Anda di halaman 1dari 4

Mencari jurusan yang tepat, nyatanya gak semudah yang dipikirkan oleh banyak orang.

Ada
banyak faktor yang mesti dipikirkan dengan benar sebelum memilih jurusan tertentu. Karena
kalau salah pertimbangan, ujung-ujungnya kita bakal menyesal karena telah berada di jurusan
yang salah. Gak cuma itu, hal tersebut pun sangat mungkin akan memengaruhi performa belajar
kita kedepannya.

Namun, gak semua orang dapat dengan mudah menentukan jurusan kuliah yang ingin mereka
tekuni, karena terhalang oleh beberapa faktor berikut. Apa sajakah itu? Langsung scroll ke
bawah untuk tahu jawabannya!

1. Belum tahu minat dan bakat yang dimiliki


Ada banyak orang yang masih belum bisa menentukan jurusan yang ingin mereka ambil,
karena belum mengetahui minat dan bakat yang mereka punya. Apakah kamu juga
mengalami hal ini? Memang bukan hal yang mudah untuk mencari bidang yang ingin
kita tekuni. Tapi, sebenarnya ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk menemukan
sesuatu yang benar-benar kamu sukai.

Misalnya, dengan membuat daftar hal-hal yang kamu gemari kemudian menyeleksinya
lagi hingga mendapat pilihan yang benar-benar kamu inginkan. Selain itu, bisa juga
mengambil tes minat dan bakat untuk menemukan potensi dirimu.

Atau kalau masih belum yakin, mungkin bisa bertanya pada orangtua atau guru perihal
bakat atau minat yang kamu punya. Dengarkan pula semua nasihat atau saran yang
mereka berikan, karena hal itu dapat menjadi masukan yang bagus untuk dirimu.
Tentunya, keputusan akhir balik lagi hanya kamu yang berhak menentukannya.

2. Orang tua yang tidak supportif


Punya orangtua yang gak suportif memang membuat hidup kita jadi terkekang. Apa pun
yang ingin kita lakukan, mesti meminta persetujuan dari mereka terlebih dulu. Bahkan,
perihal jurusan kuliah, mereka sama sekali gak memberikan kita kelonggaran untuk
memilih apa yang benar-benar kita inginkan.

Meskipun kita sendiri sebenarnya sudah mantap untuk mengambil jurusan tertentu, tapi
kalau orangtua gak merestui, kita bisa apa? Siapa pun yang berada di situasi ini juga pasti
bakal jadi bimbang dibuatnya. Bingung harus memilih untuk mengikuti passion atau
menuruti perkataan orangtua.

3. Terlalu memikirkan prospek kerja ke depannya


Gak bisa dimungkiri bahwa mencari jurusan yang ingin ditekuni, tentu juga harus
dibarengi dengan memikirkan prospek kerja ke depannya. Namun, entah mengapa
banyak dari kita yang sering mendengar stigma tentang beberapa jurusan tertentu yang
dianggap kurang bagus untuk dipilih. Entah karena lapangan kerja yang sedikit atau gaji
yang diterima lulusannya terbilang kecil dibandingkan jika kita mengambil jurusan
lainnya.

Gak sedikit orang yang akhirnya menelan mentah-mentah menelan semua informasi
tersebut tanpa mencari tahu lebih lanjut perihal jurusan yang ingin diambil. Ujung-
ujungnya, jadi bingung sendiri karena gak tahu harus mengambil jurusan apa. Bimbang
antara memilih jurusan yang benar-benar diinginkan atau memilih jurusan yang cukup
menghasilkan cuan kedepannya.

4. Biaya pendidikan yang cukup mahal


Seperti yang kita tahu, beberapa jurusan memang mengharuskan para mahasiswanya
untuk membayar biaya pendidikan yang cukup mahal. Contohnya, kedokteran.
Disamping itu, para mahasiswa biasanya juga diwajibkan untuk membeli peralatan
praktek sendiri. Misal, kalau kamu mengambil jurusan DKV, maka kamu akan
diwajibkan untuk punya laptop dengan spesifikasi yang mumpuni.

Namun, gak semua kalangan mampu untuk menanggung semua biaya tersebut. Mereka-
mereka yang keadaan ekonominya kurang, pastinya harus berpikir dua kali sebelum
memutuskan untuk mengambil jurusan-jurusan seperti di atas. Soalnya, masih banyak hal
lainnya yang mesti dipikirkan selain biaya pendidikan tersebut.

5. Takut gak diterima di jurusan pilihan


Banyak orang jadi bimbang menentukan jurusan kuliah yang ingin mereka ambil karena
alasan di atas. Yang mesti diketahui, kebanyakan universitas memang bakal mengadakan
ujian masuk untuk menyaring para mahasiswanya. Agar bisa diterima di jurusan pilihan,
tentunya kita semua harus bersedia untuk mengikuti ujian seleksi tersebut.

Memang, sih ada beberapa jurusan tertentu yang peminatnya cukup banyak. Tapi, kalau
kitanya sendiri sudah melakukan persiapan dengan belajar segiat-segiatnya, tentunya kita
gak perlu takut kalah saing dengan peserta lainnya. Masa, sih kamu mau merelakan
jurusan kuliah idamanmu hanya untuk mencari jurusan yang peluang lolosnya banyak
alias sedikit pesaingnya?

