Anda di halaman 1dari 10

5 Tips Memilih Jurusan Kuliah yang

Tepat
 Sabtu, 27 April 2013 | 10:20 WIB

Ilustrasi. | Shutterstock

KOMPAS.com — Menentukan jurusan kuliah termasuk salah satu keputusan


besar dalam kehidupan seseorang. Pasalnya, keputusan tersebut biasanya
berpengaruh besar bagi perjalanan karier dan masa depan seseorang.

Jadi, bagaimana caranya memilih jurusan yang tepat?

Melalui Indonesia Mengglobal, Alicia Kosasih berbagi tips praktis. Kandidat


BSBA Boston University di bidang Manajemen Teknologi dan Operasi itu
mencatat ada lima hal penting yang harus diperhatikan untuk memilih jurusan
yang sesuai dengan bakat dan minat seseorang.

"Deciding Your Major: Finding Your Own Equilibrium of Academic Life "

Hello everyone! 
Perkenalkan, nama saya Alicia Kosasih, but you can call me Alicia for short. Saat
ini saya adalah sophomore (murid tahun kedua) di Boston University dengan
jurusan Finance dan Operations & Technology Management.  Ketika saya
menulis artikel ini, cuaca Boston lagi bagus-bagusnya. Musim dingin tahun ini
boleh dibilang cukup hangat dan jarang banget (boleh dibilang hampir ngga
pernah) turun salju. Bandingkan dengan tahun lalu dimana di waktu siang-
siang bolong aja cuacanya bisa mencapai -10 derajat Celcius dan tinggi
tumpukan salju yang turun mencapai lebihdari 17 inci .. astaga!

Mungkin banyak dari kalian yang bingung kenapa saya memulai tulisan ini
dengan random blabbing saya tentang musim dingin. Bagi saya, sangatlah
penting untuk memilih major (jurusan) yang tepat. Ibaratnya, don’t be like
seasons which always constantly change. And you want to have your college
days bright and sunny instead of dark gloomy days like in the winter – only
because you ended up picking the wrong major.

Bagi sebagian besar dari kita, menentukan jurusan mungkin jadi salah satu
keputusan terbesar yang harus kita buat ketika kita akan melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, baik itu langsung masuk ke Universitas atau
menempuh jalur 2+2 di Community College.  In my perspective, jurusan yang
nantinya akan kita tekuni itu akan menjadi suatu framework yang akan
mengubah hidup kita secara keseluruhan. Seiring kamu menekuni suatu
bidang, banyak hal yang akan berubah,. Mulai dari cara pandang kamu melihat
dan memecahkan suatu masalah, networks yang akan kamu bangun seiring
kuliah, level of exposure terhadap suatu bidang yang harus kamu hadapi setiap
hari, bahkan bagaimana kamu akan mengisi sebagian dari waktu luangmu! Di
artikel ini, saya akan berusaha share apa saja faktor-faktor yang harus kita
pertimbangkan saat memilih jurusan dan juga apa yang bisa kamu lakukan
setelah kamu udah menentukan pilihan. So…here we go!

1. How can I decide my major?

If I can only answer this question in three words, my answer will be: Know
yourself better.

Saya sepenuhnya percaya bahwa hanya diri kita yang paling mengerti apa yang
terbaik buat kita. Disini, I think this will be a good time for me to reveal a bit
more about myself. Ketika saya diterima di Boston University, Finance dan
Operations & Technology Management bukanlah jurusan pilihan awal saya. Can
anyone guess what was my initial choice was? Hampir semua teman-teman
yang baru saya temui di Boston ngga pernah menyangka kalau dulunya saya
adalah murid jurusan…Biochemistry. Ya, Biochemistry. Sangat berbeda kan
sama bidang yang saya tekuni sekarang? Ketika saya memutuskan untuk
beralih jurusan di tengah semester kedua, saya tahu bahwa itu merupakan
salah satu keputusan terbesar yang pernah saya ambil. Sebuah pilihan yang
akhirnya berhasil saya buat setelah mempertimbangkan banyak sekali hal.
Namun, saya sama sekali tidak merasa menyesal dengan apa yang telah saya
putuskan. Saya belajar dari pengalaman bahwa mampu mengenali what you
actually want to do in future years is crucially essential for your future.  Here, it
is no secret that switching majors are common practices among college
students. Tapi saya merasa akan lebih baik kalau kamu memang udah mantap
dengan pilihannya sejak awal, sehingga kamu bisa menyusun rencana-rencana
yang akan kamu lakukan selama kuliah.

