunakan test subjektif sebagai dasar proses ulangan dan ujian.

Bab V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan , menyikapi fenomena contek mencontek dikalangan para siswa sebenarnya kita
bisa saja memutus rantai itu dengan menumbuhkan image dari remaja tersebut bahwa kita
bisa solider dalam banyak tetapi dalam ujian tidak. kita bekerja sendiri-sendiri, dengan sikap
seperti itu maka diharapkan akan meminimalisasi contek menyontek di kalangan remaja.
Tumbuhkan rasa percaya diri dengan merasa puas akan hasil kerja sendiri.Mungkin pada
awalnya memang bukan hal gampang, tapi kalau kita memang meniatkan dalam hati, percaya
deh, nggak ada satu hal apa pun yang nggak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai