Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN WAWANCARA

A. IDENTITAS SUBJEK
 Nama : ………………………………..
 Kelas/program : ………………………………..
 Jenis Kelamin : ………………………………..
 Tempat/tgl lahir : ………………………………..
 Hari/tgl wawancara: ………………………………..
 Wawancara ke : ………………………………..
 Masalah : ………………………………..
 Tempat wawancara: ………………………………..
 Waktu/durasi : ………………………………..

B. TUJUAN WAWANCARA
Wawancara dilakukan untuk mengetahui planning setelah lulus SMK

C. DASAR TEORI
Setelah Lulus SMK
Secara garis besarnya ada 4 alternatif pilihan siswa setelah tamat dan lulus SMK, ialah :
1. Melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu ke perguruan tinggi
2. Memasuki kursus-kursus/pelatihan
3. Memasuki dunia kerja, yaitu bekerja
4. Memasuki kehidupan baru, yaitu berkeluarga
Dari keempat alternatif tersebut, anda diminta mengambil keputusan untuk memilihnya.
a. Melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu perguruan tinggi
Merencanakan kelanjutan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu ke perguruan tinggi,
diperlukan berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut adalah
pengetahuan mengenai informasi berbagai jenis studi di perguruan tinggi, antara lain:
Universitas, Institut, Sekolah tinggi dan Akademi serta Politeknik yang masing-masing
memiliki karakteristik yang berbeda; Universitas sifatnya lebih umum atau atau general
terdiri dari fakultas-fakultas atau jurusan-jurusan, Sekolah Tinggi memiliki kekhususan
satu bidang keahlian yang terdiri dari jurusan-jurusan, Akademi dan Politeknik memiliki
kekhususan satu bidang keahlian atau jurusan, perlunya memperoleh informasi jabatan
dan aspirasi agar dapat disesuaikan dengan potensi diri dan faktor penunjang dari
lingkungan. Untuk dapat memahami, mengerti dan mampu mengambil keputusan
mengenai pilihan cita-cita/ karir, secara bertahap kerjakanlah seluruh tugas yang ada
baik secara individual maupun kelompok tanpa ada yang terlewatkan.
b. Belajar merencanakan masa depan
Masa depan seperti apa yang kita inginkan? Lima tahun lagi kita ingin jadi apa? Hal ini
dapat menjawab tentang karir apa yang akan kita geluti nantinya. Pertanyaan
sederhana, tetapi sering kali kita sulit menjawabnya. Mungkin kita belum memikirkan
karena bagi kita hidup ini ya dijalani saja apa adanya. Namun, begitukah hidup yang kita
inginkan?
Dari sekarang, mempersiapkan masa depan karir bisa kita mulai dari sekarang. Pahami
bahwa masa depan itu sendiri merupakan kehidupan. Apa yang kita lakukan adalah
demi cita-cita. Jadi, masa depan itu muara dari semua yang kita lakukan dan yang
menggerakkan kita untuk terus maju. Apa saja yangdapat dilakukan untuk merencakan
masa depan?
a) Bangun Motivasi
Motivasi bisa datang dari dalam atau luar diri kita. Motivasi dari luar diri bisa
datang dari orangtua, kakak, guru, teman, atau tokoh yang kita idolakan. Namun,
motivasi dari dalam diri jauh lebih baik dan punya daya juang yang luar biasa. Kita
bisa mulai dengan mengumpulkan banyak informasi mengenai obyek cita-cita masa
depan yang kita inginkan. Mulai belajar menyukai dan menekuninya dari sekarang
sehingga kita mampu berkata: Hei… ini tentang hidupku, jadi aku harus
memperjuangkannya!

b) Kenali potensi diri


Dengan mengenali potensi diri, kita bisa mulai memilih dan merencanakan cita-cita
kita. Caranya, dengan melihat diri kita, apa yang kita senangi, bakat kita,
kemampuan kita, dan aspek lainnya yang kita punya, lalu mengasahnya sehingga
dapat menjadi lebih baik. Di lain sisi, hambatan-hambatan yang mungkin merintangi
untuk mencapai cita-cita perlu juga kita pikirkan sehinga kita dapat mencarikan
solusi secara cepat bagaimana mengatasi hambatan tersebut.
c. Tips memilih perguran tinggi

"Mau nerusin ke mana?" Itu adalah satu pertanyaan yang sering dilontarkan sesudah
kita menyelesaikan studi di SMK. Pertanyaan klasik yang sederhana tetapi tidak
semudah itu untuk menjawabnya. Ngomong-ngomong, apa jawaban anda?

