Anda di halaman 1dari 7

NASKAH MOSI PEMBICARA 2

OPOSISI

Saya akan mulai dalam 3,2,1

AWALAN

Baik, dewan juri yang saya hormati dan tim lawan yang saya banggakan, dengan
pembicara kedua dari tim oposisi yaitu saya sendiri untuk menyanggah pembicara
kedua dari tim afirmasi serta menerangkan argumen – argumen yang akan saya
bawakan. Saya dengan tegas menyatakan jika saya BENAR BENAR TIDAK
SETUJU dengan mosi ini.

ISI

Menegaskan ulang apa yang pembicara pertama saya sampaikan, saya sangat tidak
setuju dengan argumen yang disampaikan oleh tim lawan mengenai Penghapusan
Penjurusan SMA di Indonesia pada tahun 2022/2023, hal ini dikarenakan sistem
yang sangatlah belum efektif untuk diberlakukan di Indonesia. Dewan juri yang saya
hormati dan tim lawan yang saya banggakan, pernyataan ini bukan semata – mata
hasil omong kosong saya saja, tetapi saya akan mendasari pernyataan ini oleh
beberapa alasan, yaitu:

1. Bisa berdampak pada siswa itu sendiri,

Terjadinya perubahan ini bisa kita katakan sebagai perubahan mendadak.


Mengapa demikian? Karena saat ini kita sudah mencapai akhir bulan Februari
tahun 2022 dimana siswa sebentar lagi harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi penilaian akhir semester (PAS). Kita semua tentunya tau, jika
para siswa benar-benar harus focus terhadap ujian ini dikarenakan ujian ini
merupakan penentu naik/tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. Jika
keputusan penghapusan jurusan ini diberlakukan, maka itu akan menambah
beban para siswa selain mereka harus memikirkan tentang ujian mereka,
mereka juga harus memikirkan mereka mau melanjutkan ke jurusan apa
setelah mereka naik nanti., serta yang paling PENTING, bagi siswa yang
belum menyadari minat/bakat mereka.

Mereka tentu akan merasa SANGAT-SANGAT TERBEBANI dengan adanya


keputusan ini. Ini bisa berdampak buruk bagi siswa itu sendiri, selain mereka
mengalami depresi untuk memilih jurusan apa yang ingin mereka pilih, mereka
juga bisa saja memilih secara asal jurusan mana yang ingin di tempuh (atau
dalam bahasa lain, coba-coba berhadiah) dan hal ini bisa berunjung pada
penyesalan pemilihan jurusan yang tentunya jika hal itu terjadi maka sistem
penghapusan jurusan ini AKAN SANGAT TIDAK BERJALAN DENGAN
EFEKTIF. Hal ini tentunya sangat-sangat tidak diinginkan oleh bapak Nadiem
Makarim, niat awal KEMENDIKBUD untuk menjalankan mosi ini adalah
untuk meninkatkan SDM di Indonesia, tapi bagaimana jadinya jika para siswa
memilih jurusan secara asal/ikut-ikutan teman saja dikarenakan mereka belum
mengatahui minat dan bakat mereka. Ini sama saja seperti rencana yang tidak
membuahkan hasil.

2. Bisa berdampak negatif bagi siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi

Jika mosi ini jadi diberlakukan, maka anggap saja kelas 12 yang nantinya
akan melanjutkan diri ke perguruan tinggi akan menghadapi yang namanya
ujian seleksi masuk atau biasa dikenal dengan SBMPTN. Saya ingin bertanya
kepada tim lawan yang saya banggakan, bagaimana jika ada seorang murid
yang pada masa SMA nya mengambil jurusan kimia dan matematika namun
saat ia mengikuti seleksi SBMPTN ada persyaratan yang dimana di dalam
tes tersebut terdapat soal bahasa inggris dan biologi, apakah itu tidak akan
memberatkan beban pikiran kepada murid tersebut? Dewan juri yang saya
hormati, itulah mengapa alasan penghapusan jurusan ini seharusnya tidak di
berlakukan, ini akan menjauhkan murid-murid di Indonesia dengan
pembelajaran yang sepatunya sudah mereka dapatkan.