Sebenarnya bagus kalau kita mempertimbangkan banyak hal sebelum memilih jurusan
tertentu. Tentunya, hal itu dilakukan agar kita gak salah jurusan. Tapi, jangan sampai
kalian jadi mengurungkan niat untuk memilih jurusan idaman, hanya untuk menghindari
beberapa kesalahan sepele, seperti takut gak diterima atau takut gak bisa menjalani
perkuliahan dengan baik. Yuk, buang semua pemikiran negatif yang ada di dalam dirimu!
Apakah banyak adalah mayoritas?
Jika saya berasumsi, semasa SMP dan SMA, banyak siswa yang tidak diberikan
gambaran profesi apa saja yang ada di dunia orang dewasa. Orang tua mereka mungkin
juga hanya mengetahui “yang penting jadi PNS, dokter, guru, atau pegawai BUMN”.
Kebanyakan siswa juga mungkin tidak secara aktif mencari tahu pekerjaan yang
berpotensi disukainya. Sehingga, mereka tidak tahu apa yang harus dipelajari atau
jurusan apa di perguruan tinggi untuk mencapai pekerjaan tersebut.
Ini kebalikan dari “curse of too many choices.” Kurang pengetahuan, tidak ada pilihan.
Saya mengira ini juga ada pengaruh dari pola pengajaran sekolah yang lebih banyak
menekankan ke hafalan. Hal ini kurang mengasah sisi kreatif dan inisiatif siswa.
Saya hanya berharap, mudah-mudahan dengan semakin banyak siswa
memakai smartphone, semakin mudah bagi siswa benisiatif mencari tahu variasi
pekerjaan yang menarik baginya.

Mengapa banyak siswa yang masih bingung dalam pemilihan jurusan kuliah ketika
mereka sudah kelas XII ? Karena kemampuan mereka (realitas) dengan keinginan
mereka (ekspetasi) terlalu jauh jaraknya.
Apakah mereka tidak punya tujuan hidup ? Mereka punya tujuan hidup misal
masuk surga, tua kaya raya dan muda hura-hura namun ini tidak detail
Mari saya jelaskan jawaban pertama. Banyak faktor yang mempengaruhi hal
kebingungan siswa kelas XII. Misal pendidikan menentukan jurusan. Sebelum
menentukan jurusan kuliah ada baiknya menemukan passion. Bila passion tidak
ditemukan ada cara dengan melakukan tes psikologi. Memang cara ini tidak mutlak
namun setidaknya memberikan gambaran. Harga test cukup mahal namun ini berharga.
Sayang waktu diberikan terlalu mepet sehingga persiapan untuk mengejar ekspetasi tidak
bisa dilakukan.
Seharusnya ada bagian di sekolah yang melakukan hal ini. Namanya Bagian Konseling.
Iya bagian yang tugasnya malah memberikan kedisiplinan karena tidak ada kerjaan
sehingga para murid malas bertanya. Apa yah jurusan yang tepat untuk saya. Selain itu
para pengajar juga tidak memiliki pengalaman dalam memberikan jurusan yang tepat
sehingga lebih mengutamakan point pelajaran yang berat. misal apa sih gunanya kita
mengetahui integral dan differensial padahal ujung-ujung kita akan mengambil hukum
bagian pertanahan ? atau apa sih gunanya bagian matematika tersebut ?
Bagian yang lebih parah lagi adalah orang tua. Orang tua yang membuat ekspetasi yang
tinggi kepada anaknya tanpa melihat realita yang ada. Misalnya anaknya berharap jadi
dokter padahal belajar di rumah saja jarang karena merasa cukup belajar dari sekolah dan
les.
Saran saya bagi kelas XII : jika waktu mu sudah mepet. Sesuaikan ekspetasi mu dengan
realita yang ada. jangan dipaksakan kecuali untuk tahun kepengen mencoba. sebelumnya
tentukan ekspetasi mu dengan yah menemukan passion. Untuk adik kelas < XII : waktu
mu masih panjang jadi yah pergunakan untuk menemukan passion
Jawaban kedua. Sebenarnya mereka punya tujuan hidup hanya kurang detail. Detailnya
seperti apa ? gunakan rumus SMART

 Specific (simple, sensible, significant).


 Measurable (meaningful, motivating).
 Achievable (agreed, attainable).
 Relevant (reasonable, realistic and resourced, results-based).
 Time bound (time-based, time limited, time/cost limited, timely, time-sensitive).
Jadi SMART ini Spesifik, Dapat dihitung, Dapat dicapai, Relevankah ?, Ada batas
waktunya.
Misal ini. Saya kepengen muda saya hura-hura. Bagaimana cara saya mencapainya. Mari
dibuat spesifik. Maksudnya hura-hura ini apa ? Misal setiap hari menghabiskan uang.
Uang seberapa banyak ? 10 juta sehari. Lalu berapa lama ini dilakuan ? dst. Maka akan
mendapatkan tujuan hidup yang sesuai antara ekspetasi dan realita

1. mereka punya tujuan hidup. hanya saja


2. mungkin orang tua mereka terlalu dominan sebelum2nya sehingga ketika memilih
jurusan SMA atau bahkan pemilihan sekolah pun diputuskan oleh orang tuanya.
3. dengan demikian anak tersebut kemungkinan besar tercampur antara keinginan dirinya
dan keinginan orang tua, tidak terang baginya mana yg merupakan keinginan dia sendiri.
4. atau ada faktor lain mendistorsi pemilihan, misal dia ingin kuliah jurusan tertentu namun
ada syubhat bahwa jurusan itu tidak bonafid sehingga menjadilah dia ragu.
5. faktor lain itu tergantung latar belakang masing-masing.
jangan artikan di sini saya mengecilkan orang tua orang tua, bahkan sesungguhnya
mereka mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. i hanya saja terkadang pendekatan
yang terlalu dominan menekan kemandirian atau kedewasaan anak untuk mengetahui apa
yang ia suka.

Anda mungkin juga menyukai