Lantas apa saja faktor yang harus kamu pertimbangkan ketika akan memilih
jurusan? Bagi saya, ada lima faktor utama yang tidak boleh ditinggalkan ketika
kamu akan membuat keputusan: Passion, Talent, Motivation, Personal Values,
and Future Expectations. Let’s go through each one of them briefly, shall we?

Passion

Menurut saya, passion adalah salah satu faktor yang paling penting ketika kita
mau memilih suatu jurusan. Bayangkan kalau kamu harus stuck menekuni
jurusan yang sama sekali tidak kamu sukai selama empat tahun! Isn’t that a
torture? Tentunya itu bukan sesuatu yang mau kamu alami di masa-masa
kuliah. Your four years of college should be the times when you shape your
identity, integrity, and perspectives on world issues. Waktu kuliah akan sama
sekali jadi ngga menarik kalau kamu melakukannya karena terpaksa.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang bisa kamu jadikan sebagai checklist.
Bukan hal yang mudah, memang, untuk menentukan satu jurusan yang bisa
accommodate all our wishes, tapi semoga beberapa pertanyaan ini bisa
membantu kamu:

– Kegiatan apa yang menarik bagi kamu untuk berpartisipasi di dalamnya?


Sama halnya seperti kebanyakan Universitas di Indonesia, semua perguruan
tinggi di Amerika punya beragam gerakan mahasiswa di lingkungan
kampusnya. Di kampus saya, Boston University, ada lebih dari lima ratus (ya,
lima ratus!) student organizations and movements yang bisa kamu ikuti. Jangan
takut kalau kamu merasa pilihan jurusan kamu tergolong eksentrik, seperti
misalnya criminal justice, entomology, atau public policy. Salah satu
keunggulan pendidikan di Amerika menurut saya is its limitless choice of
majors.  Apapun jurusan yang muncul di pikiran kamu, biasanya pasti akan ada
universitas disini yang menyelenggarakan program seperti itu. Budaya student
organizations di Amerika juga sangat kuat, dan biasanya mereka punya
peranan yang penting dalam membangun koneksi juga pengetahuan
berdasarkan major yang kamu geluti.

 – Ketika kamu nonton TV, baca majalah, atau bolak-balik artikel di koran,
artikel apa yang paling menarik buatmu?
This is no joke. Hobi baca berita tentang celebs or juicy gossips bisa dipandang
dari sisi positif loh! Entertainment aside, bisa saja itu artinya kamu tertarik di
bidang pertelevisian dan jurnalistik. Seperti yang saya gambarkan sebelumnya,
U.S. Education System has every single major you can ever think of. Salah satu
program paling populer di kampus saya adalah jurnalisme dan pertelevisian –
dan tentunya kita tahu bahwa Amerika punya salah satu pusat industri
perfilman termaju di dunia. Buat saya, salah satu cara paling gampang
mengenali interest kita adalah berita apa yang pertama kali kita buka ketika
kita lagi browsing for news, regardless of whether it is on the web, TV, radio,
magazines, or papers.  This might be a good way to start identifying your
personal interest in a specific major.