3. Bisa berdampak pada bangsa Indonesia

Jika keputusan penghapusan jurusan ini diberlakukan, bisa saya pastikan


beberapa oknum-oknum siswa di Indonesia yang sama sekali tidak menyukai
pembelajaran yang mengandalkan logika dan penghafalan (IPA) tidak akan
memilih jurusan tersebut dan nantinya mereka akan memilih jurusan-jurusan
yang gampang - gampang saja. Seperti yang dikatakan oleh Darmaningtyas
“jika nantinya siswa benar-benar dibebaskan memilih mata pelajaran yang dia
minati sehingga sama sekali tak mendapatkan mata pelajaran lain. Misalnya, jika
siswa hanya memilih mata pelajaran IPS dan sama sekali tak mendapatkan
mata pelajaran IPA, Darmaningtyas khawatir cara berpikir anak- anak ke depan
jadi semakin tidak rasional dan sistematis.” “Saya khawatir masyarakat kita ke
depan makin mudah termakan hoaks karena kurang berpikir kritis lagi,” ujarnya.

Apalagi mengingat bahwa masyarakat Indonesia tidak memiliki tradisi


membaca yang panjang seperti di negara-negara maju. Hal ini bisa saya kuatkan
dengan fakta Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International
Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati
peringkat ke 62 dari
70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat
literasi rendah. Karena itulah tim kami mendorong supaya pemerintah tidak
sekadar mengkopi konsep pendidikan yang ada di negara-negara lain,
melainkan disesuaikan dengan kondisi masyarakat di Indonesia.

Dewan juri yang saya hormati, selain contoh yang saya katakan di atas ada satu
contoh yang bisa sangat-sangat merugikan bahkan mencoreng nama baik bangsa
Indonesia. Yaitu, jika misalnya nanti para siswa kuliah atau bekerja di luar negeri,
mereka pastinya akan di pertanyakan atau disuruh mencontohkan tentang
lagu-lagu/tarian daerah mereka. Jika penghapusan jurusan ini diberlakukan dan pada
masa SMA mereka tidak mengambil jurusan budaya, lalu apa yang akan mereka
tunjukkan nantinya? Mungkin jika mereka bisa menunjukkannya itu sesuatu hal yang
sangat bagus, tetapi bagaimana dengan oknum-oknum yang terlalu mementingkan
jurusan mereka saja sehingga mereka tidak sempat untuk mempelajari budaya mereka
sendiri? Bukankan di luar sana, kebudayaan Indonesia sangat-sangat akan di
pertanyakan? MAKA DARI ITU SAYA DENGAN TEGAS DAN YAKIN
MENGATAKAN BAHWA PENGHAPUSAN JURUSAN INI SANGAT
AMATLAH BELUM PANTAS.

Baik, dewan juri yang saya hormati dan tim afirmasi yang saya banggakan, akan
saya katakan sekali lagi jika SAYA BENAR-BENAR MENOLAK MOSI INI.
Dengan segala argument dan fakta fakta yang saya paparkan tadi, saya yakin tim
afirmasi tidak sepenuhnya PAHAM dalam melihat kondisi pendidikan di Indonesia
sendiri dan berunjung dengan membuat argument seperti itu, dan itu membuat
saya bangga menjadi bagian dari tim oposisi.

Saya, Made Pretty Nagia bangga menjadi bagian dari tim oposisi. Sekian dan
Terima kasih.

CADANGAN SANGGAHAN
1. Apakah nantinya para siswa benar-benar dibebaskan mau memilih jurusan

apapun? atau nantinya akan disediakan kuota penampungan di setiap jurusan?


jika dari sekolah saja sudah membatasi adanya jumlah siswa di setiap jurusan,
maka apa gunanya penghapusan jurusan ini? Bukannya sama saja untuk siswa
yang tidak kebagian kuota jurusan, harus memilih jurusan lain/jurusan yang
tidak dia minati.
2. Bagaimana dengan jurusan yang sedikit peminatnya? Apakah itu tidak akan
menimbulkan kesenjagan sosial? Dan untuk hubungan pertemanan siswa, tentunya
ini akan menimbulkan masalah bukan? Jika dalam satu kelas jurusan hanya
beranggotakan sedikit siswa, maka siswa yang berada di kelas tersebut akan
sangatlah sulit untuk mendapatkan teman yang lebih banyak dari yang seharusnya di
dapatkan? Bagaimana solusi yang bisa kalian berikan?

Anda mungkin juga menyukai