Di Indonesia saat ini terdapat 1465+ Perguruan Tinggi Swasta (PTS), tersebar dari Sabang
sampai Merauke (tidak termasuk Timor Leste). Ada PTS berbentuk Universitas, Sekolah
Tinggi, Akademi, dan lain-lain. Masing-masing PTS mungkin menyelenggarakan lebih dari
satu program studi, dan bisa jadi suatu program studi diselenggarakan dalam 2 atau
lebih jalur/jenjang pendidikan, misalnya D1, D3, S1. (Kalau anda kurang memahami
istilah-istilah tersebut, saya sarankan anda membaca kembali Struktur Pendidikan
Tinggi). Bagaimana anda menentukan PTS pilihan anda? Jurusan apa? Lalu jalur/jenjang
pendidikannya? Faktor apa saja yang perlu anda pertimbangkan dalam menentukan
pilihan tersebut? Permasalahan menjadi jauh lebih sederhana jika di kota anda hanya
ada satu PTS dan, karena satu atau lain hal, anda tidak bisa kuliah di luar kota. Tetapi,
kasusnya biasanya tidak demikian. Permasalahan muncul karena anda bisa memilih.

Adapun yang perlu diketahui dan diperhatikan sebelum memasuki dunia karir atau
melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

a) Minat

Faktor utama yang harus anda pertimbangkan adalah minat anda. Hampir boleh
dipastikan, tidak ada mahasiswa yang berhasil dalam studinya jika itu bertentangan
dengan minatnya. Orang lain, termasuk orang tua, boleh memberikan saran atau
masukan apapun, tetapi andalah yang akan menjalani sekian tahun proses belajar di
perguruan tinggi. Sudah terlalu sering kita mendengar kegagalan mahasiswa karena
ketidakcocokan dengan bidang studi yang diminatinya. Jangan sampai hal ini terjadi
pada anda.

b) Biaya

Kemampuan keuangan sangat menentukan pilihan anda. Ini adalah faktor terpenting
berikutnya yang harus anda perhitungkan. Kuliah di perguruan tinggi melibatkan banyak
komponen biaya. Anda mungkin geleng-geleng kepala kalau saya sebutkan yang berikut
ini, mulai uang pendaftaran, uang gedung, uang kuliah pokok, uang SKS, uang praktikum,
uang ujian, uang jaket, uang buku, uang kesehatan, uang KKN, uang skripsi, uang ini,
uang itu........ you name it. Belum lagi biaya-biaya tidak langsung, seperti biaya kos, biaya
hidup, biaya transportasi, biaya buku, biaya foto copy, dan lain-lain. Kalikan itu dengan
sekian tahun masa kuliah anda.

Kalau anda bisa tinggal di rumah selama kuliah, sebaiknya ini yang anda pilih. Jadi,
pilihlah PTS yang ada di kota anda. Kalau harus kuliah di luar kota, usahakan untuk
tinggal di rumah saudara. Ini akan sangat banyak menghemat.
Sebelum melakukan pendaftaran, tanyakan semua komponen biaya yang harus anda
bayarkan di PTS yang bersangkutan. Ingat untuk kuliah anda tidak hanya membayar
uang kuliah saja. Tanyakan juga waktu pembayarannya. Biasanya PTS memberlakukan
sistem pembayaran yang diharapkan tidak memberatkan mahasiswa, misalnya uang
gedung boleh diangsur sekian kali, uang kuliah pokok dan uang SKS tidak dibayarkan
bersamaan, dan lain sebagainya. Perhitungkan semuanya jika anda tidak ingin gagal
karenanya.

c) Prospek

Dari ratusan program studi yang ditawarkan oleh PTS, tentu tidak semuanya
menjanjikan prospek pekerjaan yang cerah di masa mendatang, 4 - 6 tahun sesudah
anda menginjak bangku kuliah. Ada program studi yang tidak populer, sepi peminat
karena dianggap tidak menarik atau kurang memberikan harapan pekerjaan dengan
hasil yang memadai. Ada juga program studi yang selalu menjadi favorit, walaupun
banyak lulusannya yang menganggur. Baik karena kurangnya lapangan pekerjaan atau
pun terlalu banyaknya lulusan.

Anda dituntut untuk dapat memprediksi prospek bidang studi yang anda pilih dalam
memasuki lapangan pekerjaan sesudah anda lulus nanti. Sebagai contoh, pemerintah
pernah menyatakan program studi hukum sebagai jurusan yang sudah jenuh karena
jumlah perguruan tinggi penyelenggara dan jumlah mahasiswa yang mengambil
program studi ini. Anda harus sangat istimewa di bidang ini untuk dapat bersaing
dengan sekian banyak lulusan lainnya.

Apakah hal itu masih berlaku sekarang? Di era reformasi ini kita banyak melihat kasus-
kasus hukum yang mulai mencuat ke permukaan. Orang bicara mengenai hak,
kewajiban dan tanggung jawab. Banyak buruh melakukan demo menuntut haknya
dipenuhi. Selesaikan secara hukum. Banyak perusahaan dan bank yang memerlukan
penyelesaian hukum untuk menuntaskan permasalahan sesudah krisis ekonomi ini.
Bukankah logis kalau hal-hal tersebut diselesaikan oleh para sarjana hukum?