– Apa kamu tipe orang yang suka bekerja sendiri atau suka bekerja dalam
kelompok?
Apa kamu merasa kamu lebih nyaman bekerja sendiri, atau kamu suka bekerja
sama kelompok dan terlibat dalam banyak team projects? Tentunya hal ini
bergantung banget sama each person’s personality. Sama seperti di Indonesia,
business, hospitality, and communication majors do massive amount of
teamwork assignments dan pure science majors such as Physics, Biology, or
Chemistry lebih banyak menekankan ke pemahaman teori. Atau mungkin kamu
suka menghabiskan waktu melakukan banyak eksperimen di lab? If that is the
case, biomedical engineering, electrical engineering, biochemistry, or food
science might suit you well. Saya rasa faktor ini juga cukup penting, karena
semakin tinggi level kelas yang harus diambil nantinya, semakin spesifik apa
saja deliverables yang harus kamu selesaikan in order to pass the course. Kamu
bakal banyak encounter projects, researches and group assignments, which
means you’ll spend most time either working alone or in groups.

– Apa pelajaran favoritmu di SMA?


This is definitely the easiest parameter for everyone. Nah, mungkin disini
waktunya buat saya untuk share soal breaking the stereotype. Mungkin banyak
dari kita yang berpikir kalau SMA-nya masuk jurusan IPA, waktu kuliah harus
ambil jurusan yang berbau IPA, and IPS-wise. Dulu saya termasuk dalam orang-
orang yang percaya ke kategori ini. That is not a rule! Realitanya, banyak kok
mereka-mereka yang memilih jurusan yang sama sekali berbeda dengan apa
yang mereka pelajari pas SMA. IPA people doing business majors are a classic
example. Bahkan, sepupu saya dulunya merupakan lulusan Jurnalistik ketika ia
selesai dengan undergraduate studiesnya. Guess what she did for her masters?
Ahli anestesi. Terdengar ajaib ya. She gave me a real life example that as long
you have the determination to do whatever you want, nothing is impossible.
Jadi, jangan memandang IPA-IPS sebagai ‘patokan harga mati’ yang nantinya
membatasi pilihan jurusan kamu. Still, it is a good question to help you decide.
– What does your dream job look like?
Tentunya semua orang punya ekspektasi ideal tentang dream jobnya. Nah,
impian kamu ini bisa kamu jadikan sebagai motivasi dalam memilih jurusan.
Isn’t it fun when you do things that might lead you to achieve your dream?

Talent

Coba kamu nilai dirimu sendiri dalam hal performance dan prestasi di sekolah.
As you might have known, college level courses will give you lots of
assignments and readings due, jadi pastinya kamu juga harus lebih bisa me-
manage waktu dan kemampuan kamu supaya nggak ada tugas yang keteteran.
Try asking yourself, hal apa aja yang udah kamu berhasil lakukan di sekolah,
baik itu dari sisi akademis maupun non-akademis seperti OSIS, jadi event
organizer untuk sports competition, ketua dari fund raising project, atau
misalnya pernah menjabat jadi ketua klub di sekolah kamu. Penghargaan apa
yang pernah kamu raih, dan di bidang apa? Apa kamu merasa kamu lebih baik
dalam mengerjakan suatu bidang, seperti misalnya mendesain eksperimen,
solve numerical problems, mendesain softwares and applications, meliput
berita, membangun small businesses, atau communicating with other people?
Selain itu, kebiasaan kamu belajar juga boleh jadi bahan pertimbangan. Apa
kamu tipe yang lebih suka keluar dan berkomunikasi dengan orang lain atau
sanggup duduk berjam-jam dan menyelesaikan assignments sendiri? Biarpun
kesannya hal-hal ini kurang ada kaitan dengan memilih jurusan, sebenarnya
menurut saya ini juga lumayan penting. It is undeniable that people in general
will perform better in a specific field if they have a talent in it (with a dash of
motivation and passion, of course.)