Bukan hanya tanah subur yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi juga laut yang sangat
luas dan kaya. Pemerintah pun menyadari hal ini dengan menunjuk seorang menteri
yang bertugas untuk mengeksplorasi potensi kelautan Indonesia. Apakah bidang
tersebut masih prospektif 5 tahun yang akan datang?

Globalisasi? Tentu saja ini akan sangat menentukan wajah dunia masa datang.
Perdagangan bebas, banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia (di
antaranya karena aset negara kita terpaksa dijual kepada mereka!), semuanya
menuntut standar dunia juga. Bahasa asing (bukan hanya bahasa Inggris), perdagangan
internasional, lingkungan, peralatan berteknologi tinggi, komputer, internet, dan banyak
lagi akan menjadi tuntutan yang tak terhindarkan.

Selain itu, Faktor apa lagi yang perlu dilihat dari suatu perguruan tinggi untuk
menentukan pilihan akhir anda?

a) Reputasi

Kalau saya harus memilih salah satu PTS tanpa melihat faktor-faktor internal lainnya,
pertimbangan utama yang paling gampang saya gunakan adalah reputasi PTS tersebut.
Reputasi di sini berarti PTS yang bersangkutan secara umum dikenal sebagai PTS yang
baik, memiliki sarana belajar mengajar yang baik dengan fasilitas yang memadai.
Lulusannya pun tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Bahkan ada lulusan PTS yang
menjadi rebutan perusahaan-perusahaan pemakainya.
Apakah tidak mungkin salah jika memilih PTS ini? Harus kita ingat, reputasi tidak datang
dalam sekejap. Reputasi ini biasanya dibangun dengan kerja keras dan melalui proses
yang panjang. Bisa saya katakan bahwa anda berada on the safe side jika memilih salah
satu dari PTS-PTS ini. Bukan berarti lalu anda berhenti di sini saja. Masih ada hal-hal lain
yang harus anda cermati.

b) Status Akreditasi

Status akreditasi ini adalah salah satu faktor yang paling sering digunakan oleh PTS
untuk mengiklankan dirinya. Tidak terlalu salah memang, karena hal itu menunjukkan
mutu/kemampuan PTS dalam menyelenggarakan suatu program studi. Status ini
didapat setelah diadakan penilaian tentang semua unsur yang diperlukan untuk itu,
termasuk fasilitas pendidikan, nisbah dosen tetap dan mahasiswa, kurikulum
pendidikan, dan banyak hal lainnya. Masalahnya, tidak semua orang memahami dengan
jelas tentang status ini, dan tampaknya banyak PTS yang menyadari dan memanfaatkan
ketidaktahuan tersebut.

Yang terutama adalah: status akreditasi diberikan kepada program studi di suatu PTS
dan bukan kepada PTS yang bersangkutan. Jadi sebetulnya tidak ada istilah PTS yang
disamakan. Yang benar adalah (satu atau lebih) program studi di PTS tersebut statusnya
disamakan. Mungkin saja PTS tadi memiliki 3 program studi (misalnya A, B, dan C),
masing-masing dengan jenjang S1 dan D3. Kalau program studi A jenjang D3 saja (satu
dari enam) yang memperoleh status disamakan, apakah tepat kalau PTS tersebut
mengatakan statusnya disamakan?

Yang perlu anda ketahui juga, status akreditasi ini menentukan kemandirian suatu
program studi dalam melaksanakan proses belajar mengajar, misalnya ujian negara atau
penerbitan ijazah. Suatu program studi (sekali lagi bukan PTS) yang sudah dinyatakan
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) berhak untuk
menyelenggarakan sendiri semua kegiatannya. Artinya anda tidak lagi harus mengikuti
ujian negara yang dilaksanakan oleh Kopertis, dan ijazah yang anda terima cukup
disahkan oleh PTS tempat anda kuliah. Sekali lagi, tanyakan dengan jelas status
akreditasi program studi yang anda pilih. Jangan percaya begitu saja dengan klaim yang
dikeluarkan oleh suatu PTS tentang statusnya. (Uraian yang lebih rinci tentang hal ini
dapat anda lihat pada topik Akreditasi).

c) Jalur dan Jenjang Pendidikan

Berapa lama anda mau menghabiskan waktu di bangku kuliah? Secepatnya? Berapa
cepat? Selain ditentukan oleh kemampuan anda, hal ini juga tergantung dari
jalur/jenjang pendidikan yang anda ambil. Pendidikan tinggi di Indonesia mengenal dua
jalur pendidikan, yaitu jalur akademik (jenjang sarjana) dan jalur profesional (jenjang
diploma). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan
jalur profesional menekankan pada penerapan keahlian tertentu. (Untuk lebih
lengkapnya silakan lihat Struktur Pendidikan Tinggi).