Motivation

In my perspective, motivation is one of the driving forces of life. Sulit rasanya


buat saya kalau disuruh membayangkan kuliah tanpa motivasi, tanpa tujuan,
tanpa arah yang jelas setelah lulus kita mau apa. Selama ini saya sempet
ketemu beberapa teman disini yang hampir setiap hari mengeluh mereka udah
nggak punya motivasi lagi untuk kuliah. Alasannya sederhana: mereka merasa
salah pilih jurusan. You will not ever, ever want that to happen. Ketika kamu
berhasil membuat beberapa nominasi jurusan yang kamu minati, coba kamu
bertanya pada diri sendiri: apa yang memotivasi kamu untuk memilih jurusan
itu? Apakah pilihan kamu murni didasari oleh minat, bakat, dan personal values
kamu? Atau kamu memilih jurusan itu hanya semata-mata tekanan dari orang
tua atau teman-teman sekitar? Tentunya kamu pasti pernah mendengar orang-
orang yang akhirnya end up di jurusan yang kurang mereka sukai, hanya
karena sebagian besar teman-teman dekatnya memutuskan mau mendalami
jurusan itu.

Second, kadang-kadang alasan kita memilih satu jurusan itu is simply based on
public opinion that this major you’re considering is the “right” thing to do.
Menanggapi pemikiran ini, mungkin saya akan counter dengan jawaban, “apa
yang menurut sebagian besar orang benar, belum tentu itu pas dengan apa
yang sebenarnya saya mau dan butuh, kan?” it all goes back to knowing
yourself better. One thing to keep in mind though, motivasi menurut saya
adalah salah satu faktor terpenting yang harus kamu pikirkan. Kamu harus
yakin dan bisa pastikan bahwa motivasi itu bakal tetap menyala selama kamu
melewati empat tahun menggeluti bidang tersebut.

Personal Values

Now let’s think about some values and principles that are guiding your life and
orchestrates the way you see the world. Disini, mungkin konsep yang mau saya
share bakal lebih gampang kalau langsung digambarkan dengan contoh. For
example, take Environmental Science. Buat saya, contoh ini menarik karena
bidang ini adalah salah satu bidang yang banyak menggabungkan ilmu eksakta
dan moral values dalam analisisnya. When we were discussing on issues of
development, the concept of urbanization came up. In order for an urban area
to expand and grow, some lands and trees need to be sacrificed so buildings
can be constructed. Jika kamu diberi dua pilihan antara menghilangkan daerah
hijau supaya pembangunan bisa terus maju atau mempertahankan lahan alami
tersebut, mana yang akan kamu pilih? Bagi sebagian orang, mungkin bagi
mereka urbanisasi lebih penting, dan mereka ngga keberatan kalau pohon-
pohon ditebang semua. Akan tetapi, ada pihak yang lebih mementingkan
adanya lahan hijau. Believe it or not, personal values juga punya peranan
penting ketika kamu nanti terjun ke suatu jurusan. Apa yang menurut kamu
adalah benar, bisa jadi sebaliknya di beberapa jurusan. Tentunya bakal sulit
bagi kita untuk menjalani suatu jurusan yang nilai-nilainya kurang sesuai
dengan personality  & personal values kita. Try to make your personal values
match with the requirements and outcomes of your potential major (and future
career as well.)

Future Expectations (& Realities)

Buat saya, mencari keseimbangan di faktor ini yang paling sulit. And this is
simply because it is often when we found a balance between motivation, talent,
and passion, reality tends to move in an opposite direction. I have three classic
examples for this. Pertama, ada dari kita yang sangat tertarik sama suatu
major, tapi dia sadar bahwa kemampuannya kurang cocok untuk mendalami
bidang itu. Kedua, ada lagi orang-orang yang sebenarnya punya kemampuan
yg cukup di suatu bidang, tapi mereka nggak begitu tertarik untuk ambil major
tersebut.  Dan yang ketiga, ada kasus dimana seseorang punya kemampuan
dan minat, tapi mereka tahu bahwa kesempatan untuk berkarir di bidang ini
(and earn sufficient amount of money) sangat tipis, khususnya di Indonesia
setelah ia pulang dari Amerika. To be honest, this is still a puzzle I’m trying to
solve. Buat yang satu ini, mungkin bahan pertimbangan terbaik adalah
bagaimana kamu membayangkan masa depanmu sendiri. Apa kamu akan
kembali ke Indonesia setelah kamu lulus, atau kamu berencana stay di Amerika,
atau kamu ingin menempuh karir di negara lain? Setiap negara biasanya punya
employment chance and preferences yang cukup spesifik.  Oleh karena itu, apa
rencana kamu di masa depan bisa dijadikan hal penyeimbang dengan
keputusan kamu terhadap a certain major.
2. I've made my decision! (…or maybe not.) What can I do next?