Dalam kaitannya dengan waktu, jenjang sarjana membutuhkan waktu lebih lama
(minimal 8 semester) dibandingkan dengan jenjang diploma (2 semester untuk D1 - 6
semester untuk D3). Hal ini tentu sangat berpengaruh pada biaya yang harus anda
sediakan. Banyak orang, yang karena keterbatasannya, lebih memilih jenjang diploma
dengan harapan cepat lulus dan mendapat pekerjaan.

Perlu anda ketahui, jenjang diploma dirancang sebagai jenjang terminal. Artinya,
lulusannya dipersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja, bukan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (walaupun sekarang ada yang
disebut program lintas jalur, dari diploma ke sarjana). Ini berbeda dengan jenjang
sarjana, yang membuka kesempatan lulusannya untuk terus mengembangkan ilmunya.

Hal lain yang harus anda perhatikan adalah tingkat persaingan di pasar kerja. Kalau
banyak tenaga sarjana yang tersedia, perusahaan akan lebih memprioritaskannya
dibandingkan lulusan diploma.

d) Gelar dan Sebutan

Sesudah anda lulus, anda akan mendapat ijazah dan salah satu dari ini: gelar akademis
atau sebutan profesional. Yang pertama anda tentu tahu, Sarjana Ekonomi (SE), Sarjana
Hukum (SH), dan gelar lainnya. Gelar akademis ini diberikan kepada mereka yang
menyelesaikan pendidikan melalui jalur akademik (jenjang sarjana).

Lalu bagaimana kalau kita menyelesaikan pendidikan jalur profesional (jenjang


diploma)? Bukan gelar akademis (Sarjana Muda, misalnya) yang kita dapatkan,
melainkan sebutan profesional seperti Ahli Madya Komputer (AMd Komp). Sebutan ini
mungkin belum terlalu memasyarakat, dan kadang-kadang dianggap kurang bergengsi.
Banyak yang masih menggunakan (dan lebih menyukai) istilah D3- Komputer. Anda yang
menentukan, gelar atau sebutan yang ingin anda tambahkan di belakang nama anda.

e) Dunia Kerja

Dunia kerja merupakan sebuah persaingan, di mana Anda harus berkembang dari


kemampuan Anda yang sebelumnya untuk mencapai kesuksesan. Jika Anda tidak
memiliki keahlian / sesuatu yang Anda bisa, Anda tidak mungkin dapat diterima di suatu
perusahaan.

D. PANDUAN WAWANCARA
No. Pertanyaan/Item Sub Variabel Deskripsi Jawaban
1 Apa rencana kamu setelah lulus SMK?
2 Dimana nanti kmu akan melanjutkan
kuliah? Dan akan mengambil jurusan
apa?
3 Apa yang membuat kamu tertarik masuk
jurusan itu?
Kamu tahu dari mana mengenai
Pekerjaan itu?
4 Sejauh ini, strategi belajar apa yang kamu
gunakan?
5 Jika nggak diterima di jurusan ini, jurusan
apa yang kamu minati?
6 Apa saja kelebihanmu?
7 Apakah kamu yakin akan diterima?
Mengapa?
8 Apakah kamu yakin kalau jurusan ini
menjanjikan di masa depan? Jika saya
katakan prospek kariernya nggak bagus,
atau penghasilan lulusanya tidak terlalu
besar, apakah kamu masih tertarik?
9 Apa motivasi kamu untuk bisa masuk
jurusan ini?

E. ANALISIS DATA
Kategori hasil verbatim bisa dirangkum. Bisa dilakukan dengan 2 cara:
1. Dibandingkan dengan predictor, misal prediktornya adalah siswa dikatakan memiliki
kebiasaan belajar di rumah yang baik jika memiliki kelengkapan fasilitas pendukung,
memiliki strategi yang efektif, belajar dengan situasi yang mendukung, belajar secara
terjadwal dan mendapat pendampingan oleh orang-orang di rumah.
2. Dibandingkan dengan dasar teori yang relevan.

F. KESIMPULAN
Simpulkan hasil analisis data yang sudah dibandingkan dengan predictor atau teori.

Pewawancara,

............................................

LAMPIRAN VERBATIM

Nama subjek :A
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 17
Tanggal wawancara : 16 November 2021
Tempat wawancara : Ruang Kelas SMK
Wawancara ke :1

Baris Uraian Kategori Tema


1 IR assalamualaikum
2 IE Wa’alaikumussalam
3 IR Bagaimana belajarmu di rumah?
4 IE Oh, baik baik saja (sambil tersenyum). Saya mencatat
5 materi setiap hari.
6 IR
7 dst
8
dst

Anda mungkin juga menyukai