Kalau kamu akhirnya berhasil come up with one major or two of your choice,
hal termudah pertama yang bisa kamu lakukan adalah browse universities atau
colleges yang bisa mengakomodasi pilihan kamu. Google-ing for information is
a good way to start, selain bertanya ke senior atau teman-teman yang tahu
uni/college apa menyediakan jurusan apa. Biasanya ketika kamu apply, kamu
akan punya opsi untuk segera menyatakan (declare) major kamu atau opsi
undecided (belum memutuskan). Bagi saya, gunakan opsi yang kedua hanya
jika kamu benar-benar have no idea of what to do.

Sebenarnya ada keuntungan kalau kamu sampai akhirnya memilih undecided.


Positifnya, kamu diberi kebebasan selama 2 tahun pertama untuk mengeksplor
berbagai macam pelajaran yang nantinya akan masuk sebagai elective
requirements kamu (saya yakin pasti nanti bakal ada contributor lain yang
membahas sistem grading & course requirements di Amerika). Negatifnya,
terkadang kebebasan yang kamu pegang ini bisa jadi temptation untuk hilang
fokus dan akhirnya sulit saat kamu harus menentukan jurusan. Biarpun
kebanyakan “pelajaran resmi” dari jurusan kamu kebanyakan dimulai dari akhir
tahun kedua, hampir semua jurusan pasti mewajibkan kamu mengambil
semacam introductory course sebelum kamu enroll ke mata kuliah yang
levelnya lebih tinggi. Kalau kamu mengambil bermacam-macam elective tanpa
framework yang jelas, hal yang paling ditakutkan adalah pada saat nantinya
kamu harus menentukan jurusan, bakal sulit bagi kamu karena banyak
pelajaran wajib yang seharusnya kamu ambil, tapi belum kamu pelajari. Which
means you will eventually spend more semesters catching up mandatory
courses, and that indirectly translates to more money spent, and more time
spent.

It is still possible for you to change majors before you hit junior (third) year,
tapi menurut saya ada baiknya kamu tidak sampai harus mengambil keputusan
seperti itu. Di awal artikel ini, I admitted that I indeed switched my major on the
second semester, dari Biochemistry ke Finance dan Operations & Technology
Management. Konsekuensi yang harus saya terima adalah semua Biology &
Chemistry courses yang dulunya merupakan required courses untuk Biochem
major, dialihkan menjadi elective requirements untuk Business major. Secara
hitungan minimum credits, sebenarnya saya ngga dirugikan sama sekali karena
ngga ada satu courses pun yang mubazir. Tapi, saya harus mengambil
beberapa required introductory courses supaya saya bisa pindah ke School of
Management dan ambil higher level business courses. As a result, saya
tertinggal satu semester dari rekan-rekan saya yang sudah mantap memilih
business majors sejak semester pertama mereka.

Deciding your major is easy if you set a specific goal and you’re willing to make
it happen. Find that perfect balance between passion, motivation, talent,
personal values, & future expectations. You’re the only one who knows you
best. Pick the right major, love it with all your will, and enjoy your fours years of
college experience!

 
I’m absolutely open to comments and questions. Kalau kamu punya kritik
apapun atau pertanyaan soal memilih jurusan, silahkan jot something down on
the comment box! I’ll try my best to help and improve on my future articles.
Semoga artikel ini berguna buat siapapun yang udah meluangkan waktu buat
membacanya. Thanks, and until next time! – Alicia

Anda mungkin juga menyukai